Destroyer

2667 Words
Nikolai menggebrak meja kayu di hadapannya kuat-kuat. Beberapa anggotanya menunduk dengan ekspresi takut. Hanya Slava yang masih berdiri tegak menatap Bosnya. Nikolai berniat untuk menyusun beberapa strategi yang sudah ia persiapkan. Nikolai sudah memikirkannya dalam beberapa hari dan ingin mendiskusikan hal itu kepada orang-orangnya. Tetapi kemudian ia menerima kabar dari Slava bahwa Liu Yantsui dan Akiyama Toshiro mulai mengusik area perdagangan mereka. Ada beberapa bar ilegal di Hong Kong yang bernaung dalam perlindungan Bratva. Surat izin resmi mereka adalah buatan Bratva. Mereka selalu membayar uang perlindungan itu kepada Bratva setiap bulannya dan gantinya, bar itu akan berada dalam perlindungan Bratva. Tetapi Liu Yantsui dan Akiyama Toshiro mengetahui daftar bar dan casino yang bernaung di bawah perlindungan Bratva kemudian menghancurkannya. Sudah ada beberapa keluhan masuk ke markas pusat dan Nikolai benar-benar kesal karenanya. Nikolai tahu cara ini akan dipakai cepat atau lambat, tetapi siapa yang mengira bahwa mereka melakukannya langsung ke seluruh Hong Kong. Nikolai ingat Liu Yantsui tidak memiliki banyak pengikut yang masih setia kepadanya, juga Akiyama Toshiro tidak membawa banyak anggota Ochi ke Hong Kong. Hanya dalam beberapa hari pasca pencúlikan Nadia, dan mereka sudah melakukan keributan sebanyak ini? "Bréngsek!" Seru Nikolai murka. "Slava, berikan dokumennya padaku dan kabari semua pemilik bar itu bahwa kita akan segera membereskan semuanya." "Baik Tuan Nikolai, tetapi anda harus tetap berada di markas. Biarkan beberapa anggota yang mengurusnya untuk anda." Nikolai mendecih. "Kau pikir aku lemah?" Slava menghela napas, sudah terlalu terbiasa menghadapi Tuan Muda dan Nona yang gampang sekali gusar ketika diusik. Nikolai dan Nadia tidak ada bedanya sama sekali. "Anda adalah pemimpinnya. Tolong ingat apa yang terjadi saat terakhir kali Tuan Nikolai datang sendiri kepada mereka." Nikolai mengigit bibirnya hingga bagian itu mengeluarkan setitik darah. Berkali-kali ia mengusap wajahnya dengan kasar. Sangat wajar Nikolai gusar dengan tindakan semena-mena Liu Yantsui dan Akiyama Toshiro. Merusak bar dan casino hanya karena mereka dalam perlindungan Bratva? Apakah mereka sangat takut untuk datang sendiri ke markas Bratva sehingga yang bisa mereka lakukan hanya menyakiti segala hal yang ada di sekitar Nikolai. Jujur saja, menghadapi Liu Yantsui yang bekerja sama dengan Akiyama Toshiro jauh lebih merepotkan daripada membereskan satu kartel n*****a. Orang-orang dengan gen otak licik seperti mereka selalu memiliki cara untuk membuat Nikolai gusar. Praktis, kegusaran yang terjadi pada Nikolai berimbas pada tindakannya yang sembrono. Nikolai tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, belum lagi dengan Nadia yang harus berurusan dengan Akiyama lainnya. Nikolai sudah tahu apa yang menyebabkan Nadia tampak benar-benar marah hari itu. Ia memata-matai sekolah Nadia lewat salah satu satpam yang ia bayar. Hasilnya, seorang Akiyama lain yang lebih muda datang dan mendaftar ke sekolah itu. Lebih buruk lagi, dia berada di kelas yang sama dengan Nadia. Nikolai tidak bisa terlalu banyak ikut campur urusan sekolah Nadia. Nikolai menghargai dunia Nadia, ia juga tidak bisa sembarangan bertindak karena melibatkan orang-orang lain yang bukan seperti mereka. Dari hari ke hari, Nikolai bisa melihat perubahan tingkah Nadia yang kurang terkontrol. Latihannya menurun, emosinya kurang stabil, tawanya lebih banyak hilang. Ia bahkan tidak repot-repot mendekati Yao Wang yang disukainya padahal pria Asia itu sering berada di sekitarnya. Nikolai yakin Akiyama Tenzo tidak akan jauh berbeda kelakuannya dengan Akiyama Toshiro. "Tuan Nikolai—" Nikolai mengangkat telapak