Bab 8. (Done)

1520 Words
"Ya Allah...jika ini mimpi bolehkah aku berharap untuk tidak bangun lagi..." ___________________________________________ Romi masih tak bisa tidur semalaman  karena memikirkan Alina,dia benar-benar berpikir keras kenapa sahabatnya itu bisa hamil, lalu siapa ayah dari bayi tersebut.   "Arg!!! Apa yang sebenarnya terjadi,apa pria itu suaminya? Tapi..tadi dia bilang sekretaris. Apa mungkin dia hanya pacarnya dan....," Romi meraup wajahnya gusar, "nggak,aku tau Alina bagaimana. Ga mungkin Alin bisa berbuat sejauh itu, apalagi aku yakin mereka kenal hanya sebentar saja. Apa pria itu melakukannya dengan paksa,atau....." Romi menghentikan gerutuan batinya,dia melirik ke sampingnya,di mana tuan mudanya tertidur pulas. "Tuan Azka," batinya lagi. Pikirannya benar-benar berkecamuk,berita kehamilan Alina cukup menyita pikiran dan hatinya. "Gue harus cari tau semuanya dari Alina. Lin,gue pasti bisa paksa lo buat ngomong. Kalau memang dugaan gue ini benar,gue yang akan pastikan elo menikah dengan Tuan Azka secepatnya. Tapi,kalau nanti pria itu yang melakukannya,gue akan pastikan dia mendapatkan balasannya," katanya membatin. Ada rasa sesal ketika dia mengiyakan permintaan Azka untuk tidur sekamar dengan dirinya,hal itu membuat dia tak memiliki kesempatan untuk keluar dan mencari Alina lagi.  "Besok gue harus cari dia," gumamnya,lalu menarik selimut menutupi wajahnya, berusaha memejamkan mata.      Beberapa saat, tubuh Azka bergerak, meskipun kamar yang mereka tempati sudah di hidupkan. Tapi,dinginnya tak bisa membuat Azka kedinginan. Pria itu malah kehausan. Azka melirik arlojinya sejenak,ini jam dua dini hari. Di sampingnya sudah ada Romi yang menutup dirinya dengan selimut. "Romi kedinginan, kenapa aku ga ngerasa di sini dingin," dia terkekeh. Tenggorokannya kering,jadi dia memutuskan  untuk keluar mengambil air minuman  di dapur vila. Pria itu menutup pintu sangat pelan agar Romi tak terganggu.    Membuka kulkas dan mengambil air putih untuk sejenak melegakan tenggorokannya. Lalu,Azka mengambil sekaleng minuman bersoda kesukaannya, tujuannya adalah balkon Vila yang tak terlalu tinggi untuk menikmati pemandangan malam,dia menarik salah satu kursi di sana dan duduk menghadap vila-vila lainnya yang begitu indah dengan lampu jalan di sepanjang jalan. Hening!!Hanya suara  binatang malam yang memecah kesunyian malam. Azka menghela napas dalam-dalam,udara puncak jauh lebih menyegarkan dari udara kota metropolitan yang selama ini menyaksikan rutinitasnya setiap hari. Sejenak dia tersenyum,tapi berikutnya,matanya kembali sendu. "Saat sepi seperti ini,aku selalu ingat kamu, Sayang. Kamu apa kabar? Maafin aku yang buat kamu sakit hati dan pergi," lirihnya parau.     Di sisi lain,Nara masih terbangun. Gadis itu sudah merencanakan sesuatu. Dia pelan-pelan membuka dan menutup kembali pintu kamarnya,dengan rasa takut pada sepi dan dinginnya malam,dia menyelinap masuk ke kamar Azka.Dia melihat seseorang tengah terbaring dengan wajah tertutup selimut, senyum iblisnya terpancar jelas. "Sayang..kamu pasti kedinginan ya,aku yang  akan hangatkan tubuh kamu sekarang,hahaha!!" Dia tertawa kecil. Tanpa ba-bi-bu,Nara naik ke ranjang dan langsung memeluk tubuh pria yang tertutup selimut. Merasa ada yang berat berada di atas tubuhnya,pria itu membuka selimut dan.."Eh,aa...apa-apaan ini...." teriaknya, membuat Nara yang baru memejamkan mata langsung kembali membulatkan matanya menatap sumber suara. "Kamu???" "Nyonya? Apa yang Nyonya lakukan di sini? Kenapa Nyonya peluk-peluk saya??"  "Kenapa kamu yang ada di sini,di mana suami saya?" Nara benar-benar malu, karena yang dia peluk tak lain adalah Romi. "Saya tidak tau, sebaiknya keluar sekarang atau Tuan akan liat Nyonya ada di sini!!!" "Sial!!!" Nara berdecak kesal lalu menuruti kata-kata Romi,dia keluar dari kamar itu dan kembali ke kamarnya.Vila ini memiliki beberapa kamar, mungkin Azka ada di salah satunya,sayangnya tadi dia salah masuk. "Kok bisa salah ya, perasaan tadi malem aku liat sendiri Azka masuk ke kamar itu? Kenapa bisa jadi Romi si asisten sialan itu!!!?" Nara menutup pintunya dan kembali membaringkan tubuhnya di kasur empuk miliknya,dia benar-benar malu dan merasa jijik karena memeluk seorang asisten dari suaminya.     "Dasar singa berbulu domba!! Pasti dia sengaja mau rayu Tuan Azka,makanya dia masuk ke sini! Ga akan ku biarkan Nona!!" Romi bergidik ngeri karena tadi di peluk Mak Lampirnya. "Di mana Tuan?" ucapnya ketika ingat tak ada Azka di sampingnya.  Romi menarik jaketnya dan langsung keluar dari kamar,melirik kanan kiri untuk menemukan keberadaan tuan mudanya. Dan matanya berhasil menemukan pria yang tengah duduk bersandar di bangku yang terletak dekat balkon. "Tuan," gumamnya lirih, kemudian melangkah ke sana.    Baru saja Romi ingin keluar dari pintu, tiba-tiba saja Azka berdiri dan berlari hingga menabrak tubuhnya. "Auh..."Keduanya sama-sama terjatuh, buru-buru pria itu bangun dan membantu Azka berdiri. "Tuan, ada apa??" tanyanya dengan nada panik,pasalnya Azka benar-benar buru-buru sekali pergi seperti melihat hantu.     "Romi!! Itu Alina!!!"Deg!!!   Romi menelan salivanya susah payah,Azka melihat Alina ada di sini. "Di mana Tuan??"  "Itu,di vila sebelah. Ayo kita ke sana!!!" Azka berniat pergi,tapi tangan Romi kembali menahan lengannya. "Saya sudah berkeliling di sini sebelum tidur,saya yakin tak ada Nyonya Alina di sini Tuan!!" "Tapi saya lihat sendiri Romi!!!" Azka mendadak geram.     Romi menghela napas dalam-dalam, "Tuan,di sini tak ada Nyonya Alina. Kalau memang ada,kita tak bisa ke sana sekarang juga,ini sudah tengah malam. Kita pastikan dia atau bukan yang Tuan lihat,besok pagi." "Tapi Romi,gimana kalau itu benar-benar Alina dan dia malah pergi!!" "Saya akan temukan dia besok pagi."   Romi membawa Azka kembali duduk di kursi, menatap kembali arah di mana dia melihat Alinanya. "Di mana Tuan?" "Itu,di Vila yang ada di tengah," ucapnya menunjuk salah satu dari vila yang berderet di depannya. "Oke,saya akan cari tau besok." "Terima kasih Romi.."       Romi tersenyum,dia akan lebih mudah temukan Alina besok pagi dan minta penjelasan gadis itu. "Oh iya,kamu kenapa ada di luar?" tanya Azka memecahkan keheningan mereka. Romi menghela napas panjang,dia kembali bergidik ngeri. "Tadi saya sudah pulas tidur,tapi badan saya seperti tertindih lengan seseorang." Mata Azka membulat,dalam pikirannya adalah makhluk-makhluk tak kasat mata seperti di film-film. "Rom..jangan bilang kalau di sini ada hantu??" tanyanya takut-takut. Romi nyengir kuda dibuatnya. "Iya Tuan,ada hantu di sini," ucap Romi,Azka semakin terlihat takut. "Seriusan????" "Iya Tuan, hantunya adalan Nyonya DINARA FERONIKA,dia masuk ke kamar dan memeluk saya, sepertinya dia pikir saya adalah Tuan," jelasnya panjang lebar. "Apa??? Jadi Nara masuk kamar kita???" "Iya!! Tapi sudah balik ke kamarnya ketika dia sadar kalau itu bukan Tuan." Alih-alih marah,Azka malah terkekeh dia bahkan menutup mulutnya dengan tangan sendiri dan menertawakan asistennya. "Syukurlah,dasar Nara banyak tingkah!" ujarnya seraya terkekeh, "saya sudah yakin hal itu,itu sebabnya saya minta kamu tidur bersama saya agar dia tak masuk ke kamar saya,eh malah salah peluk,hahahah." Azka tertawa tertahan,dia benar-benar merasa lucu sendiri karena ulah istri yang tak diinginkannya itu. "Tuan malah ketawa,saya hampir di makan sama Nyonya!!" gerutu Romi. Azka menghentikan tawanya, sekarang wajahnya kembali serius,seserius tatapannya ke jendela kamar yang tadi menampilkan wajah gadis yang selama ini dia rindukan. "Aku akan menemukan kamu besok pagi,akan ku pastikan kamu tetap menjadi milikku selamanya," ucapnya begitu mantap. Romi sangat mengerti perasaan Azka,tapi untuk saat ini dia lebih memilih berada di kubu Alina. Melihat wajah terpuruk dan air mata Alina yang tadi memohon padanya untuk tidak memberi tahu siapapun tentang pertemuan mereka, membuat pria itu menghela napas berat. Dia menghormati Azka,tapi dia juga menyayangi Alina, sahabatnya. 'Maafkan saya Tuan,saya harus rahasiakan ini sampai saya temukan informasi tentang siapa Ayah dari bayi yang Alina kandung. Jika memang itu anak dari Tuan,saya akan pastikan jiwa dan raga saya untuk membantu perjuangkan cinta kalian. Tapi,jika bukan,saya akan tetap menutupi informasi tentang Alina. Bagaimanapun saya tak ingin Tuan dan Alina sama-sama terluka,jadi maafkan saya untuk saat ini.' batinya seraya menatap ke gelapnya malam. "Ya sudah,ayo masuk. Kita harus istirahat untuk membawa Alina kembali ke Jakarta besok," ucap Azka dengan semangat. "Baik, Tuan." Azka berjalan lebih dulu di ikuti Romi di belakangnya, sejenak pria itu melirik ke jendela yang di maksud Azka. Dia yakin itu memang Alina. Pria itu membaringkan tubuhnya di ranjang lagi. "Ya Allah,jika hanya ini hanya sebuah mimpi, bolehkah aku berdo'a dan meminta agar aku tak bangun lagi, supaya aku benar-benar bisa hidup bersama gadis yang kucintai. Alina."    ****   "Lin...ayo tidur,ini udah malam loh!!" "Iya Tan,aku.. aku belum bisa tidur," itu jawaban yang Alina berikan. Pikirannya tentang pertemuannya dengan Romi di restoran tadi benar-benar tak bisa dialihkan. Alina berpindah ke jendela, menatap gelapnya malam dan kesunyiannya,sesunyi hatinya sekarang. Tak di sangka keputusannya untuk menenangkan pikiran dengan menyingkap tirai dan melihat bintang-bintang malah berakhir dengan melihat sosok yang tengah meminum soda di balkon sebuah vila. "Aka.." lirihnya pelan. Cukup lama dia pandangi wajah dalam gelapnya malam itu, meskipun tak terlalu jelas,tapi dia tau pria itu adalah kekasihnya,tepatnya mantan kekasihnya.Alina tak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun,sampai yang di tatap seperti sadar ada yang melihatnya dan menoleh ke arah vila yang ditempati Alina. Alina langsung menutup tirai dan berpindah kembali ke ranjangnya. "Nggak,dia ga lihat aku,ya dia ga lihat aku." batinya. Gadis itu menarik selimut dan berbaring di samping Tania,teman akrabnya selama sebulan bekerja di Sanjaya group. "Kenapa sih?" tanya Tania yang setengah sadar. "Ga kenapa-napa,udah tidur aja. Aku juga udah mau tidur ini." "Oke." Tak butuh waktu lama,Tania sudah terlelap. Alina menutup mulutnya dan menangis,tak sedikitpun dia biarkan suara sesenggukan keluar agar Tania tak terganggu. "Akhirnya aku bisa lihat kamu setelah sekian lama," batinya pilu. Secara tidak langsung,rindunya sudah terbayarkan. Meskipun tak dapat memeluk Azkanya, setidaknya dia sudah bisa melihat wajah pria itu meskipun dalam gelapnya malam. "Aku mencintaimu Azka Paramudra, sampai kapanpun hanya kamu yang memiliki hati dan cinta ini," ucapnya berbisik,hanya dirinya yang mendengar ucapannya sendiri.___________________________________________Note: Ada typo, langsung kabari. Hahaha!!!!Selamat membaca,jangan lupa tinggalkan jejak komen dan love supaya Author lebih semangat nulis buat kalian. Semoga besok otakku encer untuk nulis banyak. Aamiin....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD