Empat

1086 Words
"Bu Jasmine," Panggil Jordan dengan semngat, saat Jasmine baru keluar dari ruang guru untuk pulang. Jam sekolah sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu. Dan bocah itu masih setia menunggu Jasmine, untuk mengajak makan siang bersama seperti yang akhir-akhir ini mereka lakukan. "Loh, kamu belum pulang, Jo?" Tanya Jasmine sedikit terkejut. Jordan menggeleng sambil tersenyum polos.  "Jo, nunggu bu Jasmine," Katanya.  Dalam seminggu ini Jasmine sudah menemani Jordan makan siang sebanyak empat kali, dan hari ini merupakan hari jumat. Hari terakhir sekolah dalam minggu ini. Dan Jasmine tidak mungkin membatalkan janjinya dengan Angga kali ini.  "Ibu minta maaf iya Jo, hari ini ibu nggak bisa nemenin kamu. Ibu Jasmine sudah ada janji dengan seseorang," Ucap Jasmine nada menyesal. Jordan mengangguk lesu. Sebenarnya tadi pagi Jasmine sudah mengatakannya pada Jordan, namun sepertinya bocah itu tidak mendengarkannya. "Papa kamu sudah jemput?" Tanya Jasmine lagi yang di gelengan oleh  anak itu. "Hari ini Jordan di jemput supir," tambah anak itu lagi. "Supirnya sudah datang?" Tanya Jasmine lagi dan kali ini di jawab anggukan oleh Jordan. Mereka kemudian melengkah beriringan keluar dari area sekolah. Saat di depan gerbang, sebuah mobil berwarna hitam sudah menunggu Jordan. Si supir keluar dan membuka pintu mobil untuk Jordan. "Bu Jasmine, Jordan pulang dulu," Pamitnya lalu menyalim Jasmine dengan sopan. Jasmine mengangguk dan melambaikan tangannya seraya tersenyum. Jasmine kemudian melangkah menuju kafe milik Angga tanpa melihat ke arah mobil yang di tumpangi Jordan yang masih berda di depan gerbang sekolah. "Tuan muda mau langsung pulang atau ke kantor Tuan Jonathan?" Tanya Si supir, seperti biasanya. Jordan terlihat sedang mengerutkan jkeningnya lucu. "Jordan nggak mau pulang ataupun ke kantor papa, Jo mau mengikuti Bu Jasmine," katanya.  Supir itu melihat Jordan tidak setuju. Jonathan akan marah jika tahu dia tidak langsung membawa anaknya pulang.  Tapi saat dia melihat ssorot mata Jordan mamu tidak mau dia pun akhirnya mengangguk,  dia tidak akan bisa menolak permintaan tuan mudanya yang menampilkan ekspresi sedih itu. Supir yang di percaya Jonathan menjaga anak semata wayangnya, yang bernama Kaicho. Pria yang  juga merangkap sebagai bodyguard Jordan. Laki-laki keturunan Jepang itu, di pilih khusus oleh Jonathan. Kaicho menggunakan keahliannya untuk mengikuti motor di depannya tanpa bisa di ketahui. Motor yang di kendarai Jasmine dan Angga berhenti di sebuah taman kota. Entah apa yang kedua orang itu bicarakan selama hampir dua jam berada di sana.  "Tuan muda belum mau pulang?" Tanya Kaicho lagi. Ini sudah ketiga kalinya dia menanyakan hal yang sama. Jordan melihat laki-laki yang bersama Jasmine itu dengan tatapan tidak suka. Dia tidak suka Bu Jasmine lebih memilih bersama dengan orang itu di tempat terbuka dan panas, ketimbang bersamanya di restoran besar. "Menurut paman. Siapa laki-laki dewasa yang bersama dengan Bu Jasmine?" Tanya Jordan tanpa menanggapi pertanyaan Paman Kaicho.  "Mungkin kekasihnya," Jawab Kaicho asal. "Kekasih itu apa paman?" Tanya Jordan penasaran. "Emm, semacam teman dekat atau lebih?" Kaicho jawab Kaicho asal. "Mau kekantor papa aja paman." Kaicho mengerti  mood majikan mudanya itu sedang buruk. Jadi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, dia memutar balik mobil yang dia kendarai dan melaju menuju kantor bosnya. *** Jordan membuka pintu kantor papanya dan langsung naik kepangkuan pria itu, dia memeluk Jonathan untuk melampiaskan kekecewaannya. "Jagoan papa kenapa?" Jonathan yang sudah mengenal betul putranya, tahu kalau bocahnya itu pasti sedang kesal. "Bu Jasmine pa," Adunya. "Bu Jasmine kenapa?" Tanya Jonathan penasaran.   "Bu Jasmine udah nggak sayang Jo, hiks" Tangisnya akhirnya pecah. Jonathan mengusap punggung putranya lembut. "Memangnya bu Jasmine bilang apa?" Tanya Jonathan lagi. Satu tangannya tidak berhenti mengusap punggung Jordan, dan satu lagi dia gunakan untuk menggeser kursor di komputer di miliknya, memeriksa laporan bagian keuangan.  "Bu Jasmine tidak mau makan dengan Jo hari ini" Jonathan tersenyum, dia paham. Untuk pertama kalinya Jordan merasa di tolak orang yang menyayanginya. Selama ini semua orang terdekatnya selalu menyanggupi keinginan anak itu. "Mungkin bu Jasmine punya urusan yang lebih penting, diakan juga punya kehidupan lain. Tidak melulu sama Jordan" Jonathan berusaha menjelaskannya dengan pelan. "Tidak semua yang Jo inginkan, bisa di dapatkan. Adakalanya Bu Jasmine juga sibuk," ucap Jonathan berusaha memberikan putranya pengertian. "Tapi bu Jasmine tidak sibuk, dia pergi dengan kekasihnya." Tatapan Jonathan langsung tertuju pada Kaicho yang berdiri di depan mejanya sejak tadi. Kaicho menunduk tanda dia minta maaf karena sudah berbicara dengan asal. "Jadi kamu sudah makan siang?" Tanya Jonathan mengalihkan pembicaraan. "Jo nggak mau makan," Katanya seraya menggeleng. Jonathan kemudian membujuk putranya itu untuk makan siang, dia meminta sekretarisnya untuk memesan makan siang putranya.  Meski terlihat susah tapi Jonathan berhasil membujuk Jo, menghabiskan setengah dari makanannya. Bocah kecil itu kemudian tertidur tidak lama setelah makan. Jonathan kemudian memindahkan Jordan ke kamar yang memang tersedia di ruangan itu. "kau yakin pria yang bersama Jasmine itu adalah kekasihnya?" Tanya Jonathan pada Kaicho yang masih setia berdiri di tempatnya sejak tiba di ruangan bosnya itu. Kaicho mengangguk ragu, "Saya kurang yakin, tapi melihat kebersamaan mereka, sepertinya mereka memiliki hubungan yang spesial" Jonathan mengangguk, ada perasaan tidak suka mejalar di hatinya. "Cari tahu apa hubungan mereka, dan laporkan ke padaku dua jam dari sekarang!" Perintah Jonathan tegas.  "Baik tuan." Kaicho kemudian pamit dan keluar dari ruangan bosnya.  Tidak sampai dua jam, Jonathan sudah mendapat laporan dari Kaicho. Dan memang benar kalau mereka menjalin hubungan spesial, dan hubungan itu sudah terjalin lebih dari dua bulan. Jonathan mendengus, jadi dia kecolongan selama ini?.  Oh, Jonathan tidak akan membiarkan hubungan itu bertahan lama, secepatnya dia akan mebuat hubungan itu berakhir. *** Jasmine memperhatikan motor Angga yang menjauh dari rumah kontrakannya. Setelah pria itu menghilang, barulah dia melangkah memasuki rumahnya. Sambil sesekali tersenyum mengingat kebersamaan mereka tadi.  Meski hanya kencan sederhana yang berada di taman kota, tapi Jasmine sudah senang. Angga sudah mau meluangkan waktu untuknya. Beberapa waktu terakhir pria itu memang sangat sibuk dengan pembukaan cabang baru kafenya.  Jasmine melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya. Sudah sore, tiga jam lebih bersama dengan Angga berasa hanya tiga menit. Kalau saja Angga tidak mendapat telepon dari pegawainya, mungkin mereka masih bersama.  Saat dia hendak ke kamar mandi, pnselnya berdering tanda panggilan masuk. Jasmine melihat id si penelepon. papanya Jordan.  Dia buru-buru mengangkatnya takut terjadi sesuatu dengan Jordan. "Hallo," Jawabnya. Hening, tidak ada suara sama sekali. "Hallo" "Pak Jonathan?" Jasmine menjauhkan ponselnya dari telinganya, dia memeriksa apakah masih tersambung atau tidak. Telepon masih tersambung namun tidak ada suara sama sekali. "Hallo," Ucap Jasmine sekali lagi, namun tetap tidak ada balasannya. Mungkin hanya salah tekan, pikirnya. dia lalu memutus sambungan itu sendiri. Jasmine kemudian meletakkan ponselnya di atas meja rias kecil sambil mengisi daya ponselnya. Dia lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD