Tiga

1234 Words
Jasmine membawa Jordan makan di sebuah restoran ayam paling terkenal di Indonesia. Tempatnya sekitar dua kilometer dari sekolah. Keduanya dudk di meja yang tidak jauh dari kasir. "Tunggu di sini, iya, Jo. Bu Jasmine pesankan makanan nya dulu" Jordan mengangguk patuh pada perintah Jasmine. Jasmine meletakkan tasnya dan mengambil dompet lalu pergi ke depan kasir untuk mengantri. Sesekali dia melihat ke arah Jordan, memperhatikan apa yang bocah itu lakukan. Tidak lama kemudian dia kembali ke meja mereka dengan membawa nampan berisi makan yang sudah dia pesan. Jasmine membeli ayam goreng dan satu sop untuk Jordan.  "Cuci tangan dulu!" Kata Jasmine pada Jordan saat bocah itu hendak mengambil ayam. Jordan melihat ke sekeliling mencari tempat untuk mencuci tangan. "Ayo, cuci tangan sama ibu" Ajak Jasmine saat melihat Jordan kebinungan. Dia lalu membawa Jordan ke wastafel. Membantu Jordan mencuci tangan dengan bersih. Setelah mencuci tangan, mereka kembali ke meja .Jasmine lalu membantu memisahkan daging ayam dengan tulangnya. Agar memudahkan jordan, lalu dia menggeser ayam yang sudah di pisahkan tulangnya ke hadapan Jordan. "Makan lah!" Katanya.  Jordan begitu senang mendapat perhatian Jasmine air matanya bahkan menetes saat dia makan. Namun bibirnya tetap tersenyum dan dia makan dengan lahap.  "Terimakasiih bu Jasmine," Ucap Jordan setelah menghabiskan makanannya. Jasmine mengelus kepala Jordan sayang. "Sama-sama," Balas Jasmine sambil tersenyum tulus. "Lain kali, apa boleh kita makan lagi Bu?" Taya Jordan lagi. Jasmine sejenak terdiam. "Jo, akan minta uang lebih banyak sama papa. Supaya Bu Jasmine tidak mengeluarkan uang untuk makan Jordan" Katanya sungguh-sungguh. Jasmine merasa bersalah sempat menolak permintaan Jordan tadi. "Iya, boleh. Kita akan lebih sering makan siang bersama nanti." Janji Jasmine.  "Sekarang kamu mau ibu Jasmine antar pulang atau nunggu di jemput?" Jasmine ingat lagi kalau Jordan bilang akan di jemput terlambat. Dia takut papa Jordan sudah menunggunya.  "Papa akan menjemput ke sini bu" Kata Jordan tenang.  "Bagaimana papa kamu bissa tahu kalau kita di sini?" Jordan memamerkan jam tangan karakter di tangan kirinya.  "Jam ini di lengkapi gps, Bu. Jadi papa akan otomatis tahu di mana Jo berada." Jasmine mengangguk mengerti.  Dan bernar saja, tidak lama kemudian Jonathan datang dengan menggunakan kemeja berwarna biru tanpa jas. Penampilan memang terlihat biasa saja, namun kedatangannya membuat seluruh pengunjung restoran mengalihkan tatapan padanya. Seluruh perempuan dari semua generasi melihat terpana padanya. Termasuk Jasmine dan saat dia sadar akan ke terpanaannya dia  mengerjapkan matanya berusaha mengalihkan fokusnya dari ketampanan duda anak satu itu. "Sadar Jes, kamu sudah punya pacar." Gumamnya pada dirinya sendiri. "Hai. Maaf, papa terlambat" Kata Jonathan sambil mengelus kepala Jordan. Dia mengangguk sopan pada Jasmine. "Terimakasih, karena sudah menemani Jordan makan siang, Bu Jasmine" Ucapnya seraya duduk di hadapan Jasmine. "Eh, Sama-sama pak" Balas Jasmine canggung.  "Apa kamu masih mau menunggu?, saya  juga belum makan siang." Kata Jonathan tanpa canggung sedikit pun. Mau tidak mau Jasmine hanya mengangguk. Jonathan kemudian berdiri dan memesan makanannya ke stand dekat kasir. "Bu Jasmine, Jo mau buang air kecil" Kata Jordan, dia meminta untuk di temani. "Sebentar iya, tunggu papa dulu" Jawab Jasmine, dia merasa tidak punya hak untuk langsung membawa anak kecil itu tanpa ijin dari orang tua bocah itu dulu. "Ada apa?" Tanya Jonathan saat melihat Jordan berdiri di samping Jasmine. Pasalnya saat dia tinggal tadi, putranya itu masih duduk di kursinya. "Jo, mau buang air kecil pa" Kata Jordan.  "Kalau begitu sama papa aja" Jonathan menarik pelan tangan Jordan dan membawanya ke kamar mandi khusus laki-laki.  Jasmine berpikir untuk meninggalkan mereka dan pulang sekarang,  namun dia mengurungkan niatnya mengingat wajah Jordan. Jonathan langsung melahap makanannya setelah kembali dari kamar mandi. Mengabaikan pembicaran du oarang di mejanya dan fokus menghabiskan makannya. Ada hal yang ingin dia sampaikan pada Jasmine setelah ini. "Bu Jasmine, Mikha itu siapanya ibu Jasmine?" Tanya jordan di sela obrolan ringan mereka. "Mikha itu anak asuh sahabat ibu." Jawab Jasmine.  Jordan mengangguk, "Mikha cantik, Jo suka" Katanya membuat Jonathan tersedak. Jasmine reflek langsung menyodorkan minum ke hadapan Jonathan. Jonathan menerimanya dan meminumnya setelah batuknya sedikit mereda. "Jo, tadi suka sama siapa?"  "Mikhayla namanya pa, orangnya juga cantik" Jawab Jordan sambil tersenyum manis.  "Kamu masih minum s**u dari dot. Mana mau dia sama kamu." Jordan mendelik mendengar perkataan sang papa.  "Jo, udah nggak minum s**u dari dot. Hanya sesekali saja kalau Jo sedang malas." Elak Jordan tidak terima. Jasmine terkekeh mendengar perdebatan kedua orang itu. "Tuh, ibunya juga tersenyum" Tambah Jonathan lagi, menggoda putranya. Hal yang tidak Jonathan sadari adalah, kata 'ibunya' yang dia sebut menujuk Jasmine membuat orang di sekitar mereka salah paham. "Papa!" Kata Jordan menunduk malu. Jonathan tertawa melihat tingkah malu-malu putranya, untuk pertama kalinya dia melihat ekspresi baru yang Jordan tunjukan. "Jo mau Bu Jasmine sampaikan, kalau Jo suka sama Mikha?"  Jordan mengangkat kepalanya lalu menggeleng pendek. "Jo malu," Katanya, wajah bulatnya bahkan memerah lucu.  "Pa, Jo boleh main di situ nggak?" Jordan menunjuk tepat berain anak yang masih di area restoran itu. Dia menghindar untuk di goda lagi oleh dua orang dewasa itu.  Jasmine melihat Jonathan, berharap pria itu tidak memperbolehkannya. Dia akan canggung jika hanya berdua dengan Jonathan. Jonathan mengangguk, ''Boleh" Katanya, dia paham dengan tatapan Jasmine, namun dia mengabaikannya. Karena, memang ada yang ingin dia sampaikan. Jasmine memfokuskan dirinya pada ponsel miliknya, dia tidak memilki hal yang ingin dia sampaikan pada pria di depannya itu bahkan untuk perkembangan Jordan di sekolah. Jordan adalah anak yang baik, juga pintar. Sejauh ini anak itu tidak memiliki masalah apapun. "Apa kamu masih sibuk?" Tanya Jonathan saat Jasmine hanya memandangi ponselnya yang layarnya sudah gelap. Jasmine mengangkat kepalnya dan menggeleng, dia meletakkan ponselnya di meja.  "Saya ingin menawarkan pekerjaan untuk kamu." Kata Jordan, tangannya menumpuk bekas makannya dengan bekas makan Jasmine dan Jordan. "Pekerjaan?. Tapi saya sudah punya pekerjaan." Jasmine menolak secara halus "Hanya pekerjaan tambahan. Yaitu menemani Jordan setelah pulang sekolah. Bagaimana?" Tanya Jonathan. "Hanya menemaninya?" tanya Jasmine, memastikan. "Iya, tapi kamu wajib tinggal di rumah saya. Karena kamu akan menemani Jordan dan juga mengurus keperluannya. Setelah kembali dari sekolah" Jasmine masih diam, dia sedang mencerna semua perkataan Jonathan. "Saya tidak bisa pak" Tolak Jasmine, setelah menerti apa yang Jonathan maksud. "Saya akan membayar tiga kali lipat dari gaji kamu" Tawar Jonathan lagi.  "Maaf, saya tidak bisa. Saya tidak pernah bekerja selain di sekolah" Jasmine tetap menolak. Sebenarnya dia tertarik, namun syarat yang mewajibkannya untuk tinggal di rumah pria itu membuatnya berpikir ulang.  "Saya akan menunggu kamu berubah pikiran" Kata Jonathan. *** "Kamu senang makan siang berdua dengan Bu Jasmine?" Tanya Jonathan saat mereka berdua berada di dalam mobil menuju rumah. Jonathan memutuskan untuk tidak kembali ke kantor, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya, dan lagi dia tidak memiliki pertemuan penting hari ini. Jordan mengangguk semangat, "Bu Jasmine baik pa" jawab Jordan. Entah sudah berapa kali Jonathan mendengar kata ' Bu Jasmine baik' dalam satu minggu ini. Setiap pulang sekolah, Jordan sudah sering menceritakan betapa Bu Jasmine baik, Bu Jasmine yang begini, Bu jasmine yang begitu. Sampai-sampai Jonathan hapal semua tentang Jasmine dari cerita putranya.  Hal itu jugalah yang mendorongnya untuk menawarkan Jasmine menjadi pengasuh Jordan. Menurutnya Jordan akan bahagia jika di temani oleh Jasmine.  Jonathan sadar dia belum bisa memberikan yang terbaik untuk Jo, dia juga sering meninggalkan Jordan bersama orangtuanya jika dia ada pekerjaan di luar kota. Dan dengan adanya Jasmine di rumah mereka, tidak akan membuat Jordan terpaksa ikut ke kantor denganya. Jordan akan memiliki teman di rumah dan mengawasinya dengan baik. Jonathan kadang merasa bersalah saat dia melihat Jordan tertidur di kantornya. Dia akan mencoba menawari Jasmine lagi di lain hari. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD