Diversion

1825 Words
Nadia benar-benar merasa tidak berdaya. Para bawahan Liu Yantsui mengurungnya dalam sebuah ruangan berdebu berukuran kecil. Nadia tidak disekap dalam posisi duduk, melainkan diikat dengan rantai bagian perut sampai melingkar ke punggung kemudian ujung rantai dikaitkan ke atap. Posisi Nadia menggantung dengan badan dirantai dan pergelangan tangan diborgol. Seluruh tubuhnya terasa remuk berkat tendangan brutal Akiyama Toshiro, dan sekarang ia harus digantung dengan rantai-rantai yang mengikat tubuhnya dengan sangat erat. Seolah tulangnya mau patah saja. Nadia tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu sejak ia dibawa kemari sampai berakhir dalam posisi menggantung bak daging ternak di rumah jagal, yang jelas Nadia merasa sudah cukup lama. Orang-orang di markas pasti sedang kalang kabut mencarinya. Nadia merasa bodoh tidak mengabari Nikolai sebelum bertindak. Ia sadar diri bahwa dirinya terlalu sombong, mengira bahwa ia bisa menghadapi para suruhan Liu Yantsui. Nyatanya, ia berakhir di sini, disekap dan disiksa tanpa kenal usia maupun gender. Nadia merasa kedua matanya benar-benar berat dan ingin segera jatuh tertidur saja, tetapi ikatan kuat rantai-rantai di tubuhnya yang menimbulkan rasa sakit membuatnya tidak bisa tertidur. Seharusnya Nadia sudah pingsan saat Akiyama Toshiro mulai menendang wajahnya berkali-kali. Ah, Nadia benar-benar kesal dengan hal itu. Nadia sangat menyayangi wajahnya. Orang-orang di markas selalu mengatakan bahwa ia cantik dan menarik, tetapi Yao Wang tetap tidak pernah meliriknya. Sekarang, jika ia pulang dengan wajah penuh luka, bukankah Yao Wang semakin enggan melihatnya? Nadia benar-benar khawatir. Itu pun jika Nadia bisa keluar hidup-hidup. Sekarang, ia bahkan tidak tahu sedang berada di mana. Nadia melirik lemah ketika mendengar suara pintu terbuka di ruangan itu. Meski kedua matanya terasa berat, ia masih bisa melihat dengan jelas siapa yang datang. Liu Yantsui masuk sendirian tanpa Akiyama. Nadia benar-benar ingin meludah saking jijiknya melihat wajah itu. Sayang sekali, isi mulutnya sudah tercampur dengan darah berkat siksaan tidak manusiawi Akiyama Toshiro. Liu Yantsui mendekat dan mengusap pelan surai pirang Nadia yang telah terlepas dari ikat rambutnya. "Kasihan sekali, padahal kau tidak perlu merasakan kemurkaan Akiyama jika menurut dengan apa yang kuminta." Nadia merasakan dorongan kuat untuk memukul pria itu, tetapi sayang posisinya tidak memungkinkan sehingga ia hanya bisa tertawa pelan sembari menahan sakit. "Kau yakin bekerjasama dengannya? Kau lihat sendiri bagaimana ia menyiksaku, mungkin... sebentar lagi dia akan mengkhianatimu dan mengambil apa yang dia inginkan darimu. Selain itu, apakah kau bodoh? Mana mungkin aku menurutimu semudah itu. Bahkan jika kau menyiksaku lebih dari ini, aku tidak akan menurutimu." Liu Yantsui tersenyum tipis. "Keras kepala, sangat persis seperti Nikolai. Padahal kau bisa menjalankan Bratva dengan tanganmu sendiri, tetapi malah memberikannya kepada Kakakmu yang anak haram itu." Nadia bergerak, membuat rantai yang menahannya bergemerincing nyaring. Nadia tidak suka ketika orang lain mulai menghina keluarganya, apalagi mulai mengungkit perihal Nikolai. "Liu Yantsui, berani sekali kau mengatakan Kakakku anak haram ketika kau sendiri tidak becus menjadi seorang Ayah. Apa pernah sekali saja kau memperlakukan Tao seperti anakmu? Ah, bahkan aku tidak pernah terbayang iblís sepertimu pernah memikirkan Tao. Mungkin istrimu yang malang itu bunuh diri karena tidak kuat memiliki suami serupa iblís seperti dirimu." Senyum di wajah Liu Yantsui luntur, tergantikan dengan ekspresi marah yang sangat ketara. Ia menarik rambut Nadia, membuat gadis itu semakin mendongak berkat tarikan keras Liu Yantsui. “Aku peringatkan padamu Nadezhda, aku tidak sebaik yang kau kira. Aku mungkin tidak langsung menyiksamu seperti Akiyama, tetapi kau akan tetap merasa tersiksa. Sebaiknya kau jaga mulutmu di saat aku masih bersikap baik.” Nadia meludahkan darah di dalam mulutnya. “Aku pasti sangat gila jika pernah menganggapmu baik.” Liu Yantsui melepaskan jambakannya usai memperingatkan Nadia. Ia segera keluar dari ruangan itu dan Nadia mendengar bunyi klik pelan dari lubang kunci di pintu kayu yang memisahkannya dengan Liu Yantsui. Nadia menghela napas usai konfrontasinya barusan. Ia tidak berniat memperburuk suasana, tetapi melihat wajah Liu Yantsui secara reflek langsung membuatnya muak dan ingin mengatakan kalimat-kalimat butuk. Pria itu ada dalam daftar teratas orang-orang yang dibenci Nadia, dan sekali saja Nadia ingin sekali memukul wajahnya sampai babak belur, kemudian berdiri di sampingnya yang terkapar tak berdaya. Sayang sekali semua itu hanyalah fantasinya saja. Nyatanya, keadaan saat ini adalah sebaliknya. Nadia yang terikat dengan rantai dan tubuh menggantung, sementara Liu Yantsui bebas menghinanya. Nadia tidak tahu berapa lama ia akan bertahan dalam posisi menggantung seperti ini. Tiap detik terasa sangat menyakitkan. Seolah, satu per satu tulang di dalam tubuhnya dipatahkan dengan paksa. Sakit dan nyeri secara bersamaan. ** “Yao, kau yakin ini tempatnya?” Yao Wang mengangguk. Ia dan lima orang anggota Bratva yang ditugaskan oleh Nikolai telah sampai di markas Dragon’s Claws yang ada di Macau. Bangunan serupa gudang pabrik besar itu tidak memiliki penerangan yang mumpuni. Hanya ada beberapa lampu temaram yang menerangi beberapa sudut bangunan. Beberapa bagian bangunan itu tampak berdebu, seperti bangunan yang memang telah ditinggalkan. Markas Dragon’s Claws di Macau memang tidak benar-benar difungsikan dengan baik. Liu Jia Li terlalu fokus dengan markas utama mereka di Hong Kong dan berpikir bahwa bangunan yang di Macau hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan beberapa barang dagangan ilegal mereka. “Tampak sangat sepi, apa Nona Nadia benar-benar ada di sini ya?” Yao Wang menggeleng ragu. “Kita coba tempat yang mungkin dengan jarak terdekat. Jika memang Nadia tidak ada di sini, maka tidak ada cara lain lagi selain pergi ke Hong Kong.” Yao Wang tidak yakin apakah Nadia berada di bangunan tua ini. Ia hanya berasumsi dan tidak ingin terburu-buru menuju area yang jauh sebelum memeriksa tempat terdekat. Untunglah, jarak dari Macau ke Hong Kong sudah bisa ditempuh dengan kendaraan darat sehingga jika mereka harus ke Hong Kong dan mencari Nadia ke markas utama Dragon’s Claws tidak ada kendala besar dalam perihal perjalanan. Yao Wang dan orang-orang Bratva segera berpencar untuk memeriksa bangunan markas itu di setiap sisinya. Yao Wang sendiri memeriksa di bagian depan karena ia masih memegang kunci bangunan itu. Nyatanya hingga mereka semua kembali berkumpul, sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan itu baru saja dikunjungi apalagi oleh banyak orang. Jika Nadia dicúlik oleh orang-orang Liu Yantsui, dan sempat dibawa ke bangunan ini namun kemudian pergi, jelas masih ada jejak mereka. Nyatanya bangunan itu tetap berdebu seperti tidak pernah dikunjungi dan nihil jejak. Yao Wang menggeleng di hadapan orang-orang Bratva. “Sepertinya kita harus ke Hong Kong.” Jarak Macau ke Hong Kong sebenarnya tidaklah sangat jauh. Hanya butuh sekitar dua jam atau bisa kurang tergantung seberapa cepat dalam berkendara. Yao Wang dan orang-orang Bratva sudah melaporkan kepada Nikolai mengenai mereka yang akan datang ke Hong Kong. Sebenarnya, datang ke Hong Kong sama saja seperti masuk ke dalam jebakan. Tidak ada jaminan mereka selamat. Yao Wang hanya bersama lima orang anggota Bratva, sementara beberapa orang Dragon’s Claws yang membantu Liu Yantsui jelas lebih banyak. Belum lagi dengan orang-orang Akiyama Toshiro yang mungkin juga berada di sana. Yao meneguk ludahnya susah payah saat memandangi bangunan markas Dragon's Claws yang sebelumnya menjadi tempatnya tinggal di bawah kepemimpinan Liu Jia Li. Sekarang, markas itu telah dikuasai oleh Liu Yantsui. Ia dan para anggota Bratva berhenti agak jauh dari bangunan utama. Sebenarnya, Yao agak bingung bagaimana caranya agar orang-orang Bratva tidak ketahuan. Mereka memiliki penampilan yang begitu mencolok. Rambut mereka nyaris seluruhnya berwarna pirang meski tidak seterang Nadezhda dan Nikolai. Beberapa lainnya berambut coklat dan kemerahan. Yao berniat menyelesaikan semuanya sendiri meski ia tidak yakin bisa melakukannya. Tetapi sekarang sudah terlanjur dan mereka sudah jauh-jauh ke Hong Kong untuk sampai ke markas utama Dragon's Claws. "Bagaimana Yao?" Yao mengangguk. "Kurasa Nadia benar-benar ada di sini. Kita harus berpencar ke tiap sisi bangunan ini. Salah satu harus tetap di dalam mobil ini dan menjadi pihak penghubung dengan markas Tuan Nikolai. Bagaimana? Aku tidak bisa menjamin cara ini akan berhasil, apalagi sekarang Liu Yantsui sudah bekerja sama dengan Akiyama Toshiro, dengan adanya salah satu orang yang berada di sini, kita bisa sedikit lebih tenang karena Tuan Nikolai dan markas Bratva bisa tahu apa yang terjadi di sini. Mungkin juga, mereka bisa mengirim bantuan jika diperlukan." Keempat orang di hadapannya mengangguk. Mereka kemudian mulai menyusun strategi dan membagi bagian sesuai dengan kemampuan mereka. Yao menjadi orang yang akan datang secara terang-terangan untuk menarik perhatian orang-orang Liu Yantsui, kemudian tiga orang lainnya yang berpencar di sekitar bangunan markas Dragon's Claws akan memanfaatkan itu untuk masuk dan mencari Nadia. Yao menarik napas panjang ketika seluruhnya telah berada di posisi masing-masing. Ia merasakan jantungnya berdegup dengan cepat. Bayangan kericuhan sebelum ia dan beberapa anggota lainnya kabur ke Macau membawa Liu Jia Li dan Tao menyeruak masuk. Yao mungkin tampak tidak berekspresi, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia tetap merasa takut, khawatir, dan beragam emosi negatif lainnya. Yao mungkin memilih tidak ikut campur jika itu bukan Nadia. Ia tidak tahu mengapa sangat ingin menolong gadis yang selalu mengejar-ngejar dirinya tanpa peduli bahwa dirinya adalah seorang Tuan Puteri sementara Yao hanyalah seorang bawahan sebuah organisasi. Balas budi? Atau sekadar kasihan kah? Yao sendiri benar-benar tidak mengerti. Ada banyak faktor mengapa Yao tidak menanggapi perasaan gadis itu. Beberapa hal adalah faktor eksternal seperti status mereka dan lain-lain, dan sisanya adalah faktor internal di mana hanya Yao yang tahu. Ada alasan dari dirinya sendiri. Ada keraguan pula dari dirinya sendiri. Yao segera menggeleng dan memejamkan matanya sebentar. Ini bukan saatnya untuk memikirkan bagaimana perasaannya kepada gadis itu.  Yao berjalan dengan langkah pasti menuju gerbang markas Dragon's Claws. Markas Dragon's Claws dikelilingi oleh pagar besi tinggi hampir di seluruh tanah yang menjadi wilayahnya. Sebelumnya saat masih dalam kepemimpinan Liu Jia Li, pagar besi itu dialiri oleh listrik bertegangan tinggi. Siapa pun yang tidak terdaftar dalam data internal markas akan langsung tersengat begitu menyentuh besi pagar bahkan jika hanya sekadar mencolek pun. Kali ini berbeda, aliran listrik di pagar itu tidak dinyalakan. Yao tahu bagaimana bedanya, dan ia bahkan sudah mencoba untuk menyentuh pagar itu. Entah apa alasan sebenarnya. Yao hanya menebak kemungkinan untuk memudahkan Akiyama Toshiro dan beberapa orang-orang yang ia bawa keluar masuk tanpa harus mematikan aliran listrik. Tidak butuh waktu lama sampai kehadiran Yao disadari oleh mantan rekan-rekannya yang lebih memilih Liu Yantsui. Mereka langsung beramai-ramai mendatangi Yao dengan ekspresi tidak suka, kemudian mulai menginterogasi dirinya tentang mengapa Yao yang melarikan diri bersama Liu Jia Li bisa sampai ke markas Dragon's Claws. "Aku ingin bertemu dengan Master Yantsui." Ucap Yao tegas. Ia tidak peduli ketika orang-orang di hadapannya mulai mencemooh dirinya. Orang-orang itu langsung menahan kedua lengannya dan menahan dengan borgol. Semua tahu Yao Wang bukan orang sembarangan. Bisa menjadi tangan kanan seorang Liu Jia Li pastilah memiliki kemampuan yang kuat. Maka itulah mereka langsung berinisiatif untuk menahan gerakan Yao Wang dengan memborgol pergelangan tangannya. Yao hanya bisa pasrah dengan hal itu. Posisinya adalah sebagai umpan dan pengalih perhatian. Dia akan berbicara banyak hal sehingga fokus orang-orang yang ada di sini hanya untuknya. Maka dengan begitu orang-orang Bratva yang mencari Nadia bisa segera menemukannya. Yao hanya bisa berharap dengan kemampuan negosiasinya, semoga Liu Yantsui cukup lengah dengan apapun yang ia katakan sehingga ia tidak menyadari maksud sebenarnya dari Yao yang menampakkan dirinya di depan markas Dragon's Claws. Nadia harus mereka dapatkan kembali. ***    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD