Trauma

3100 Words
Seperti perkiraan Nikolai, Liu Yantsui tidak akan mati semudah itu. Pria itu telah dimasukkan ke dalam ruangan bawah tanah markas Bratva dengan penjagaan ketat. Liu Yantsui diborgol kedua tangan dan kakinya. Ia juga harus mendekam dalam ruangan gelap nan berdebu sendirian. Nikolai tidak mau repot-repot menyediakan lampu untuknya. Ia masih beruntung karena Nikolai tidak langsung mengeksekusi dirinya. Jujur saja, Nikolai benar-benar ingin menyiksa Liu Yantsui sebanyak ia menyiksa Nadia. Dokter Reynold sudah menangani seluruh luka yang diderita Nadia dan mengatakan bahwa luka di lehernya cukup parah dan akan meninggalkan bekas melingkar. Nadia juga menderita luka di bagian dalam tenggorokannya yang diperkirakan karena terlalu kuat berteriak dalam waktu lama. Selain itu, Nadia hanya menderita lebam-lebam nyaris di seluruh tubuhnya. Bekas luka tembak sebelumnya yang masih belum benar-benar sembuh kembali terbuka karena tekanan yang kemungkinan pukulan keras atau tendangan. Nikolai benar-benar stress mendengar seluruh penjelasan Dokter Reynold. Dokter pribadi Bratva itu berjanji akan memanggil rekannya ke markas Bratva untuk memaksimalkan pengobatan Nadia agar segalanya penyembuhannya lebih baik. Liu Jia Li mengusap pelan bahu Nikolai, berusaha memberinya sedikit ketenangan meski ia tahu hal itu tidak akan berhasil. Markas Bratva benar-benar berduka, dan beberapa bawahan Nikolai bahkan mulai menunjukkan ketidaksukaan mereka kepada Liu Jia Li dan anggotanya yang menumpang di markas Bratva. Mereka tidak berani terang-terangan mengatakan kebencian mereka kepada Liu Jia Li karena tahu bahwa Nikolai sangat tergila-gila pada Liu Jia Li, namun beberapa orang dengan sangat blak-blakan menghina Yao Wang dan yang lainnya. Bahkan Liu Tao yang masih kecil juga tidak luput dari amarah mereka yang kesal dengan apa yang terjadi kepada Nadia. Liu Jia Li tidak bisa protes, ia juga tidak ingin membuat Nikolai berkonflik dengan anggotanya sendiri jika ia mengatakan apa yang terjadi kepada Nikolai. Hanya saja, Liu Jia Li merasa kasihan kepada Liu Tao yang harus menerima hinaan juga padahal ia tidak seharusnya menerima hal seperti itu. "Apa yang akan kau lakukan kepada Liu Yantsui?" Tanya Liu Jia Li pelan. Nikolai memijat pangkal hidungnya dan menghela napas berat. "Jujur saja Jia Li, aku ingin menyiksa dan mengulitinya sampai mati." Liu Jia Li tahu Nikolai dalam kondisi yang benar-benar buruk setelah mengetahui perbuatan keji Liu Yantsui kepada Nadia. Liu Jia Li pasti akan berpikir hal yang sama. Ia mungkin akan memikirkan balas dendam yang jauh lebih parah andai ia tahu musuh menyakiti Adik yang sangat ia sayangi. Liu Jia Li tidak mengerti rasanya memiliki saudara yang saling menjaga satu sama lain, karena satu-satunya saudara angkat yang ia miliki begitu menginginkan dirinya lenyap dari dunia ini. Jangankan kepada dirinya yang hanya saudara angkat, Liu Yantsui bahkan tidak peduli kepada anak kandungnya sendiri. Liu Tao mengetahui segalanya. Bocah laki-laki sepuluh tahun itu tampak baik-baik saja, berkata bahwa dengan Liu Jia Li segalanya sudah cukup. Tetapi apakah Liu Jia Li bisa menerima jawaban itu? Liu Tao terlalu muda untuk menerima kenyataan pahit itu, dan ia menutupi segala duka laranya dengan sangat baik sampai kadang Liu Jia Li tidak menyadarinya. Liu Jia Li mendekat dan duduk di atas paha Nikolai, membuat pria pirang itu bingung dengan tindakan tiba-tiba pria cantik di hadapannya. Jangankan melakukan ini, Liu Jia Li bahkan tidak ingin banyak bersentuhan dengan Nikolai. Pria itu memiliki harga diri yang sangat tinggi. "Jia Li, apa yang kau—" Nikolai melebarkan matanya ketika bibir Liu Jia Li menyentuh bibirnya. Pria berambut panjang itu melingkarkan kedua lengannya pada leher Nikolai. Dadà mereka menempel satu sama lain, dan ciuman itu terjadi. Entahlah apa Nikolai bisa menyebut itu sebagai ciuman. Liu Jia Li hanya menempelkan bibirnya di atas bibir Nikolai. Diam, tanpa gerakan sama sekali. Nikolai bahkan bisa merasakan kedua belah bibir Liu Jia Li bergetar di atas bibirnya. Nikolai tidak terbiasa dengan ciuman kaku seperti itu, tetapi mendapatkan kecupan tiba-tiba dari Liu Jia Li membuatnya mendadak diam dan tidak tahu harus melakukan apa. Nikolai ingat perjanjian mereka di awal Liu Jia Li meminta bantuan kepada Nikolai. Entah sudah berapa bulan berlalu sejak hari itu. Nikolai boleh menyetubuhi Liu Jia Li sesukanya, tetapi ia tidak boleh mencium Liu Jia Li. Pria itu menganggap bahwa ciuman hanya dilakukan untuk dua orang yang saling mencintai. Nikolai menghormati hal itu. Lalu sekarang apa? Apakah ini tandanya Liu Jia Li mencintai dirinya? Apakah Nikolai memiliki harapan untuk hati pria cantik di atas pangkuannya? Liu Jia Li melepaskan bibirnya dari atas bibir Nikolai dan menunduk. Ia berusaha keras memutus kontak mata dengan pria di hadapannya.   Nikolai dengan sigap menangkup kedua pipi Liu Jia dengan telapak tangannya. "Apa maksudnya Jia Li? Aku ingat kau bilang kita tidak boleh berciuman karena kau tidak mencintaiku." "Itu..." "Kau mencintaiku?" Liu Jia Li menggigit bibirnya. "Aku tidak tahu." Nikolai menghela napas. Ia mengangkat tubuh Liu Jia Li dari atas pahanya, memindahkannya untuk duduk  di sampingnya. Entahlah, Nikolai hanya merasa kecewa meski sebenarnya ia sendiri tidak berhak seperti itu. Liu Jia Li mungkin sedang berusaha menghibur dirinya yang bersedih, namun Nikolai terlalu putus asa dan berharap cintanya akan terbalas sampai berpikir bahwa kecupan ringan itu berarti Liu Jia Li setidaknya mulai menyukai dirinya. Terkadang Nikolai merasa sama bodohnya dengan Liu Jia Li. Ia tahu bahwa orang yang disukainya tidak memiliki perasaan yang sama, namun masih saja mengejar dan berharap bahwa suatu saat mereka yang disukai akan berbalik dan memandang mereka. Konyol memang, mereka bukan tokoh-tokoh manis dalam novel romansa, yang kisah akhirnya akan berjalan dengan baik dan berakhir bahagia. Ah, bahkan kata bahagia begitu langka untuk mereka. Sejak mereka terlahir dalam dunia bawah seperti ini, kata bahagia menjadi kabur eksistensinya. Tidak ada kejelasan mengenai standar kebahagiaan seperti yang dipikirkan oleh orang-orang secara umum. Segalanya menjadi berbeda. Mereka tidak lagi menjadi orang-orang secara umum, dan kebahagiaan pun tak lagi sama seperti standar secara umum. "Nikolai..." "Hentikan, aku sedang tidak ingin membicarakan tentang kita." Liu Jia Li menunduk. "Baiklah. Lalu, bagaimana dengan Liu Yantsui selanjutnya?" "Aku sudah mengatakannya padamu Jia Li, keinginan terbesarku adalah menyiksa bajingàn itu sampai mati. Tetapi aku menghormati dirimu. Liu Yantsui ada dalam genggamanmu. Kematiannya menjadi hakmu. Aku tidak akan mengganggumu. Jadi lakukan apa saja yang kau mau." Nikolai beranjak pergi meninggalkan Liu Jia Li yang masih mematung dengan beragam pertanyaan di dalam kepalanya. ** Selama berhari-hari Nadia tidak juga sadar. Dokter Reynold sudah memanggil rekan-rekannya untuk mengobati Nadia termasuk dokter spesialis kulit untuk menangani luka bakar di area lehernya. Luka itu tidak akan pernah bisa kembali seperti kulit Nadia sebelumnya. Dengan tindakan sebaik apapun, batas maksimal hanya dengan membuat bekasnya samar. Tidak ada dokter manapun yang bisa menyamai ciptaan Tuhan. Dokter Reynold sudah berkali-kali menyampaikan hal itu ketika Nikolai terus memohon agar dia membawa rekan-rekan profesional lainnya untuk mengembalikan kulit Nadia seperti semula. "Bersabarlah dan terima segalanya Tuan Nikolai, untuk saat ini yang terpenting adalah kesehatan Nona Nadia." Hibur Dokter Reynold. Nikolai mengusap wajahnya kasar. Tentu saja ia tidak bisa terima. Ia tidak ingin Nadia bangun dengan kekecewaan. Kulit yang sangat ia rawat dan jaga harus ternoda oleh bekas luka bakar. Mungkin terkesan sepele untuk beberapa orang. Setiap orang memiliki bekas lukanya sendiri-sendiri. Tetapi perlu diingat, setiap orang memiliki kesukaannya sendiri-sendiri. Apa yang disukai dan dijaga Nadia mungkin tidak terlalu penting bagi orang lain, sama halnya seperti apa yang orang lain jaga dan sayangi terasa tidak penting untuk Nadia. "Dokter, jika Nadia sudah dalam keadaan baik-baik saja, mengapa ia belum sadar? Apakah dia memiliki luka dalam yang parah?" Dokter Reynold menggeleng. "Saya sudah memeriksa seluruh tubuh Nona Nadia berkali-kali. Tidak ada luka dalam yang berbahaya. Satu-satunya luka yang paling parah hanya luka bakar di lehernya. Untuk mengapa Nona Nadia belum juga sadar, saya rasa itu bagian dari traumanya. Saya tidak menemukan tanda-tanda bahwa Nona Nadia dalam keadaan koma. Ia masih tidur seperti biasa dan sesekali mengingau seperti sedang mimpi buruk. Namun saat saya coba bangunkan, Nona Nadia tidak bisa bangun. Saya rasa, butuh waktu untuk Nona Nadia menyesuaikan diri. Kondisi kesehatan mentalnya juga perlu diperiksa setelah ia sadar kembali." Nikolai bernapas berat. Penjelasan Dokter Reynold mengindikasikan seolah Nadia sudah bosan hidup dan ingin berada di alam mimpinya saja. Nikolai kurang memperhatikan kesehatan mental Nadia. Ia benar-benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi apa-apa kepada gadis itu. Ah, Nikolai benar-benar ingin Nadia segera sadar kemudian meminta maaf atas keributan yang mereka lakukan beberapa hari sebelumnya. Dokter Reynold menepuk pelan bahu Nikolai. "Tenang saja Tuan Nikolai, Nona Nadia akan segera sadar. Kalau begitu, saya permisi." Nikolai menghela napas berat entah sudah yang ke berapa kalinya. Setiap hari yang ia lakukan hanya bekerja kemudian memeriksa keadaan Nadia. Slava sampai harus membawakan makanan untuknya karena Nikolai akan lupa untuk merawat dirinya sendiri karena Nadia belum juga sadar. Beruntung karena beberapa pertemuan bisnis bisa ditangani oleh Slava dan beberapa bantuan dari Luka. Slava tidak mungkin membiarkan Nikolai melakukan pertemuan bisnis dengan kondisi yang seperti itu. Dia benar-benar belum bisa untuk bertemu dengan orang lain. Emosinya sangat tidak stabil, dan Slava khawatir pertemuan bisnis dengan Nikolai hanya akan berakhir menjadi kekacauan. "Tuan Nikolai, bolehkah saya menemui Nona Nadia?" Tanya Yao Wang yang tiba-tiba datang. Nikolai hanya mengangguk, seolah sama sekali tidak memiliki tenaga lagi untuk menjawab pertanyaan Yao Wang. Pria itu segera pergi setelah tahu bahwa Yao Wang akan menemani Nadia. Sejak pertama kali membawa Nadia keluar dari markas Dragon's Claws, Yao Wang belum menemui Nadia sama sekali. Ia tidak berani meminta izin kepada Nikolai yang terus menemani Nadia di ruangannya. Kondisi Nikolai masih benar-benar buruk dan Yao Wang tidak ingin menambah masalah dengan hal itu. Ketika Yao Wang masuk ke ruangan Nadia, ia mendapati gadis itu masih belum juga sadar. Kulitnya yang putih pucat tampak semakin pucat. Yao Wang melihat Nadia seperti seseorang yang tidak memiliki darah sama sekali saking pucatnya. Yao Wang menarik kursi single di sana dan duduk di dekat ranjang Nadia. "Nona Nadia, bangunlah, kau bilang akan mengajakku ke kafe yang ada di dekat sekolahmu. Aku belum pernah mengunjungi tempat seperti itu, tidak ada yang mengajakku juga. Mungkin aku bisa lebih tahu kehidupan Nona Nadia dengan ikut pergi." Yao Wang menyentuh tangan Nadia yang terasa dingin. Ia baru menyadari bahwa lengan Nadia begitu kecil di genggamannya. Gadis kurus itu selalu tampil dengan wajah ceria dan kuat berkat latihannya setiap hari. Jujur saja, terkadang Yao Wang tidak memandang Nadia sebagai gadis pada umumnya. Yao Wang sudah terbiasa dengan stereotype mengenai gadis harus lemah lembut, feminin, dan tidak serampangan. Nadia adalah kebalikan dari semua itu. Dia lebih kuat daripada gadis-gadis seumurannya karena selalu berlatih, ia tidak terlalu feminin karena tidak ingin terlalu rumit, dan ia cukup ceroboh dalam melakukan sesuatu, blak-blakan, dan bertingkah seolah urat malunya sudah putus sejak lama. Terbukti dari pernyataan cinta tak berkesudahan yang selalu ia lakukan kepada Yao Wang. Yao Wang bukannya merasa tidak senang dengan pernyataan cinta Nadia. Ia malah terkejut ada seorang gadis yang menyukainya, tak tanggung-tanggung, gadis itu adalah Tuan Puteri dari Bratva. Mungkin, seandainya Yao Wang bukan seorang pengawal melainkan Bos yang setara dengan Nadia, ia akan dengan senang hati menerimanya. Nadia sangat cantik, secara fisik ia tidak terkalahkan. Meski beberapa sifatnya tidak sempurna, tetapi ia cukup menyenangkan. “Nona Nadia, semua orang khawatir dan ingin melihat anda segera bangun. Bahkan Tuan Nikolai tampak benar-benar hancur. Apakah mimpi anda begitu indah sampai anda enggan bangun? Apa yang harus saya lakukan agar anda segera bangun? Atau saya harus menemani anda kemana pun yang anda inginkan? Saya akan meminta izin kepada Master Jia Li jika memang anda ingin seperti itu. Saya yakin Master Jia Li akan mengizinkan apapun keinginan Nona Nadia. Jadi, ayo bangunlah.” Yao Wang selalu merasa menjadi orang paling konyol setiap kali bersama Nadia yang sedang sakit. Ia selalu diam dan tak banyak bicara saat Nadia sehat dan ceria. Nadia akan terus mengatakan banyak hal dan tersenyum tanpa henti. Tetapi Yao Wang tak banyak menanggapi dan hanya sesekali menjawab seadanya. Sementara ketika Nadia sedang sakit dan tak sadarkan diri, Yao Wang menjadi banyak bicara, berharap Nadia segera bangun dan kembali seperti dirinya yang biasa. Yao Wang selalu menjanjikan banyak hal ketika Nadia tidur, dan ia ingat belum ada satu pun janji yang ia penuhi. Satu-satunya janji yang sangat dinantikan Nadia adalah pergi ke kafe bersama Yao Wang. Entah sudah berapa lama janji itu dibuat namun sama sekali belum terealisasi. Nanti, jika Nadia sadar, apakah Yao Wang cukup berani untuk memulai percakapan dengan gadis itu? Ah, bahkan Yao Wang sendiri pun merasa tidak yakin. “Nona Nadia, saya—“ Yao Wang melebarkan matanya ketika Nadia membuka mata. Gadis itu mengerjap pelan, melirik sekitar dengan pandangan lemah. Tak butuh waktu lama untuk Yao Wang berdiam diri. Ia segera berdiri untuk memanggil Dokter Reynold dan Nikolai, tetapi genggamannya di telapak tangan Nadia belum terlepas dan Nadia juga menggenggam telapak tangannya. “Yao…” Bisik Nadia pelan. Yao Wang tidak jadi keluar dan berbalik menatap Nadia yang juga memandanginya. Wajah pucat Nadia masih tampak benar-benar sakit. Yao Wang bisa melihatnya secara kasat mata meski ia bukan dokter dan tidak memiliki kapabilitas dalam hal itu.  Yao Wang langsung berlutut, bertumpu pada lututnya untuk mempertahankan keseimbangan dan ikut kembali menggenggam telapak tangan gadis di hadapannya. “Nona Nadia, apakah anda baik-baik saja?” “Tenggorokan dan leherku sakit.” Yao Wang bisa mendengar dengan jelas suara serak yang menyakitkan setiap kali Nadia menjawab pertanyaannya. Tidur selama berhari-hari dengan kondisi tenggorokan yang terluka sepertinya memberikan dampak buruk untuk kondisi Nadia. “Nona Nadia, bolehkah saya keluar sebentar? Saya akan memanggil dokter Reynold dan Tuan Nikolai untuk memeriksa anda. Tuan Nikolai sangat mengkhawatirkan anda selama beberapa hari anda tertidur. Beliau seperti tidak memiliki semangat hidup sama sekali sebelum anda benar-benar sadar.” “Hm.” Nadia melepaskan genggamannya. Untuk sesaat, Yao Wang tertegun dan merasa kosong dengan telapak tangannya. Beruntung Yao Wang masih memiliki kewarasannya dan segera beranjak keluar untuk mengabari dokter Reynold dan Nikolai bahwa Nadia sudah sadar. Yao Wang tidak lagi ikut masuk ketika dokter Reynold, Nikolai, Liu Jia Li, dan Slava masuk ke ruangan Nadia. Yao Wang hanya berdiri di dekat pintu, mengamati dari jauh bagaimana Nikolai begitu emosional dan nyaris menangis ketika memeluk Adiknya. Yao Wang selalu melihat Nikolai sebagai sosok pemimpin yang tegas dan cukup kejam, tetapi sisi lain dirinya benar-benar kontras. Satu-satunya orang yang bisa membuat seorang Nikolai Grigorev membuang jauh-jauh ego dan harga dirinya hanya Nadia. Nikolai bahkan tidak peduli di ruangan itu ada dokter Reynold, Slava, dan bahkan Liu Jia Li yang disukainya. Yao Wang pikir, Nikolai akan mempertahankan imej tegasnya di hadapan seseorang yang ia sukai, nyatanya ia tidak peduli. Mungkin, kalau pun di dunia ini hanya ada Nadia dan Liu Jia Li, lalu hanya satu orang yang bisa diselamatkan, Nikolai akan membuang Liu Jia Li dan akan tetap menyelamatkan Adiknya. Persaudaraan mereka begitu erat, membuat iri siapa pun yang tidak memilikinya. “Sudah berapa lama aku tidur?” “Tiga minggu.” Nadia melebarkan matanya. “Aku melewatkan tahun terakhir SMA-ku dengan banyak meninggalkan kelas. Ugh—“ “Ada apa Nadia? Kau baik-baik saja?” Nadia menggeleng. Ia mengusap pelan lehernya dan menemukan perban tebal yang melingkar di sana. Ekspresi wajahnya mendadak berubah ketika mengingat bahwa lehernya telah ternoda luka bakar. Bayangan demi bayangan kejadian yang menimpanya tiba-tiba menyeruak masuk bak kilasan film. Nadia ingat setiap teriakan yang ia lakukan karena tidak kuasa menahan sakit, ia ingat dirinya berteriak sampai merasa tenggorokannya nyaris putus. Nadia ingat suara tawa puas Liu Yantsui, juga tatapan mata kejinya. Ia ingat Akiyama Toshiro yang berdiri dengan kedua lengan menyilang di depan d**a, memandanginya yang kesakitan dengan ekspresi kemenangan. Yang terakhir, ia juga ingat wajah ngeri Akiyama Tenzo yang seolah ingin mengehntikan semuanya tetapi tidak memiliki kuasa apa-apa. Setiap ingatan yang tiba-tiba masuk di kepalanya membuat Nadia merasa benar-benar pusing. Deru napasnya juga mulai tak beraturan namun Nadia berusaha keras untuk mempertahankan dirinya. Nadia tidak ingin membuat Nikolai khawatir. Apalagi sebelumnya, Nikolai sempat ingin menangis hanya karena tahu bahwa ia sudah sadar. Nadia tidak tega melihat Kakaknya bersedih, sama seperti Nikolai yang tidak tega melihat Nadia sakit. “Nadia, kau baik-baik saja?” Nadia mengangguk cepat. “Bi-Bisakah kalian keluar, kurasa aku ingin istirahat sebentar lagi. Kepalaku agak pusing karena tiba-tiba terbangun.” Nikolai memandang dokter Reynold dan pria itu mengangguk sebagai jawaban. Nikolai mengusap surai pirang Nadia dan mencium kening Adiknya. Slava, dan dokter Reynold segera keluar begitu selesai melakukan pemeriksaan terakhir. Nadia langsung menyandarkan tubuhnya sendiri pada bantal ketika rasa dingin dan tertekan mendadak menyerangnya. Napasnya mulai tidak terkontrol, dan kilasan siksaan yang dilakukan Liu Yantsui menghantuinya dengan teramat sangat. “Tidak apa-apa Nadia, mereka tidak ada di sini. Kau sudah aman.” Nadia menggumam untuk menyemangati dirinya sendiri, namun berapa kali pun ia mencoba untuk tegar, tubuhnya terus bergetar hebat. perlahan-lahan, air mata mulai menetes. Nadia menggigit bibirnya kuat-kuat, meninggalkan luka kecil di area itu. “Kau sudah aman Nadia, mereka—“ Nadia tersentak kaget ketika merasakan lengan seseorang melingkari tubuhnya. Ketika ia mendongak, Yao Wang telah berada di sana dan memeluknya erat. Nadia lupa jika Yao Wang sejak tadi berdiri di dekat pintu, dan ia jelas-jelas akan menjadi orang terakhir yang keluar dari kamar Nadia. Nadia benar-benar tak sadar jika Yao Wang masih berada di sana ketika serangan traumanya menyerang. Nadia berniat menyimpan rasa traumanya untuk diri sendiri dan tidak mengatakan kepada siapa pun. Bahkan Nikolai tidak tahu bahwa sejak penculikán pertama, Nadia sudah mengalami gejala trauma yang cukup berat. “Anda sudah aman Nona Nadia.” Bisik Yao Wang pelan. Nadia langsung menangis mendengar hal itu. Ia sama sekali tidak bisa menahan air matanya ketika Yao Wang terus mengusap pelan punggungnya. Nadia menangis dalam diam, hanya isakan pelannya yang terdengar di telinga Yao Wang. Dagu gadis itu terkulai lemas pada bahu Yao Wang, dan air matanya terus mengalir tanpa bisa ia cegah. Yao Wang bisa merasakan dengan jelas detak jantung Nadia yang begitu cepat. Bahkan saking cepatnya, Yao Wang benar-benar merasa khawatir jika hal itu akan membahayakan Nadia. “Anda sudah aman, Nona Nadia. Tidak ada lagi yang bisa menyakiti anda.” Nadia melepaskan dirinya setelah bermenit-menit menangis dalam pelukan Yao Wang. Buru-buru ia menghapus air matanya, dan menghindari kontak mata dengan Yao Wang yang terus memperhatikannya. “Yao, jangan katakan apapun kepada Nikolai atau yang lainnya.” “Anda yakin, Nona Nadia? Trauma yang anda alami sangat parah. Jika anda membiarkannya, trauma itu akan berdampak pada kesehatan anda.” Nadia memaksakan senyum. “Tidak masalah, aku baik-baik saja. Yang barusan, mungkin aku hanya sedikit emosional.” Yao Wang mencengkeram kedua bahu Nadia, memaksa gadis itu untuk menatapnya. “Nona Nadia, anda sudah mengalami trauma sejak penculikán pertama bukan?” "A-Aku tidak..." "Tolong jangan berbohong kepada saya, Nona Nadia." Jantung Nadia berdetak cepat ketika Yao Wang menanyakan hal itu. Nadia tidak pernah gagal dalam menyembunyikan fakta itu. Bagaimana Yao Wang tahu? Nadia bahkan tidak banyak bicara dengannya sebelumnya. Dari sekian banyak orang di markas yang tidak tahu, mengapa Yao Wang harus tahu? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD