War

3245 Words
Markas Bratva dilanda kepanikan. Setelah laporan yang diberikan oleh Lin Xianming mengenai apa yang terjadi di sekolah, Slava langsung bergegas melaporkannya kepada Nikolai. Dalam beberapa hari terakhir, Nadia dan Nikolai memang tidak saling bicara satu sama lain. Mereka bahkan tidak saling menatap ketika berpapasan di dalam markas. Perang dingin mereka terus berlanjut selama berhari-hari pasca konflik internal dan pertarungan di halaman belakang markas. Siapa sangka, tiba-tiba Lin Xianming menelepon Slava dengan panik dan suara bergetar karena menangis. "Sialàn! Para bedebàh itu kembali mengincar Adikku." Teriak Nikolai frustrasi. Liu Jia Li menggigit bibirnya. "Ini semua karena aku yang meminta pertolongan. Mungkin lebih baik aku kembali ke Hong Kong agar Liu Yantsui berhenti mengganggu Nadia." "Tidak!" Seru Nikolai tegas. Ia duduk dengan wajah frustrasi. Pikirannya tidak bisa diajak berkoordinasi karena begitu mengkhawatirkan Nadia. Nikolai tahu Liu Yantsui sangat semena-mena. Ia tidak peduli sedang berhadapan dengan siapa. Bahkan pria itu pernah membunúh seorang anak kecil hanya karena tidak sengaja menumpahkan makanan pada pakaian mahalnya. Jika pria itu bisa begitu keji membúnuh bocah yang tidak sengaja, maka jelas sekali dia akan melakukan hal yang sangat menyakitkan untuk Nadia. Nikolai tidak bisa membayangkan siksaan macam apa yang mereka berikan kepada Nadia. Ini bahkan belum lama sejak Nadia dicúlik dan kembali dalam keadaan penuh luka. Sekarang ia harus kembali ke tempat yang sama. "Aku tidak akan membiarkan ini. Kupikir aku bisa menyelesaikan permasalahan Dragon's Claws tanpa melibatkan seluruh organisasi, terapi sepertinya aku salah." Nikolai menoleh kepada Slava. "Slava, kita akan berperang." Slava melebarkan matanya. "Anda yakin Tuan Nikolai? Peperangan antar organisasi tidak hanya akan menjadi urusan kedua belah pihak, namun juga merembet ke perkumpulan seluruh mafia." Nikolai meremat kertas di mejanya dengan penuh amarah. "Aku tidak peduli. Mereka yang memulai, aku hanya merespon tantangan mereka. Kalau pun kasus ini akan dibawa ke forum, alasanku lebih kuat untuk membungkam mereka. Meski Nadia adalah anak sah Ayahku, pemimpin Bratva tetaplah aku. Dilarang menyerang secara brutal kepada pihak yang bukan pemimpin kecuali telah ada kesepakatan sebelumnya. Para bedébah keji itu berani menyentuh Adikku, aku akan membalasnya seribu kali lebih menyakitkan." Slava memejamkan mata sebentar kemudian mengangguk. "Baik, saya mengerti." Slava langsung mengatur seluruh anggota Bratva untuk p*********n kepada Liu Yantsui. Pria itu sudah menyusun seluruh strategi yang akan mereka gunakan termasuk keputusan bahwa mereka akan membunúh semua orang-orang Liu Yantsui termasuk Liu Yantsui sendiri. Ochi dan Akiyama Toshiro tidak akan mereka bunuh, tetapi jika keadaan mendesak, mereka akan melakukannya. Nikolai terus merenung sepanjang hari. Kedua matanya tampak kosong, kerutan di dahinya semakin tebal, dan ekspresinya benar-benar seperti seseorang yang depresi hebat. Liu Jia Li terus berusaha mendekati pria itu. Jujur saja, ia merasa sangat bersalah. Liu Jia Li tidak tahu jika Kakak angkatnya akan terus mengincar Nadia. Itu juga membuat Liu Jia Li sampai kepada kesimpulan bahwa Liu Yantsui kemungkinan besar tidak memiliki nyali untuk menghadapi Nikolai di markasnya. Penyelamatan Nadia yang sebelumnya tidak terencana dengan baik, Nikolai harus menelan pahit dengan pulang bersama luka tembak. Namun kali ini, Liu Jia Li melihat amarah dan dendam yang begitu dalam dan membara pada kedua iris biru Nikolai. Bola mata itu selalu tampak berkilau dan menyenangkan, namun Liu Jia Li tidak lagi melihat kilau menyenangkan itu setelah Slava mengabarkan apa yang Lin Xianming laporkan kepadanya. Lautan biru di kedua mata Nikolai seolah menggelap, bak arus deras pada pusaran air yang mampu menelan apapun yang berada di dekatnya. Liu Jia Li menepuk pelan bahu Nikolai. "Aku minta maaf, Nikolai." Cicitnya super pelan. Nikolai melirik malas kepada Liu Jia Li. Satu pandangan yang tidak pernah Nikolai berikan kepada Liu Jia Li sejak pertama kali mereka saling mengenal di perkumpulan mafia lebih dari setahun silam. Liu Jia Li masih ingat bagaimana Nikolai begitu blak-blakan menyampaikan rasa sukanya kepada Liu Jia Li hanya beberapa jam setelah pertempuran di kapal pesiar itu selesai. Liu Jia Li sampai harus mengingatkan Nikolai berkali-kali bahwa ia adalah laki-laki. Nikolai tidak búta, ia tahu yang berada di hadapannya adalah lelaki. Ia tahu pria Asia dengan cheongsam dan rambut hitam panjang itu seorang laki-laki. Tetapi laki-laki atau perempuan, Liu Jia Li tetap menarik di mata Nikolai. Bahkan meski berkali-kali Liu Jia Li melontarkan penolakan dengan kasar sekali pun, Nikolai masih tetap memandangnya dengan sorot mata menyenangkan. Liu Jia Li bukan seorang homofobia. Lagipula ia menolak Nikolai karena ia telah menyukai orang lain. Dan ironi, karena yang ia sukai adalah seorang Bos yakuza dari Kobe. Seorang laki-laki kejam yang bahkan sekali pun tidak pernah melirik dirinya. Liu Jia Li tahu cintanya tidak terbalas oleh lelaki itu, dan lebih buruk karena Akiyama Toshiro tidak pernah menanggapi dirinya dan terkesan benci dengannya. Namun rasa cintanya pada lelaki itu tidak hilang. Katakan bodoh, karena memang seperti itulah kenyataannya. Liu Jia Li benar-benar bodoh dalam urusan cinta. Sebanyak apapun Liu Jia Li berbicara, Nikolai masih tidak menjawabnya sama sekali. "Nikolai, bisakah kau melihatku?" Nikolai masih diam, benar-benar enggan untuk menanggapi apapun yang dikatakan oleh Liu Jia Li. Liu Jia Li benar-benar bingung harus mengatakan apa lagi kepada Nikolai. Ia sudah menawarkan untuk kembali ke markas Dragon's Claws, namun Nikolai menolaknya mentah-mentah. Nikolai juga mengabaikannya seolah semua ini adalah kesalahannya. Jika Nikolai memang ingin Nadia kembali dengan mudah, mereka bisa mengakhiri pertukaran yang mereka lakukan. Liu Jia Li akan mencari cara sendiri untuk membebaskan Dragon's Claws dari Liu Yantsui dan memastikan bahwa Liu Tao dan para bawahannya yang setia akan selamat dan damai tanpa perlu mengorbankan Nadia. Liu Jia Li berlutut di hadapan Nikolai. "Apa yang harus kulakukan untuk menyelamatkan Nadia selain menyerahkan diriku pada Liu Yantsui?" Nikolai memejamkan matanya, menarik Liu Jia Li untuk bangun dari posisi berlututnya. "Jangan merendahkan dirimu di hadapanku, Jia Li." "Tapi..." "Kembalilah ke kamarmu, aku harus memikirkan strategi cadagan seandainya misi p*********n kepada Liu Yantsui gagal. Aku tidak ingin Bratva kalah dalam peperangan esok hari." Ketika Liu Jia Li keluar dari ruangan Nikolai, Yao Wang dan Slava menunggunya di depan ruangan. Pengawalnya dan Pengawal Nikolai itu menatapnya dengan penuh penasaran. "Master Jia Li, bagaimana dengan Tuan Nikolai?" Liu Jia Li mendesah pelan. "Buruk." Usai mengatakan satu kata itu, Liu Jia Li tidak lagi mengatakan apa-apa dan langsung melangkah pergi. Ia tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk mengatakan apapun. Slava jelas lebih tahu bagaimana sikap dan sifat Nikolai secara penuh karena telah mengenalnya sejak lahir. Lagipula, Liu Jia Li merasa tidak memiliki hak untuk mengatakan apapun yang mungkin menjadi pendapatnya mengenai Nikolai. Esok hari akan sangat berat, dan membuat frustrasi karena Liu Jia Li sama sekali tidak boleh terlibat padahal jika dipikirkan, ia adalah sumber masalah dari diculiknya Nadia oleh pihak Liu Yantsui. ** Nadia bangun dengan paksa ketika wajahnya disiram dengan air dingin. Rasa perih di lehernya berkat cekikan menggunakan rantai panas semalam masih begitu menyakitkan. Liu Yantsui berdiri di hadapannya, menatapnya dengan seringai mengerikan. Pria itu tampak buram di pandangan Nadia, ia benar-benar tidak bisa melihat dengan jelas saking sakitnya luka yang harus ia tahan, juga matanya yang terlalu banyak mengeluarkan air mata karena menangis kesakitan. "Aw, kau sudah tenang sekarang? Tidak ingin memberontak lagi agar aku bia menyiksamu?" Nadia terkekeh pelan. Seluruh tubuhnya benar-benar sakit. Jangankan untuk meronta, hanya untuk berbicara saja tenggorokannya begitu sakit. Semalam, Nadia menjerit-jerit dengan keras karena rantai panas yang dicekikkan pada lehernya. Entah seperti apa penampakannya sekarang ini. "Kurasa aku tahu mengapa Master Fei Long lebih menyayangi Liu Jia Li daripada dirimu. Bájingan keji sepertimu tidak pantas untuk memimpin Dragon's Claws." Senyum di wajah Liu Yantsui sirna. Ia mendekat ke arah Nadia dan menusuk bekas luka bakar di lehernya dengan jari telunjuk. Nadia menjerit keras. Tenggorokannya semakin sakit, bagian luar lehernya semakin perih. Nadia benar-benar tersiksa secara penuh. Liu Yantsui terbahak kencang menyaksikan Nadia begitu kesakitan. Seolah, melihat seseorang tersiksa membawa kepuasan tersendiri untuk hatinya. Liu Yantsui menghentikan siksaannya beberapa menit kemudian, membiarkan Nadia terbatuk-batuk hebat dan bernapas putus-putus. "Aku sudah memperingatkanmu, Nadezhda. Sedikit saja kau bertingkah, kau akan merasakan sakit yang teramat sangat sampai kau berharap untuk mati saja." Nadia tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan apapun yang dikatakan Liu Yantsui. Apapun yang terjadi, ia akan tetap kalah. Entah sampai kapan ia akan bertahan dalam ruang siksaan Liu Yantsui. Ruangan kecil dengan beberapa perabot rusak dan sangat berdebu itu sudah dua kali ditempati Nadia. Apakah ada lain kali untuknya menempati ruang siksaan itu? Atau ini terakhir kalinya ia berada di sana karena ia akan bertemu ajal? Ah, Nadia benar-benar ingin berdamai terlebih dahulu dengan Nikolai sebelum ia benar-benar mati. Krek... Nadia mendongak, mendapati Akiyama Tenzo berdiri di depan pintu dengan ekspresi ragu-ragu. "Masuklah, aku sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawanmu. Silahkan, apakah kau orang berikutnya yang menunggu giliran untuk menyiksaku?" Akiyama Tenzo mendekati Nadia, tetapi Nadia sama sekali tidak meihat wajah liciknya yang biasa. Nadia tidak tahu apakah itu hanya halusiasinya atau ia tidak bisa melihat dengan jelas saja. Yang jelas, wajah-wajah licik yang diingat Nadia sebagai gambaran Akiyama Tenzo sama sekali tidak tampak kali ini. "Nadezhda..." "Hm?" Akiyama Tenzo berlutut di hadapan Nadia dan menyibak rambut pirang panjangnya yang berantakan. Beberapa sisi wajahnya benar-benar tampak memar. Ujung bibirnya yang dipukul oleh Liu Yantsui semalam masih tampak basah. Ada banyak jejak air mata di kedua pipinya, dan yang paling parah adalah luka bakar di lehernya berkat rantai panas yang dililitkan Liu Yantsui ke leher Nadia. Akiyama Tenzo sudah terbiasa dengan hal-hal berbau kekerasan. Ia sudah terlatih sejak kecil. Belum lagi ia memiliki Kakak kandung yang begitu keras dan disiplin. Bahkan untuk masuk ke ruang yang digunakan untuk menyekap Nadia saja ia harus diam-diam tanpa ketahuan oleh Kakaknya. "K-Kau baik-baik saja?" Tanya Akiyama Tenzo pelan. Nadia nyaris menyemburkan tawanya andai ia tidak ingat bahwa leher dan tenggorokannya terlalu sakit untuk melukan itu. "Kau yakin menanyakan itu padaku? Maaf jika aku lancang bertanya, memangnya kau tidak melihat bagaimana kondisiku saat ini? Kau buta?" "Aku..." Akiyama Tenzo berpaling ketika suara keributan di luar mengalihkannya dari kalimat yang hendak ia katakan kepada Nadia. Ia langsung berdiri, saling menatap dengan Nadia yang sama-sama mengernyit bingung. Akiyama Tenzo ingin berbicara kepada Nadia, melakukan negosiasi secara pribadi mengenai permintaan Liu Yantsui untuk mengembalikan Liu Jia Li ke tangannya. Hanya dengan cara itu Nadia bisa bebas. Belum sempat Akiyama Tenzo mengatakan apa-apa, tetapi kributan di luar langsung mengalihkan perhatiannya "Maaf  Nadezhda, kita bicara nanti." Akiyama Tenzo segera berlari keluar meninggalkan Nadia yang kembali menghela napas berat. Ia hanya  bisa diam untuk meredam rasa sakit teramat sangat di lehernya. Apapun yang terjadi di luar, Nadia hanya berharap ada kesempatan untuknya melarikan diri. Akiyama Tenzo benar-benar terkejut ketika keluar dan melihat segerombolan pria Rusia berjajar di depan markas Dragon's Claws. Akiyama Tenzo mengenali mereka sebagai orang-orang Nikolai Grigorev. Akiyama Tenzo telah memperkirakan ini sebelunya. Tidak mungkin pihak Bratva diam saja saat Tuan Puteri mereka ditangkap dan disiksa dengan sangat keji. Kekacauan itu benar-benar terjadi. Tidak butuh waktu lama untuk mereka segera menyerang. Bagian depan gerbang besi Dragon's Claws yang selalu dialiri listrik telah diputus secara paksa. Orang-orang dengan tubuh kekar dan tinggi itu langsung menyerbu masuk dengan kekuatan sangat brutal. Akiyama Tenzo sampai tidak bisa membaca gerakan mereka sama sekali ketika teriakan demi teriakan dari peperangan antar dua organisasi benar-benar terjadi dengan sengit. "Tenzo!" Akiyama Tenzo menoleh ketika mendengar teriakan Kakaknya. Belum sempat ia berlari menuju Kakaknya, namun salah seorang pria dari Bratva memukul bagian belakang lehernya. Akiyama Tenzo merasa kedua matanya berkunang-kunang pasca pukulan keras itu. Bahkan suara ribut di sekitarnya perlahan menghilang. Sedikit lagi kesadarannya menguap. Akiyama Tenzo tidak pernah selemah ini dalam hal kekerasan. Sebegitu tidak konsentrasinya ia sampai sekali pukulan seperti itu langsung membuatnya nyaris pingsan. "Tenzo!" Akiyama Toshiro menopang tubuh Akiyama Tenzo sebelum Adiknya itu jatuh dan terinjak-injak oleh orang-orang lainnya. Ochi pernah beberapa kali mengalami konflik, baik secara interal maupun dengan grup yakuza lainnya. Tetapi sekali pun, Ochi belum pernah kalah, Akiyama Toshiro belum pernah melarikan diri. Ia selalu berdiri paling depan, melawan musuh-musuh Ochi dengan gagah berani. Yang terkuat juga bisa tergelincir dari pijakannya. Mungkin ini adalah saat di mana Akiyama Toshiro dan Ochi tergelincir dari puncak tertinggi mereka. Akiyama Tenzo tidak pernah setuju dengan kerja sama yang disetujui bersama Liu Yantsui. Dragon's Claws yang terpecah tidak akan pernah membawa keuntungan apapun untuk Ochi. Akiyama Tenzo sudah memperingatkan Kakaknya mengenai hal itu. Mengapa Ochi harus bekerja sama dengan organisasi yang memiliki masalah internal jika mereka bahkan cukup diperebutkan untuk bekerja sama oleh roganisasi-organisasi besar lainnya yang stabil dan jelas menguntungkan. Tetapi Akiyama Tenzo tidak akan pernah menang melawan Kakaknya dalam negosiasi apapun. Ia hanya akan menurut dan menerima keputusan apapun yang diberikan oleh Akiyama Toshiro sebagai pemimpin Ochi. Akiyama Tenzo tidak ingin menyalahkan siapa-siapa atas kejatuhan ini. Mendapati Akiyama Toshiro masih mempedulikan dirinya di tengah keributan dan berusaha membawanya pergi membuatnya cukup lega. Setidaknya, Kakaknya yang kejam itu masih peduli meski mungkin alasannya bukan karena ia menyayangi Akiyama Tenzo melainkan hanya sekadar kebutuhan tenaga untuk Ochi ke depannya. "Nii-san, apa yang harus kita lakukan?" Akiyama Toshiro memegang erat tubuh Adiknya."Mundur. Diam, dan ayo segera lari." "Bagaimana dengan kerja sama ini?" "Diam, Tenzo!" Akiyama Toshiro menaikkan Akiyama Tenzo ke punggungnya. Ia tidak peduli lagi dengan apapun yang terjadi dengan beberapa orang Ochi yang masih berperang, atau perihal kerja samanya dengan Dragon's Claws. Akiyama Tenzo sudah tidak terlalu memperhatikn apa yang terjadi selanjutnya. Kesadarannya benar-benar sirna, meninggalkan kegelapan pada dirinya dan ia tidak tahu lagi apa yang terjadi. ** Yao Wang benar-benar terkejut ketika ia kembali ke ruang penyekapan yang sama. Nadia terikat pada sebuah kursi dengan kondisi memprihatinkan. Kedua lengannya terikat kuat pun dengan kakinya. Rambut pirang panjangnya benar-benar kusut begitu pun dengan seragam sekolahnya. Yang lebih membuat Yao Wang begitu terkejut adalah luka bakar melingkar di leher gadis itu. Yao Wang melihat seonggok rantai besi yang tergeletak di lantai berdebu ruangan itu, dengan sebagian berwarna hitam seolah baru saja dibakar. Di ujung ruangan itu terdapat mesin panggangan yang masih memiliki sisa bara api di dalamnya. Yao Wang berlutut di hadapan Nadia dan menyibak rambutnya pelan. "Nona Nadia, Nona Nadia, tolong bangunlah." Yao Wang mengusap jejak-jejak air mata di pipi gadis itu juga beberapa bercak darah mengering di sekitar lukanya. Nadia membuka kelopak matanya yang terasa berat, dan terkejut ketika melihat wajah Yao Wang yang begitu dekat dengannya. "Yao... Apa aku sedang berhalusinasi lagi?" Yao Wang menggeleng. "Tidak Nona Nadia, saya benar-benar Yao Wang." "Oh..." Yao Wang segera melepaskan tiap ikatan yang menahan tubuh gadis itu, membantunya untuk berdiri dengan menahan pinggangnya. Yao Wang benar-benar merasakan bagaimana tubuh Nadia terasa benar-benar lemas dan rapuh. Gadis itu nyaris tidak bicara apa-apa meski Yao Wang terus berusaha mengajaknya berbicara untuk mempertahankan kesadarannya. Yao Wang benar-benar merasa tidak tega. Ia langsung mengangkat tubuh Nadia, menggendongnya degan erat. Yao Wang selalu menjadi satu-satunya orang yang menemukan Nadia dalam keadaan terlemahnya, dan untuk pertama kalinya Yao Wang merasakan tubuhnya sendiri bergetar hebat hanya untuk membawa tubuh Nadia di gendongannya. Seperti yang telah diperkirakan oleh Yao Wang sejak awal, Bratva akan menunjukkan kekuasaan mereka jika ada pihak luar yang berani mengusik. Seperti perkiraan Slava dan Nikolai, Bratva memang tidak terkalahkan. Nikolai berhasil menembak Liu Yantsui tetapi tidak memastikan apakah pria itu benar-benar mati atau tidak. Nikolai tidak terlalu memikirkan tentang Liu Yantsui. Jika pun ia harus mati, yang berhak untuk membunuhnya adalah Liu Jia Li. Fokus utama p*********n mereka saat ini hanya menyelamatkan Nadia. Jika Dragon's Claws berhasil direbut kembai untuk Liu Jia Li, maka itu aalah bonus yang sangat besar. "Tuan Nikolai, apakah kita tidak perlu memastikan bahwa Liu Yantsui sudah mati?" Nikolai menggeleng. "Bawa tubuhnya ke markas Bratva, Liu Jia Li yang akan mengurusnya. Dieksekusi atau tidak, semua adalah urusan mereka." Slava menganggu. "Baik, Tuan Nikolai." Nikolai puas karena menang, namun rasa puas itu hanya bertahan sesaat. Seluruh rasa puasnya mendadak sirna ketika Yao Wang datang sembari menggendong tubuh Nadia yang penuh luka dan tak sadarkan diri. Nikolai meringis ngeri ketika melihat banyak darah yang berada di tubuh Nadia. Luka bakar menyakitkan yang berada di leher Nadia membuat hati Nikolai benar-benar gusar. Adik kecilnya yang selalu berusaha mempertahankan kulitnya agar selalu bersih telah ternodai oleh bekas luka bakar parah. Nadia bahkan tidak ingin menato tubuhnya meski ia sangat ingin dan menyukai motif-motif tato yang selalu Nikolai pamerkan kepada Adiknya. Nadia tidak suka kulitnya ternoda meski sebenarnya ia suka melihat motif-motif tato yang sangat keren. Sekarang, gadis itu harus menelan pahit dengan menerima luka bakar melingkar di lehernya. Luka itu tidak akan pernah sirna meski Nikolai membayar dokter kulit paling mahal sekali pun. "Nona Nadia dicekik dengan rantai besi panas. Saya menemukan bekas rantai dan mesin panggangan yang dipakai untuk memanaskan besinya." Jelas Yao Wang. Nikolai mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. Baru sesaat yang lalu ia berusaha menerima untuk tidak membunuh Liu Yantsui dan memberikan hak itu kepada Liu Jia Li, namun hatinya mendadak ragu. Sekarang ini, ia benar-benar ingin menguliti tubuh Liu Yantsui secara perlahan, membuatnya berteriak kesakitan sampai ia memohon untuk mati karena kematian terasa lebih baik untuknya. Rombongan Bratva yang membawa Nadia, Nikolai, Yao Wang, dan Slava melaju pulang ke Macau lebih dulu. Sementara itu, sisanya membereskan urusan mereka di markas Dragon's Claws termasuk mencari keberadaan Akiyama Toshiro yang tiba-tiba menghilang. Hanya ada beberapa anggota Ochi yang tertangkap dan mati dalam konflik mereka, tetapi Akiyama Toshiro sebagai Bos Ochi sama sekali tidak ditemukan. Dokter Reynold sudah siap dengan seluruh perlengkapannya kala mobil yang dikendarai oleh Slava masuk ke pelataran Bratva. Semuanya bergerak dengan panik. Luka dan Liu Jia Li berusaha membantu, dan begitu terkejut ketika melihat Nadia dengan lukanya yang amat parah. Butuh waktu berjan-jam untuk Dokter Reynold mengurus luka-luka Nadia, terutama luka-lukanya yang berada di leher karena sangat parah. Nikolai tidak berhenti mondar-mandir sepanjang Dokter Reynold menangani luka-luka Nadia. Ia terus merasa khawatir. Liu Jia Li, Slava, Yao Wang, bahkan Liu Tao yang seharusnya sudah tidur karena telah lewat jam tidurnya juga menunggu kabar dari Dokter Reynold. Liu Jia Li tak henti-hentinya berusaha menghibur Nikolai. Pria pirang itu tampak benar-benar hancur dan Liu Jia Li semakin merasa bersalah karenanya. Apa yang terjadi kepada Nadia selalu menjadi penyebab kehancuran Nikolai. Gadis itu, satu-satunya keluarga yang ia miliki, satu-satunya Adik yang sangat ia sayangi, dan satu-satunya pula yang bisa menjadi faktor penyebab rapuhnya pertahanan diri Nikolai. Terkadang, Nikolai mengungkapkan penyesalannya. Tentang mengapa ia memutuskan untuk memperkenalkan Nadia kepada rekan-rekan sesama mafianya, tentang fakta bahwa gadis itu adalah pewaris yang sebenarnya. Sejak wajahnya dikenali sebagai pewaris Grigorev yang sebenarnya, musuh-musuh Nikolai mulai secara terang-terangan mengincar Nadia. Semua orang menganggap bahwa keberadaan Nadia sangat penting untuk Bratva, dan mengalahkan Nadia lebih mudah daripada harus menghadapi Nikolai, kemudian hari-hari tidak aman Nadia dimulai sejak saat itu. Nikolai bahkan pernah menempatkan beberapa orang-orangnya di sekitar sekolah Nadia hanya untuk memastikan Adiknya itu aman. Namun Nadia merasa terusik. Ia tidak pernah membeberkan kepada teman-temannya siapa dia sebenarnya. Bahkan Lin Xianming, yang Liu Jia Li ketahui sebagai satu-satunya teman terdekat Nadia sama sekali tidak tahu mengenai latar belakang keluarganya. Nadia benar-benar tidak ingin diketahui. Ia berusaha keras memisahkan kehidupan sekolah dan kehidupannya yang sebenarnya. Nikolai ingin memaksa, namun melihat wajah kecewa Nadia, Nikolai kembali mengalah. Dengan latihan fisik dan senjata setiap hari, Nikolai berharap Nadia akan bisa melindungi dirinya sendiri. Tentu saja ia juga berharap bahwa Nadia tidak perlu bertemu dengan kesialan apapun. Tapi nahas, takdir selalu mempermainkan mereka terus-menerus. Permasalahan dengan Liu Yantsui adalah yang terparah. Dua kali Nadia diincar, dua kali pula ia harus mengalami siksaan tak manusiawi dari Liu Yantsui. Nikolai tidak ingin menyalahkan Liu Jia Li yang meminta bantuan. Ia dan Nadia memang sepakat untuk membantu Liu Jia Li. Siapa sangka bahwa Liu Yantsui begitu keji dalam memperlakukan musuhnya. Nikolai tidak tahu lagi harus memasang wajah seperti apa nantinya kepada Nadia. Rasa bersalahnya tak lagi terbendung. Ia benar-benar merasa berdosa. Ia merasa tidak bertanggung jawab atas Nadia. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD