Danger

1076 Words
Akiyama Tenzo maju dan menghalangi tubuh Nadia dengan tubuhnya. Pemuda itu tampak kebingungan dengan kedatangan tiba-tiba itu. Jujur saja, Nadia jauh lebih terkejut dengan reaksi Akiyama Tenzo daripada kedatangan para bodyguard Akiyama. Nadia pikir, Akiyama Tenzo pastilah dalang di balik orang-orang berpakaian hitam ini. Nyatanya, bahkan dia juga bereaksi kebingungan. Nadia tahu suatu hari mereka akan mengejarnya, kembali menjadikannya tawanan untuk menarik Nikolai keluar. Mengalahkan Bratva jauh lebih mudah dengan menjadikan Nadia umpan. Bratva rela kehilangan ratusan anggota untuk menyelamatkan Nadia. Nadia ada dalam kasta tertinggi di markas, dan meski Nadia tidak merasa seperti itu, dan menganggap seluruh anggota organisasi sebagai temannya yang setara, mereka tetap menganggap Nadia lebih tinggi. Bahkan, jauh lebih tinggi dari Nikolai yang jelas-jelas Bos mereka. Siapa sangka orang-orang Akiyama Toshiro datang secepat ini, dan lebih parah karena mereka dengan santainya masuk ke area sekolah di mana masih banyak murid-murid yang belum pulang. "Kau benar-benar sialàn, Tenzo." Desis Nadia kesal. Akiyama Tenzo menatap Nadia dengan ekspresi bersalah yang tidak pernah Nadia bayangkan akan ia lihat. Entahlah hanya halusinasi atau memang ia melihatnya secara benar. Akiyama Tenzo berdiri dan merentangkan kedua lengannya. "Sekali melangkah, kalian akan mati." Seru Akiyama Tenzo keras. Orang-orang berpakaian serba hitam yang menodongkan pistol menatap tak percaya. Bagaimana bisa anggota mereka sendiri berusaha melindungi musuh. Jujur saja, bahkan Nadia merasa aneh dengan tindakan yang dilakukan oleh Akiyama Tenzo. Nadia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi saat ini. Ayolah, ia ribut dengan Akiyama Tenzo sebelumnya, dan sekarang ia harus kembali ribut dengan orang-orang Akiyama? Nadia maju dan mendorong tubuh Akiyama Tenzo menjauh. Ia menatap tajam kepada orang-orang di hadapannya, menahan diri untuk tidak menarik pistol yang selalu ia bawa di bagian bawah tas sekolah. Lin Xianming semakin erat memeluk lengan Nadia, ia benar-benar takut dengan keadaan saat ini. Nadia merasa bersalah selalu melibatkan Lin Xianming dalam setiap masalah yang menyangkut latar belakang keluarganya. Sejak Akiyama Toshiro muncul dan bekerja sama dengan Liu Yantsui, kehidupan sekolah Nadia yang damai mendadak acak dan berantakan. Satu per satu orang dari pihak musuh muncul dan mengincarnya sebagai pihak yang dianggap terlemah. Nadia tidak mau teman-temannya dilibatkan, ia sendiri juga tidak ingin tertangkap oleh mereka. Nadia sudah mengalami bagaimana sulitnya berada di markas musuh. Siksaan yang ia terima begitu membekas, terbayang begitu jelas di ingatan Nadia. Ia bukan jenis orang yang terlalu memikirkan kejadian dalam hidupnya. Jujur saja, Nadia malah lebih banyak tidak peduli pada hal-hal yang sudah berlalu. Namun semua yang ia alami di markas Drgaon's Claws benar-benar membawa pengalaman traumatis yang tidak hilang. Ia mungkin berpura-pura tegar, mengatakan kepada Slava dan orang-orang Bratva lainnya bahwa apa yang ia alami hari itu hanya hal kecil yang tidak terlalu bermasalah. Nyatanya, semua itu hanyalah topeng karena Nadia benci tampak lemah. “Lin Xianming, kau pulanglah lebih dulu, aku akan mengurus ini. Okay?” Nadia mengusap pelan lengan Lin Xianming, berusaha memberinya keberanian untuk keluar dari area mereka. “Lin Xianming menggeleng. “Tapi kau bagaimana?” “Tenang saja, bukan masalah besar. Kita bertemu besok.” Nadia mendorong paksa tubuh Lin Xianming hingga gadis itu limbung dan nyaris jatuh. Lin Xianming hanya diam sambil menangis ketika Nadia menyerahkan lengannya dan pergi bersama Akiyama Tenzo serta orang-orang berpakaian serba hitam yang tiba-tiba datang itu. Lin Xianming buru-buru mengambil ponselnya dan mengabari apa yang terjadi kepada Slava. Itu adalah satu-satunya nomor pengawal Nadia yang ia punya. Murid-murid lain di sekitar Lin Xianming menatapnya aneh pasca Nadia dibawa pergi. Lin Xianming bertanya-tanya mengapa pihak sekolah tidak memanggil polisi dan menyelidiki lebih lanjut padahal sekumpulan orang-orang itu datang ke sekolah beramai-ramai dan bahkan menodongkan pistol kepada murid. Keamanan sekolah jelas-jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh mereka. Apa yang terjadi hari ini pasti akan menjadi berita utama di forum sekolah. Para orang tua murid yang seluruhnya adalah orang-orang dengan nama besar tidak akan membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Lin Xianming tahu cara kerja orang-orang kayak arena ia salah satunya. Sekolah akan menerima tuntutan, dan nama baik sekolah tidak akan pernah sama lagi. ** Nadia sadar tubuhnya tidak berhenti bergetar dan berkeringat dingin sejak mobil milik Akiyama membawanya pergi. Akiyama Tenzo ada di sampingnya, duduk dengan ekspresi dingin yang tidak bisa Nadia deskripsikan. Nadia benar-benar ketakutan. Ia mengakui itu dalam hati. Ia harus kembali ke markas Dragon’s Claws di mana sumber traumanya berasal. Nadia mungkin tampak menampilkan ekspresi datar seolah apa yang ia alami bukan apa-apa, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya dia sedang meronta-ronta, berteriak keras meminta pertolongan. Apa yang akan terjadi padanya? Apa yang akan mereka lakukan kepadanya? Siksaan apalagi yang harus ia terima dari orang-orang itu? Dan beragam pikiran penuh paranoia lainnya. Mereka benar-benar membawa Nadia kembali ke Hong Kong, markas Dragon’s Claws yang sama. Nadia benar-benar merasa kakinya lemas ketika turun dari mobil. Berbeda seperti sebelumnya di mana kedua mata Nadia ditutup, saat ini Nadia dipersilahkan datang seperti seorang tamu meski dengan paksaan. Mereka menggiring Nadia dan Akiyama Tenzo sendiri ke aula depan di mana Akiyama Toshiro dan Liu Yantsui tengah duduk menunggu mereka. “Selamat datang kembali, Nadezhda.” Sapa Liu Yantsui dengan santai. Nadia melirik pria itu dalam diam dan kemudian arah matanya beralih kepada Akiyama Toshiro yang juga meliriknya. Nadia buru-buru memutus pandangan darinya dan menatap ke arah lain. BRAK! “Apa-apaan? Kalian sengaja menyuruh mereka datang ke sekolah dan mengacungkan pistol kepada seorang murid?” Seru Akiyama Tenzo keras. “Diam, Tenzo.” Akiyama Tenzo mendecak. “Nii-san! Kau berjanji untuk tidak melakukan apa-apa di sekolah. Kedatangan mereka sudah membawa keributan, dan lebih parah lagi mereka dengan santainya mengeluarkan pistol. Nii-san! Apa yang sebenarnya kau pikirkan?” Akiyama Toshiro berdiri, menghampiri Akiyama Tenzo yang masih bertahan dengan ekspresi berapi-api. Ia benar-benar tidak peduli dengan imej kalem yang selalu ia pakai di sekolah dan menumpahkan segala keluhannya kepada Akiyama Toshiro seperti seorang Adik kecil manja yang butuh perhatian Kakaknya. Jujur saja, Nadia takjub dengan sisi lain itu. Nadia baru sedetik berpikir bahwa mungkin hubungan persaudaraan Toshiro dan Tenzo tidak separah Liu Yantsui dan Liu Jia Li, namun pikirannya langsung runtuh tatkala Akiyama Toshiro mencekik leher Adiknya dan mendorongnya hingga membentur dinding. “Aku tidak pernah mengajarimu untuk menuntut sesuatu padaku jika kau tidak bisa mengerjakan bagianmu. Menunggumu membawa Nadezhda kemari membuatku membuang-buang waktu. Kau tidak memenuhi ucapanmu sendiri.” Akiyama Tenzo meronta-ronta. Nadia ngeri membayangkan sekuat apa Akiyama Toshiro mencekik Adiknya sendiri. Ia dan Nikolai juga dalam masa berseteru. Mereka bahkan sempat berduel sampai membuat babak belur satu sama lain. Nadia menarik senyum samar. Saudara di dunia mereka tidak pernah tampak benar-benar seperti saudara. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD