Lin Xianming langsung berlari memeluk Nadia ketika gadis itu baru saja turun dari mobil yang dikendarai oleh Yao Wang. Lin Xianming langsung membicarakan banyak hal dan menceritakan betapa rindu dirinya kepada Nadia. Suasana sekolah dan keceriaan Lin Xianming memang sangat ampuh untuk mengembalikan suasana hati Nadia menjadi lebih baik. Ia yang beberapa menit lalu merasa tidak nyaman berada di mobil yang sama dengan Yao Wang menjadi lebih tenang saat bertemu dengan Lin Xianming.
“Nadia, apakah dia pelayan barumu? Aku belum pernah melihatmu diantar oleh pelayan Asia.”
Nadia melirik Yao Wang yang masih berdiri di dekat mobil. “Yeah, sebenarnya bukan secara resmi pelayanku. Dia hanya sedang ada pekerjaan dengan keluargaku.”
“Benarkah? Dia tampak keren.” Bisik Lin Xianming sembari terkikik geli.
Nadia memutar bola matanya. Ia segera menarik lengan Lin Xianming dan membawa gadis itu menjauh dari Yao Wang.
Sangat wajar jika Lin Xianming bingung ketika pertama kali melihat Yao Wang. Pria itu tidak pernah benar-benar mengawalnya karena memang Nadia bukan atasannya. Lin Xianming, dan bahkan mungkin orang-orang di sekolah ini hanya tahu bahwa Nadia adalah orang Rusia. Sejak tahun pertama pun, sesekali ketika Nadia diantar ke sekolah, selalu orang-orang Rusia yang bersamanya. Tidak pernah sekalipun ada orang Asia. Lin Xianming sebagai teman Nadia tentu merasa bingung.
“Nadia, siapa nama pria tadi? Dia tampak keren.”
Nadia memalingkan wajahnya. “Yao Wang.”
Lin Xianming melebarkan matanya. “YAO WANG?!”
“Ssssshhhh… Jangan berteriak!”
Lin Xianming menutup mulutnya. Lin Xianming adalah satu-satunya orang di luar keluarganya yang tahu mengenai Yao Wang. Lin Xianming belum pernah melihat Yao Wang secara langsung, namun Nadia sudah berkali-kali menceritakan tentang pria itu. Lin Xianming adalah teman kepercayaannya, dan gadis itu selalu merespon apapun yang Nadia katakan meskipun dia sendiri tidak pernah tahu bagaimana rupa Yao Wang yang selalu diceritakan Nadia.
“Jadi dia Yao Wang yang kau sukai itu?”
Nadia mengangguk.
“Aaaaah… dia benar-benar tampan. Tidak hanya itu, ekspresi tenangnya tampak menarik. Kau bilang, dia bukan bawahan kakakmu ‘kan? Kau yakin dia benar-benar cuma seorang bawahan?”
Nadia mengangguk. “Dia bukan bawahan biasa. Kau tahu, semacam tangan kanan kepercayaan.”
Lin Xianming mengangguk-angguk. “Pantas saja dia tampak berbeda. Kau harus berjuang untuk mendapatkannya Nadia!”
Nadia terkekeh pelan. “Seandainya semudah itu. Kurasa dia tidak menyukaiku, atau mungkin dia hanya suka orang Asia?”
Lin Xianming mencengkeram bahu Nadia dan mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu. “Sadarlah! Bukankah kau bilang, kau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan meski harus berusaha setengah mati? Seandainya kau tahu, orang-orang Asia itu menganggap ras kulit putih sepertimu lebih tinggi. Wajahmu juga sangat cantik, setidaknya menurutku dan beberapa laki-laki di sekolah kita. Yao Wang mungkin hanya butuh waktu, atau dia menunggumu lebih tua karena ia tidak mau dianggap menyukai anak sekolahan?”
Nadia menghela napas. “Kurang dari enam bulan lagi kita juga lulus, Lin Xianming. Kita sudah delapan belas tahun, sudah bukan lagi gadis di bawah umur.”
“Yeah, kau juga pasti tahu bahwa orang-orang Asia seperti kami tidak seterbuka kalian. Bersabarlah. Batu yang sangat keras pun bisa pecah ketika terus-menerus ditetesi air. Sama seperti hati Yao Wang, perasaanmu padanya saat ini mungkin masih belum bisa menjangkau titik terdalam hatinya, tetapi jika kau terus berusaha, lambat laun hatinya pasti akan terbuka untukmu.”
Nadia bertepuk tangan pelan. “Seperti yang diharapkan dari Nyonya Lin Xianming.” Gurau Nadia sembari tertawa.
Lin Xianming menggembungkan pipinya dan memukul lengan Nadia karena kesal. Nadia tertawa-tawa melihat reaksi tersebut. Apa yang dikatakan oleh Lin Xianming tidak salah, dan Nadia menerima itu semua. Nadia hanya tidak tahan dengan pembahasan berat tersebut.
“Jadi, bagaimana kabarmu, Nadia?”
Nadia menaikkan sebelah alisnya. “Apakah aku terlihat tidak baik-baik saja? Tentu saja aku dalam kondisi yang baik.”
Lin Xianming tertawa. “Benar, Nadezhda Grigorev yang terkenal di sekolah tidak mungkin masuk dalam keadaan sakit.”
Nadia tertawa bersama dengan Lin Xianming, menghabiskan waktu mereka untuk bersenda gurau, namun kegiatan tersebut mendadak berhenti ketika Akiyama Tenzo menghampiri mereka.
Nadia mengepalkan telapak tangannya ketika melihat wajah pemuda itu. Senyum ceria di wajahnya seketika sirna. Lin Xianming menyadari perubahan drastis tersebut. Meski ia tidak terlalu mengerti apa sebenarnya permasalahan internal di antara Nadia dan Akiyama Tenzo, namun Lin Xianming juga waspada kepada pemuda itu karena pertemuan pertama mereka yang bisa dikatakan tidak baik.
“Lin Xianming, bisakah aku menitip tasku?”
Lin Xianming sangat peka dan ia langsung mengangguk tanpa pertanyaan.
Nadia kembali berhadapan dengan Akiyama Tenzo setelah berhari-hari tidak melihat wajahnya. Kenangan hari itu seketika menyeruak masuk dan membuat Nadia semakin marah. Kepalan tangan Nadia mengerat hingga kuku-kukunya memutih.
“Bisakah kita bicara di tempat lain?”
Nadia mengangguk dan tidak banyak bicara. Ia mengikuti langkah Akiyama Tenzo yang membawanya ke halaman belakang. Nadia sudah mengantungi pisau lipat di rok seragamnya. Bagian itu seharusnya tidak memiliki saku, namun Nadia membuat roknya memiliki saku untuk menyimpan barang-barang yang ia butuhkan secara darurat. Jika Akiyama Tenzo berani menyentuhnya, Nadia tidak akan ragu untuk menodongkan pisau kepada pemuda itu meski tindakan tersebut akan berakibat fatal kepada identitas Nadia yang selalu ia sembunyikan bertahun-tahun.
“Katakan dengan cepat, aku tidak memiliki banyak waktu untuk mendengarkanmu.”
Akiyama Tenzo menghela napas. “Apa lukamu sudah sembuh?”
Nadia tertawa. “Kau membawaku kemari hanya untuk menanyakan itu?”
“Maafkan aku karena tidak bisa menolongmu. Aku benar-benar tidak tahu jika Liu Yantsui akan bertindak sejauh itu.”
“Untuk apa? Bukankah kau bagian dari mereka? Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kakakmu yang tersayang itu membantu Liu Yantsui dan segala rencana busuknya?”
Akiyama Tenzo mendekat, dan Nadia reflek mundur. Gerakan tersebut membuat Akiyama Tenzo tidak berani mendekati Nadia. Ia tahu segalanya. Apa yang terjadi di Hong Kong, apa yang terjadi kepada Nadia, Akiyama Tenzo tidak bisa menghapus ingatan tersebut dari kepalanya.
“Kakakku bekerja sama dengan Liu Yantsui untuk bisnis. Sama sekali tidak ada keberpihakan absolut kepada Liu Yantsui. Aku tidak banyak tahu mengenai kerja sama mereka, tetapi yang jelas kakakku hanya ingin memperoleh keuntungan bisnis dari kerja samanya dengan Liu Yantsui. Apa yang dilakukan Liu Yantsui malam itu di luar rencana. Sejak awal, membawamu ke Hong Kong hanyalah sebagai pancingan agar Nikolai dan Liu Jia Li dating, namun Liu Yantsui merubah rencana seenaknya kemudian…”
Akiyama Tenzo tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Ia memang lemah, sangat lemah dan merepotkan kakaknya. Ia bahkan tidak bisa mencegah apa yang seharusnya tidak terjadi. Secara teori, Nadia adalah musuhnya saat ini, namun Akiyama Tenzo tidak bisa menghapus perasaan tidak nyaman di hatinya pasca kejadian tersebut. Ia benar-benar terganggu.
“Lupakan saja, tidak ada gunanya kau meminta maaf atau apapun. Apa yang terjadi hari itu sudah terjadi. Permintaan maafmu tidak mengubah apapun.”
Nadia berbalik dan melangkah pergi, namun Akiyama Tenzo menahan pergelangan tangannya.
“Aku mohon Nadia, terimalah permintaan maafku. Aku benar-benar tidak tahu bahwa semuanya akan terjadi demikian. aku…”
Nadia menarik pergelangan tangannya dengan kasar. “Jika kau benar-benar meminta maaf, maka kau tidak akan memaksakan permintaan maafmu diterima bukan? Permintaan maaf itu, bukankah terserah kepada orang yang diminta? Jika kau memang merasa bersalah, maka kau tidak berhak untuk memaksa dimaafkan. Sekarang biarkan aku pergi dan jangan pernah mengajakku bicara lagi.”
Nadia tidak butuh permintaan maaf, karena apa yang terjadi hari itu tidak akan pernah bisa termaafkan kecuali dengan kematian Liu Yantsui.
***
Nadia menggaruk kepalanya dengan asal. Ia benar-benar kesal karena suasana sekolah yang ia harapkan bisa sedikit membuatnya tenang malah berubah buruk karena Akiyama Tenzo. Nadia benar-benar lupa bahwa pemuda itu masih berada di sekolah dan kelas yang sama dengannya. Permintaan maaf itu tidak pernah ia harapkan akan datang dari mulut seorang Akiyama Tenzo. Ia benar-benar ingat bagaimana awal pertemuan mereka. Wajah sombong Akiyama Tenzo, sorot mata tajam, dan perkataan menyebalkan yang tiada hentinya. Sekarang apa? Dia tiba-tiba datang dengan wajah memelas dan meminta maaf?
Apakah dia sungguh merasa bersalah dengan apa yang terjadi kepada Nadia? Tetapi mengapa?
Hari itu, ketika Nadia diikat dalam sebuah ruangan berdebu, Akiyama Tenzo berniat melepaskannya namun tidak bisa. Sama sekali tidak ada wajah sombong yang biasa ia tunjukkan. Malahan, Akiyama Tenzo tampak seperti ketakutan.
“Nadia, pulang sekolah nanti ayo mampir ke toko es krim.”
Nadia menoleh ketika mendengar bisikan Lin Xianming. Ia memasang senyum tipis dan mengangguk singkat.
Nadia berkali-kali menggelengkan kepala dan berusaha untuk fokus terhadap pelajaran di hadapannya. Hanya tinggal beberapa bulan lagi ia lulus dari sekolah. Nadia harus mendapatkan nilai yang baik untuk kelulusannya yang membanggakan nanti.
Jam pelajaran terakhir berlalu sangat lambat dalam perspektif Nadia. Ia yang sudah berusaha keras untuk fokus tetap saja kesulitan untuk menikmati jam pelajaran seperti biasanya. Ia beberapa kali secara reflek melirik tempat duduk Akiyama Tenzo, dan sialnya pemuda itu juga menoleh kepadanya. Nadia buru-buru memutus kontak mata mereka ketika tidak sengaja saling bertatapan. Ah, benar-benar menyebalkan.
Nadia bernapas lega ketika bel tanda selesainya jam pelajaran terakhir berbunyi. Lin Xianming di sampingnya langsung bersorak girang dan mengemasi buku-bukunya.
“Ah, ngomong-ngomong, Yao Wang akan menjemputmu ‘kan?”
Nadia menepuk dahinya. “Benar, aku lupa.”
“Kalau begitu kau langsung pulang saja Nadia. Kurasa, memang seharusnya kau banyak beristirahat agar lekas sehat seperti sedia kala.”
Nadia menggeleng. “Aku tidak akan ke sekolah kalau aku belum sehat. Tenang saja, aku sudah sangat sehat. Ayo ke toko es krim.”
“Nadia, aku—”
Nadia secara reflek mundur karena terkejut ketika merasakan sentuhan di bahunya. Gerakan yang tiba-tiba itu membuat langkah Nadia oleng dan membuatnya jatuh di depan kelas. Lin Xianming terkejut dengan hal tersebut. Ia buru-buru membantu Nadia untuk berdiri.
Di hadapan mereka, Akiyama Tenzo tampak terkejut dengan respon Nadia, terutama keringat yang langsung menetes di sekitar pelipis, dan kulit wajah Nadia yang memucat dengan parah.
“Tenzo, apa yang kau lakukan?”
“Maafkan aku. Sungguh, aku tidak mendorong Nadia.”
Nadia mengangkat tangannya, berusaha melerai perdebatan dua orang tersebut. “Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir. Ayo kita pergi.” Nadia merangkul bahu Lin Xianming dan menariknya menjauh sebelum gadis itu semakin meledak saat berbicara dengan Akiyama Tenzo.
Nadia sekilas menoleh ke arah Akiyama Tenzo, menatapnya tajam dan langsung memalingkan wajahnya.
Lin Xianming masih terus berbicara dan menumpahkan kekesalannya sepanjang mereka berjalan keluar sekolah. Nadia hanya menanggapi sekenanya dan membiarkan saja Lin Xianming melontarkan apapun yang ada di pikirannya dengan puas.
Ketika Nadia dan Lin Xianming sampai di depan sekolah, Yao Wang telah berdiri di dekat mobil yang ia kendarai. Ada banyak orang yang mencuri-curi pandang kepada pria itu. Nadia tidak akan terkejut. Selama ini, supir atau pelayan yang bertugas mengantarkan murid-murid di sekolah Nadia tidak ada yang semuda Yao Wang. Bahkan Nadia seringkali diantarkan oleh Slava yang notabene sudah tidak dalam kategori muda lagi. Yao Wang jelas menarik perhatian dengan visual seperti itu. Teman-teman sekolahnya pasti terkejut jika mereka tahu anggota Dragon’s Claws berisi pria-pria muda seperti Yao Wang yang dengan sukarela mengabdikan diri kepada Liu Jia Li.
Sebenarnya, nama Dragon’s Claws bukanlah hal yang asing bahkan di Makau. Tetapi berbeda dengan di Hong Kong, orang-orang biasa di Makau tidak terlalu mengenal Dragon’s Claws secara detail. Mereka hanya tahu mereka grup dagang terkenal di Hong Kong yang secara turun-temurun sama sekali tidak pernah mengalami kebangkrutan tetapi sama sekali tidak tahu ada sisi kelam di dalamnya. Orang-orang Makau biasa seperti Lin Xianming juga tidak tahu simbol mereka yang begitu dihindari oleh orang-orang Hong Kong, namun Nadia yakin orang tua Lin Xianming tahu mengenai Dragon’s Claws secara detail karena mereka termasuk pebisnis sukses di Makau.
Yao Wang langsung berlari menghampiri Nadia ketika melihat gadis itu. Beberapa pasang mata menatap Nadia dengan eskpresi bertanya-tanya. Nadia sampai berpikir apakah aneh orang Rusia sepertinya memiliki seorang pelayan Asia? Lagipula Nadia tinggal di Makau.
“Nona Nadia.” Yao Wang membungkuk sopan.
Nadia mengangguk. “Aku akan pergi dengan Lin Xianming ke toko es krim. Kau mau ikut?”
Yao Wang mengernyit samar. “Tapi Tuan Nikolai mengatakan anda harus langsung pulang.”
“Kalau begitu jangan bilang kepada Nikolai.” Jawab Nadia santai. Yao Wang benar-benar kaku. Meskipun Nadia mampir ke toko es krim, bukan berarti ia akan pergi dalam waktu yang cukup lama.
“Nadia, mungkin kita ke toko es krim lain kali saja?” Tawar Lin Xianming.
Nadia menggeleng. “Aku juga ingin makan es krim kok. Ayo pergi.”
Yao Wang menahan pergelangan tangan Nadia. “Nona Nadia…”
Nadia menghela napas. “Ayolah Yao Wang, jangan terlalu kaku dengan aturan kakakku, lagipula dia bukan atasanmu.”
“Saya bertanggungjawab atas keselamatan anda saat ini.”
Nadia benar-benar mencintai Yao Wang, sungguh tidak ada kebohongan dari perasaannya tersebut, namun kadang kala, beberapa sifat Yao Wang yang kaku benar-benar menyebalkan. Nadia sejak berada di Rusia selalu menjalani kehidupan yang cukup bebas. Para bawahan kakaknya pun demikian. perbedaan aturan dengan Dragon’s Claws terkadang menyebalkan. Terutama di situasi seperti ini.
Nadia menggandeng lengan Yao Wang. “Ayo ikut dengan kami.” Ucap Nadia santai sembari menggeret lengan Yao Wang dan Lin Xianming.
***