Memergoki suami
Dengan Gemetar Anara membuka pintu apartemen yang menampakan dua manusia durjana yang sedang berpeluh keringat.Wanita di bawah pacuan suaminya itu tersenyum licik sambil mendesah hebat seakan memamerkan apa yang mereka lakukan saat ini.
"Ahhh Faster baby ahhh mmhhppp ahh ahh"
desah wanita lacur itu.
"yes baby aku segera sampai tunggu aku"
plok
plok
plok
suara menjijikkan itu terdengar begitu menyakitkan hingga Anara berdiri di hadapan mereka membuat suaminya mendongak terkejut.Namun ia masih menggerakkan pinggulnya tanpa memperdulikan anara.
"MAS!!!" Hentikan mas!!!" Anara berusaha menarik tubuh suaminya namun Bara mengelak dan mendorong Anara hingga jatuh tersungkur.
" Pergi sana ganggu aja lagi enak-enak juga Ahhh Mhhpp ahh ahh"
"MAS!!! Sadar mas sadar aku istri kamu hentikan mas!!!"
Bara tak bergeming malah mempercepat genjotannya pada liang surgawi wanita di bawahnya lalu ia menembak benih-benihnya ke dalam rahim wanita itu.Ia mencium wanita itu lalu memeluknya dengan erat.
Mata Anara mengembun basah air matanya luruh sudah melihat penghinaan yang dilakukan oleh suaminya.Bahkan mereka sudah berapa tahun tidak lagi bercinta.Bara seakan kehilangan nafsu dan gairahnya.Tak lagi seperti dulu saat ia masih gadis,Bara begitu memujanya.Sekarang Bara memperlakukan Anara bagai seonggok sampah yang tak berguna.
Anara berjalan mendekat ingin menampar Bara tapi tangannya ditangkap dengan cepat lalu dielakkan dengan kuat hingga Anara terdorong ke belakang beberapa langkah.Menatap tak percaya pada suaminya,suami yang sangat ia cintai,suami yang sangat ia banggakan tapi nyatanya suaminya itulah yang memberikan luka dan derita padanya.
"Singkirkan tangan kotormu itu,aku muak melihatmu sebaiknya kamu cepat pergi anara!!" Bentak Bara dengan tatapan matanya yang tajam.Mata itu yang pernah menatapnya dengan Cinta sekarang menatapnya dengan penuh kebencian.
Anara seakan melihat orang yang berbeda namun dalam raga yang sama pada diri suaminya itu.Hatinya berdenyut sakit dan perih.Ia ingin berteriak sekencang-kencangnya berharap bila ini hanya mimpi buruk baginya namun ini adalah nyata.Suaminya telah berubah,suaminya bukan lagi miliknya.Dia juga bukan lagi satu-satunya.Dia adalah sekian dari sejuta wanita yang pernah singgah di ranjang suaminya.
Ia hanya penghasil anak dan pembantu bagi keluarga suaminya.Ia rela dibentak,dimaki,diperlakukan degan buruk oleh keluarga suaminya terutama Ibu mertua dan para iparnya.
Bertahun-tahun ia bersabar demi Suami dan ketiga anaknya yang masih kecil namun buah kesabaran itu dibalas dengan luka yang mengangah lebar hingga tak tertutup lagi luka itu meski ditata kembali maka akan masih terasa menyakitkan.
Membuntang matanya menatap suaminya dan wanita itu.Ia telah kalah oleh perasaannya.Ia tak berdaya namun terpaksa bertahan oleh keadaan.Demi pria yang telah menjadi suaminya itu ia rela meninggalakan semua yang ia miliki.Keluarga,karir,dan pendidikannya ia tinggalkan demi merajut asa dan cinta bersama dengannya.
Ia menghembuskan nafas beberapa kali sebelum mengambil keputusan terbaik untuk rumah tangganya yang telah hancur.Ia sadar bahwa amarah tak akan pernah menang.Kemarahannya akan menjadi ladang kebahagiaan bagi dua manusia laknat yang dengan santainya tergolek di atas ranjang penuh dosa itu.
"Apa salahku mas kenapa kamu jadi berubah seperti ini" tanya Anara dengan getir.ia mengepalkan tangannya erat-erat seakan memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.
" Kau tanya kenapa coba bercermin dan lihat betapa gendut dan jeleknya dirimu anara" sarkas Bara.
Ternyata karena tubuh ini Bara jijik tiap kali melihatnya,karena tubuh ini Bara tak mau menyentuh dirinya,dan bahkan mereka sudah pisah ranjang sangat lama.Hancur sudah perasaan Anara menerima kenyataan bahwa karena bentuk fisiknya yang membuat suaminya berubah.
"Aku ingin bercerai mas!!" Anara memantapkan hati ingin bercerai dengan Bara.Sekalipun hatinya berdarah-darah ia harus kuat berpisah dengan ayah dari ketiga anaknya itu.
"Oke.Uruslah surat perceraian kita lalu bawa kesini aku akan tanda tangan sekarang pergilah dari sini!!"
Bara mengusirnya tanpa basa-basi.Tak ada lagi tempat bagi anara walaupun secela pun tiada nama anara di hati dan pikiran suaminya lagi.Ia Memilih pergi membawa luka yang ditorehkan oleh suaminya.
Ia tak bisa membayangkan bagaimana wajah anak-anak mereka jika tau orang tuanya berpisah.Anara tak sanggup mendengar pertanyaan-pertanyaan polos dari bibir kecil mereka.
"Maafkan mama nak maafkan mama" batin Anara ia pun luruh dan menjatuhkan diri saat masuk ke dalam lift. ia menangis tergugu meratapi nasib rumah tangga yang baru ia jalani selama 10 tahun ke belakang ini.
Kenangan-kenangan yang tercipta selama 10 tahun ini tak mampu membuat anara begitu mudah melupakannya begitu saja.
Sesaat dirinya teringat betapa durhakanya ia pada kedua orang tuanya.Ia sanggup menentang dan meninggalkan mereka yang jelas-jelas begitu menyayanginya.
Cintanya sangat buta terhadap Bara.segalanya terasa indah hingga membutakan matanya jika Bara hanya seorang pemain ulung yang tidak ada tobatnya.
Ingin rasanya ia bersujud dan mencium kaki Ayah dan Ibunya.Ia rela dipukul dan disiksa jika perlu dilakukan agar orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.
"Ayah.. Ibu.. maafkan anara.Anara sudah jadi anak yang tidak berbakti kepada kalian.Tolong hukum anara tolong jangan benci anara!!"
Meski ia menjerit sekalipun tak akan ada yang mendengar atau peduli pada wanita gendut dan jelek ini.
Tak tahukah Bara ia seperti ini karena mengabdi kepada keluarganya bertahun-tahun.Mengurus ketiga anak mereka tanpa bantuan baby sitter sangatlah sulit belum lagi Anara harus mengerjakan pekerjaan rumah yang menggunung.
Dirumah Bara tidak ada pembantu hanya Anara lah yang mengerjakannya.Meski begitu Anara Ikhlas dan Sabar meski Ibu mertua dan Para iparnya kerap berlaku menjengkelkan.
Anara melangkah gontai menuju motor bututnya.Berkali-kali ia meminta dibelikan motor baru karena motor bututnya kerap mogok di tengah jalan namun Bara seakan enggan dan terkesan menunda-nunda keinginannya.Padahal selama menikah Anara tak pernah menuntut dan meminta macam-macam pada suaminya. Bahkan untuk membeli daster dan BH pun Bara kerap perhitungan.Kebutuhan rumah tangga yang serba kurang membuat Anara berpikir keras untuk mengatur dan mengolahnya.
Belum lagi Ibu mertua dan para iparnya kerap meminta uang meski Anara menolak ia akan dimarahi habis-habisan dan diancam akan mengadukannya pada Bara.Bara tentu saja memilih membela Ibu dan saudara-saudaranya hingga Anara terpaksa kerja Freelance untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu juga penghasilannya tidak seberapa.
Ia kembali pulang kerumah mertuanya.Rasa sakit dan lelahnya membuatnya abai saat Ibu mertua dan iparnya yang menunggu kehadirannya di depan pintu dengan berkacak pinggang.
Tanpa salam dan permisi Anara lebih memilih mengabaikan mereka lalu berjalan menuju kamar anak-anaknya.
"Hei kamu gak tau sopan santun ya main nyelonong aja kayak maling!!!" hina mertuanya menatap anara dengan pandangan sengit jauh dari bersahabat.
"Maaf ma" hanya itu jawaban yang bisa Anara berikan namun langkahnya terhenti saat kakak iparnya yang bernama Stefi mengatakan sesuatu yang mengejutkannya.
"Pantes aja Bara lebih milih Sera jadi istri keduanya.Istri pertama udah gendut,jelek,bad attitude beda banget sama Sera udah cantik,seksi,baik,dan sopan sama orang tua gak kayak kamu Ha ha Ha ha"
Anara menoleh tak percaya mendengar kenyataan jika suaminya telah menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Sebagai istri ia sudah tak ada harganya lagi di mata Suami dan keluarganya. Kalau bunuh diri itu Halal maka Anara lebih baik loncat dari gedung atau langsung tenggelam ke dalam kolam daripada merasakan sakit yang tiada berujung ini.
Bahkan keluarga suaminya ini bersekongkol menutupi pernikahan kedua suaminya hingga anara kehilangan kata-kata dan memilih untuk diam karena kepalanya serasa mau meledak saat itu juga.Ia tak bisa menetralkan perasaannya lalu ia berlalu menuju kamarnya.
Tak ia hiraukan panggilan dan bentakan Ibu mertua dan kakak iparnya.Ia menatap nanar foto pernikahannya dulu bersama Bara.
'Setidaknya dulu kita pernah saling mencinta sebelum saling membenci'
Ia menangis sambil memeluk pigura foto pernikahannya.