tangannya, mengisyaratkan kepada Slava untuk tidak berbicara. Nikolai terdiam dengan ekspresi tegang di wajahnya. Pikirannya berputar jauh, membuat kepalanya sakit karena terlalu dipaksa untuk berpikir. "Slava, perintahkan Bratva untuk menjaga wilayah yang dihancurkan Liu Yantsui. Mereka membayar untuk perlindungan kepada kita, aku harus bertanggungjawab untuk ini." Slava mengangguk pelan. "Baik, Tuan Nikolai." Nikolai duduk di kursinya dengan helaan napas berat. Berkali-kali ia mengusap wajahnya dengan kasar. Liu Yantsui benar-benar menginginkan Liu Jia Li kembali meski hingga saat ini Nikolai tidak paham apa alasannya. Kakak beradik tak sedarah itu tidak akur, dan sejak awal memang menginginkan kepemimpinan Dragon's Claws. Nikolai tidak melihat kesalahan apapun dari Liu Jia Li, entah bias karena ia menyukainya atau tidak, tetapi Liu Jia Li mengambil posisi sebagai Master Dragon's Claws hanya ketika Liu Yantsui dikabarkan meninggal di Taiwan. Liu Fei Long sebagai pemimpin sebelumnya memang lebih memihak Liu Jia Li karena kemampuan pria itu, dan mungkin itu pula lah yang membuat Liu Yantsui begitu benci dengan Adik angkatnya. Nikolai tidak mengerti perasaan itu, dan ia juga tidak ingin mengerti. Ia dan Nadia berbeda. Mereka memiliki Ibu yang berbeda tetapi Ayah yang sama. Mereka tetap memiliki ikatan darah. Nikolai juga memiliki rasa iri kepada gadis itu, tetapi mungkin ia lebih baik dalam mengendalikan diri daripada Liu Yantsui. Sekarang setelah semuanya begitu kacau, yang mana yang harus Nikolai selesaikan terlebih dahulu? Nikolai melempar dokumen laporan yang ia terima, dan berjalan keluar ruangannya dengan hati yang gusar. Ia tidak bisa membiarkan dirinya dan Nadia menyelesaikan masalah ini sendiri-sendiri. Mereka harus berkoordinasi. Jika tidak, salah satu atau bahkan mereka berdua akan sama-sama menemui kegagalan. Nadia tengah duduk bersama Liu Tao ketika Nikolai datang. Bocah sepuluh tahun itu langsung berdiri dan membungkuk kecil sebelum pergi. Nadia menatap tidak suka dengan kedatangan Nikolai, terutama karena sesi  curhatnya dengan Liu Tao mengenai Yao Wang harus terganggu dengan kedatangan Nikolai yang memasang wajah kesal. Tidak banyak kesempatan untuk Nadia berbicara banyak dengan Liu Tao, apalagi membicarakan Yao Wang. Kakaknya itu benar-benar datang di saat yang tidak tepat. "Nadia, kita harus bicara." Ucapnya dingin. Nadia menaikkan sebelah alisnya. "Okay, tetapi aku tidak ingin membahas apapun yang terjadi di sekolah." Nikolai mendecak. Sangat jelas di matanya bahwa ia benar-benar marah. Suasana hatinya sedang tidak baik, Nadia tahu itu meski penyebabnya belum ia ketahui. Nikolai yang kesal menarik paksa pergelangan tangan Nadia. Orang-orang di markas benar-benar terkejut melihat Nikolai memperlakukan Nadia dengan kasar. Semua tahu hubungan Kakak beradik mereka selalu baik-baik saja, bahkan dalam kondisi pelik sekali pun. Liu Jia Li yang melihat hal itu sempat mencegah Nikolai menyakiti Nadia, tetapi Nikolai menatapnya dengan tajam dan mengatakan untuk tidak ikut campur dalam masalah keluarga mereka sehingga secara reflek Liu Jia Li mundur berkat tatapan itu. Nikolai menutup pintu ruangannya dengan kasar dan melepaskan Nadia yang menatapnya dengan pandangan benci. Dua-duanya memiliki sifat yang begitu mirip, dan berbicara dalam kondisi sama-sama gusar seperti itu bukanlah ide yang baik. Nikolai dan Nadia saling menatap dengan pandangan berapi-api. Sedikit saja gangguan, mungkin akan terjadi perang saudara di markas Bratva. "Apa yang kau lakukan, Nikolai?" Tanya Nadia keras. "Kita harus bicara!" "Aku tidak ingat berbicara harus menggunakan tangan dan menyeretku seperti itu." Nikolai menarik kerah kemeja Nadia. "Aku tidak akan melakukan itu jika kau menurut." Nadia meradang. Ia menarik paksa cengkeraman Nikolai di pakaiannya dengan kasar. "Excuse me? Aku bukan bawahanmu yang harus menurut. Ah, malah seharusnya kau yang menurut padaku. Kau lupa siapa aku?" "NADIA!" "Kenapa? Kau tersinggung? Urus emosimu terlebih dahulu sebelum melampiaskan segalanya padaku." Nadia dan Nikolai memiliki tubuh tinggi yang tidak berbeda jauh. Secara kasat mata, mereka akan tampak sama. Hanya ketika di posisi inilah Nadia mengutuk tinggi badannya karena kalah dengan Nikolai. Tinggi badan selalu berpengaruh untuk kadar intimidasi. Nadia terbiasa berjalan sebagai perempuan dengan tinggi badan di atas rata-rata gadis-gadis di sekolahnya bahkan beberapa teman laki-laki lainnya. Hanya dengan tinggi badan dan tatapan tajam, Nadia bisa membungkam para pengganggu di sekolahnya. Sekarang apa? Ia merasa terintimidasi oleh Kakaknya sendiri? Nadia benci itu. Nadia menarik seringai samar. "Oh? Kau ingin melampiaskan emosi tak stabilmu itu dengan melawanku? Okay, ayo lakukan." Nikolai dan Nadia sama-sama mencengkram kerah pakaian satu sama lain. Ada lemari senjata di ruangan Nikolai. Nadia benar-benar ingin mengambilnya dan melawan Nikolai sekarang juga. Mungkin mereka harus dilumpuhkan salah satu sehingga keributan ini tidak akan terjadi. "Kau menantangku Nadia?" "Yeah, kau pikir hanya karena aku perempuan dan lebih muda lalu aku tidak berani melawanmu? Yang kau anggap lebih lemah ini memiliki derajat lebih tinggi darimu." "Nadia! You bas—" "STOP!" Nadia dan Nikolai sama-sama menoleh, menatap tajam kepada Luka yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan menghentikan mereka. “Keluar! Aku tidak ingin menyakitimu.” Desis Nadia tajam. Luka meneguk ludahnya susah payah. Ia sudah begitu berpengalaman dengan dua saudara di hadapannya sejak kecil. Pertengkaran menyeramkan mereka sudah terjadi sejak mereka masih berada di Rusia. Tetapi meski ia berpengalaman dengan hal itu pun, Luka tidak pernah merasa terbiasa menghadapi keduanya. Siapa sangka mereka bertengkar hebat lagi di saat Luka berada di sana. Entah Luka harus bersyukur atau merasa sial mengalaminya lagi setelah bertahun-tahun tidak bertemu keduanya. Luka memberanikan diri berdiri di tengah-tengah Nikolai dan Nadia, berusaha memisahkan keduanya. “Aku tidak tahu kali ini apa masalah kalian, tapi kalian punya mulut untuk berdiskusi, okay?” Nadia dan Nikolai yang dalam mode murka nyatanya tidak pernah bisa didamaikan hanya dengan nasihat. Luka tidak tahu sudah separah apa pertengkaran mereka selama ia terpisah di Rusia sementara keduanya berada di Macau. Dilihat dari kondisi saat ini, Luka ragu pertengkaran mereka akan selesai tanpa adu fisik. Nikolai tidak akan segan-segan, dan Nadia akan mengerahkan seluruh kemampuannya. Mereka sangat kuat ketika bekerja sama, dan sekejap menciptakan kehancuran ketika bertengkar. “Minggir!” Nikolai menendang paha Luka, membuat pria itu jatuh tersungkur ke samping. Nadia dan Nikolai kembali bertatapan satu sama lain seolah sama-sama sedang mengalirkan aliran listrik dari kedua mata mereka. Cengkeraman pada kerah pakaian masing-masing kembali terjadi. Luka benar-benar shock dengan apa yang terjadi di hadapannya. Nikolai dan Nadia benar-benar tidak lagi memikirkan sekitar dan fokus pada keributan yang mereka cicptakan sendiri. Adegan saling menarik di antara keduanya terjadi amat sengit. Luka benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk memisahkan mereka. Nikolai tidak mau mengalah kepada Adiknya, dan Nadia begitu marah diperlakukan seperti itu. Satu-satunya yang disyukuri Luka hanya bahwa Nadia memiliki kemampuan yang nyaris setara dengan Kakaknya. Mereka berdua saling menarik satu sama lain. Tidak banyak pembicaraan di antara mereka, tetapi tindakan mereka sudah merepresentasikan segalanya. Luka mengusap-usap pahanya yang terasa nyeri berkat tendangan tidak manusiawi Nikolai, dan segera menyusul kedua saudara itu yang telah berjalan keluar dengan saling menarik ke halaman belakang. Pertengkaran Nikolai dan Nadia benar-benar menjadi tontonan ekslusif di markas Bratva. Tidak ada dari mereka yang berani memisahkan keduanya. Biasanya, Slava yang akan bertindak, tetapi menurut informasi salah satu anggota Bratva yang Luka tanyai, pria itu sedang pergi ke Hong Kong untuk mengurus beberapa bar dan casino yang bernaung dalam perlindungan mereka. Praktis, Nadia dan Nikolai tidak akan ada yang melerai sampai salah satu dari mereka atau keduanya benar-benar tumbang. Luka khawatir pertengkaran mereka berlebihan. Ia ingat semua pertengkaran keduanya ketika di Rusia dulu. Sekarang, ketika mereka sudah sama-sama dewasa dengan kemampuan fisik yang pastinya lebih hebat, Luka takut keduannya tidak sadar membúnuh satu sama lain. "Waktumu cukup luang untuk melakukan ini?" Sindir Nadia. Nikolai mendecak. "Aku tidak ingin melakukannya, tetapi kau memaksa karena tidak mau menurut padaku." "Jangan membuatku tertawa, anak haram sepertimu tidak pantas memerintah keturunan sah.   Nikolai meradang. "Mulutmu busuk, Nadia." "Coba ingat-ingat siapa yang mengajariku selama ini." Luka menggigit bibirnya mendengar hinaan demi hinaan yang dilontarkan keduanya. Nadia selalu marah-marah ketika orang luar menghina Nikolai, tetapi dengan santai mengatainya dengan hal yang sama. Nikolai juga sama, begitu murka ketika rekan-rekannya menghina Nadia dan mengatainya sebagai keturunan tak berguna, tetapi sekarang ia juga melakukan hal yang sama. Entah bagaimana sebenarnya hubungan persaudaraan mereka. Halaman belakang yang sebelumnya dipakai Nadia untuk berlatih menambak berubah menjadi arena pertarungan. Luka bersyukur karena keduanya tidak memegang senjata sama sekali, tetapi itu tetap tidak membuat kekhawatirannya sirna. Pukulan demi pukulan, tendangan, bantingan, dan segala teknik bela diri lain mereka gunakan. Bedanya, mereka menggunakan seluruh teknik-teknik itu tanpa aturan, hanya dengan tujuan melumpuhkan lawan selumpuh-lumpuhnya. Nyaris dua puluh menit mereka terus bertarung seperti itu. Darah segar dan memar m*****i kulit mereka. Nadia bernapas putus-putus. Bagian ujung bibirnya robek, dan beberapa sisi lainnya membiru berkat pukulan Nikolai. Sementara itu, hidung Nikolai mimisan dan bagian sekitar lehernya banyak memar karena Nadia sering sekali mengincar bagian itu untuk membuat Nikolai tersedak. Keduanya berdiri dalam jarak dua meter, bernapas tidak beraturan, dan mulai sempoyongan. Luka menggigiti jemarinya, benar-benar ingin segera berlari ke tengah arena dan memisahkan keduanya. Namun sekali lagi, ia tidak cukup kuat untuk menghadapi dua monster bersaudara yang menyeramkan itu. Nikolai dan Nadia sama-sama memasang ancang-ancang hendak menyerang satu sama lain, namun gagal karena keduanya ditahan oleh Liu Jia Li dan Yao Wang. Nadia memberontak, membuat Yao Wang terpaksa mengangkat tubuhnya yang terus bergerak. Meski dengan banyak luka seperti itu, Nadia masih kuat menggerakkan tubuhnya dengan brutal, membuat Yao Wang cukup kesulitan untuk membawanya. Di sisi sebaliknya, Nikolai lebih tenang ketika Liu Jia Li menahan lengannya. Pria cantik itu membuatnya tidak bisa lagi melawan dan pasrah menatap Nadia yang berteriak penuh kebencian di dalam gendongan Yao Wang. Nadia berhenti bergerak ketika Yao Wang membawanya ke dalam. Yao Wang bisa merasakan detak jantung Nadia yang begitu keras di bahunya. Gadis yang sebelumnya terus meronta dengan gerakan kuat itu mendadak lemas di gendongannya, entah karena kehabisan tenaga, atau memang merasa tidak lagi perlu membuang-buang tenaga. Yao Wang mendudukkan Nadia di pinggiran ranjangnya. Pria itu segera mengambil kotak obat begitu melihat beberapa luka dan memar di wajah Nadia. Yao Wang tidak banyak bicara, ia sendiri juga tidak bisa menghibur orang lain. Nadia mungkin akan semakin tersinggung mendengarnya bicara dalam keadaan hati yang gusar. Karena itulah, Yao Wang memutuskan untuk tidak mengatakan apapun tentang pertengkarannya dengan Nikolai. “Permisi Nona Nadia.” Ucap Yao Wang pelan ketika ia hendak mengoleskan antiseptik di beberapa luke berdarah Nadia. Nadia hanya diam, ia tidak membalas ucapan Yao Wang, bahkan menatap wajahnya pun tidak. Otaknya berputar, memikirkan kejadian hari ini dan merasa begitu bodoh karena terpancing amarah semudah itu. Nadia menyadari bahwa dirinya dan Nikolai tidak jauh berbeda. Mereka akan sama-sama egois ketika dikuasai amarah. Nadia ingin mengalah, tetapi kalimat Nikolai selalu memancing amarahnya menuju puncak. Nadia sendiri juga tahu, perkataannya sebagian besar menyakiti Nikolai. Nadia tersentak kaget ketika Yao Wang mengoleskan antiseptik dengan kapas. Luka di ujung bibirnya terasa paling menyengat ketika Yao Wang membersihkannya dibandingkan dengan luka-luka lain. Padahal, jika dilihat secara kasat mata robekan di ujung bibir Nadia adalah luka paling kecil dari semua luka bekas pertarungan konyolnya dengan Nikolai. “Maaf, Nona Nadia.” Nadia mengangguk. “Tidak masalah, aku hanya terkejut.” Yao Wang berlanjut membersihkan luka-luka Nadia dan mengoleskannya beberapa obat. Beberapa bagian lengan Nadia benar-benar memar parah bahkan hingga menghitam. Hanya dengan sentuhan pelan saja Nadia terus bergerak gelisah. Yao Wang menyadari itu, ia berusaha keras untuk mengobatinya perlahan-lahan agar Nadia tidak merasa kesakitan. “Aneh sekali, memar-memar itu sama sekali tidak terasa sakit ketika aku bertarung dengan Nikolai, sekarang rasanya sakit sekali.” “Itu karena sebelumnya anda dikuasai oleh amarah, Nona Nadia. Detail kecil seperti luka dan memar tidak akan terasa sakit sampai anda benar-benar tenang.” Nadia menghela napas. “Begitu. Aku banyak memukul tenggorokan Nikolai tadi, kuharap ia baik-baik saja.” Yao Wang tersenyum samar. “Anda sangat marah sebelumnya seolah benar-benar ingin membunuh Tuan Nikolai, tetapi sekarang anda mengkhawatirkannya.” Nadia memalingkan wajahnya dengan ekspresi malu. “Itu… a-aku—“ “Bukan masalah besar, Nona Nadia. Tidak ada saudara yang tidak pernah bertengkar. Hanya mungkin, lain kali anda dan Tuan Nikolai harus memikirkan batasannya. Salah satu dari kalian bisa mati jika pertarungan tadi tidak dihentikan.” Nadia melebarkan matanya. “Aku dan Nikolai tidak memakai senjata apapun.” “Ya, kematian tidak hanya disebabkan oleh serangan senjata seperti pistol dan semacamnya, justru pukulan bertubi-tubi seperti yang anda lakukan kepada Tuan Nikolai dan anda terima dari Tuan Nikolai bisa membunuh tanpa sadar. Kalian mungkin memakai teknik-teknik beladiri yang pernah dipelajari, tetapi tak satu pun dari kalian yang memperhatikan peraturan. Semuanya acak, bergerak secara insting.” Nadia menggaruk tengkuknya pelan kemudian menghela napas. “Okay, aku akui yang tadi itu konyol, tetapi Nikolai juga sama saja.” “Yang sudah terjadi biarlah terjadi Nona Nadia, saya yakin ini bukan pertama kalinya kalian bertengkar hebat. Nona Nadia hanya harus meningkatkan kontrol diri ke depannya, sehingga pertengkaran kalian tidak membahayakan satu sama lain. Lagipula, Tuan Nikolai adalah satu-satunya keluarga sedarah bukan?” “Hm, aku akan berusaha.” Yao Wang mengangguk ketika selesai mengobati luka Nadia. Ia segera membereskan obat-obatan yang dipakainya dan menata kembali item-item itu ke dalam box wadahnya. “Saya permisi, Nona Nadia.” Nadia mengangguk. “Thanks, Yao.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD