BAB I

1088 Words
Selamat Membaca! Sebelum membaca dipersilahkan vote dahulu dan comment di akhir❤ ~ Perfect Family Action ~      MATAHARI sudah muncul ke permukaan bumi untuk membangunkan seluruh makhluk hidup dari alam mimpinya, namun lain dengan keluarga kecil ini yang masih asyik dengan mimpinya. Bukan, bukan keduanya tapi hanya satu orang saja. Sang istri hanya bisa mendengus melihat kelakuan suaminya yang asyik memeluknya dengan erat seakan-akan tidak ingin pisah. "Asa bangun," panggil Azel lembut sambil sesekali menoel hidung mancung Angkasa, namun memang dasarnya Angkasa yang kebo karena ada Azel masih berdiam tak bergerak. "Asa....." "5 menit lagi, yang." "Gak ada, hari ini kamu kerja," ucap Azel membelai rambut Angkasa, membuat laki-laki itu semakin nyaman untuk tidur bahkan Angkasa semakin mendusel kearah Azel. "Ngantuk," "Bangun, sayang." Azel mulai kesal melihat suaminya yang masih nyaman untuk tertidur. "Nanti," "Asa..." "Bentar lagi," "Kayaknya ngajak Devan nikah siri enak deh, Devan kan nurut orangnya," Seketika itu juga Angkasa bangkit dan membuka matanya dengan cepat, dia tak memperdulikan rambutnya yang berantakan dan wajah bantalnya. "Otw mandi nih," seru Angkasa menuju kearah kamar mandi, Azel yang melihat hanya menggelengkan kepalanya. Azel segera membersihkan kamar mereka dan mencepol rambutnya asal, dia akan mencuci muka di toilet dekat dapur lalu memasak makanan untuk mereka sarapan. Usia pernikahan keduanya baru berjalan 2 bulan dan selama itu tidak ada permasalahan, walaupun keduanya masih sering berdebat hal kecil karena Angkasa yang kekanakan namun Azel masih bisa menerimanya. Lagipula siapa yang bisa menolak jika Angkasa memasang wajah super imutnya yang menjijikan di mata Azel tapi tak urung membuatnya tak tega juga saat melihatnya. Angkasa itu imamnya Azel, pemimpin rumah tangga Azel, dan Azel harus mematuhi dan saling menggenggam agar tetap berada di jalan yang seharusnya mereka lewati. Azel dan Angkasa hanya ingin menikah satu kali, tidak ada pernikahan kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagi Angkasa pernikahan itu suatu hal yang sakral dimana sebenarnya hanya bisa dilaksanakan satu kali seumur hidupnya dan Angkasa akan berusaha menjaga rumah tangganya agar tetap damai dan harmonis. Azel meletakkan nasi goreng kimchinya yang memang menu pagi ini, karena Azel suka menyajikan makanan berbeda setiap harinya dan tentunya sehat. Mata Azel menangkap Angkasa yang turun dari tangga menggunakan sarung dan baju kokonya, apalagi rambutnya yang terkena tetesan air wudhu menambah kadar ketampanan Angkasa. "Yang, dasi biru ada totol putihnya dimana ya?" Tanya Angkasa sambil berjalan kearah meja makan. Azel berpikir sejenak, "Ada di laci tempat dasi kali, diliatnya yang bener Asa. Kemaren aku naruh disana," ucap Azel, "Udah sarapan dulu, nanti aku siapin baju kamu," Angkasa mengangguk dan duduk sambil menikmati sarapan mereka. "Hari ini mau makan siang apa?" Tanya Azel menaruh segelas s**u putih yang memang favorit Angkasa. Angkasa berbeda dengan pekerja kantoran yang sering minum kopi atau teh paginya, dia lebih memilih s**u putih dengan merk berbeda tiap bulannya. Alasannya agar Angkasa tumbuh lebih tinggi lagi dan tambah ganteng. Azel yang mendengar alasan itu hanya menatap datar suaminya, suami aneh emang tapi sayang. "Pengen masakan Jepang, aku order dari Jepang aja ya biar kamu ga capek bikin," ucap Angkasa membuat Azel mendengus, "Kamu kira Jepang di Cibubur hah? Udah aku aja yang bikin, lagian entar kita ga tau itu bumbunya apa. Kalo ga sehat gimana? Kamu sakit perut nanti," tolak Azel membuat Angkasa tersenyum. "Istri idaman banget kamu yang," puji Angkasa sambil menopang pipinya dengan tangan lalu tersenyum, "Rezeki anak sholeh emang ga kemana, untung aku sering sholat tahajud ama dhuha tiap hari makanya dapet bidadarinya ga neko-neko," kekehnya. Azel hanya tersenyum mendengar gombalam receh ala Angkasa, "Udah, buruan abisin sarapnnya. Nanti telat datang ke kantornya," ucap Azel. "Kan aku yang punya, siapa yang berani hukum aku coba," Angkasa berucap santai membuat Azel mendelik, "Songong amat jadi manusia," desis Azel. "Nanti kotak makannya jangan yang doraemon lagi, aku mau yang pororo," Dan setiap harinya Azel akan melihat tingkah bayi besarnya itu yang seperti lupa dengan umurnya, Angkasa yang bertingkah manja dan seperti anal kecil bila di hadapannya. Namun jika tidak ada Azel, aura dingin dan cuek Angkasa akan kembali muncul mendominasi dirinya. Tak akan ada yang berani di bawah kekuasaannya. Angkasa yang seperti memiliki 2 jiwa dalam satu tubuh, sama seperti Azel. Jika kalian bertanya apakah Daren telah pergi maka jawabannya adalah Daren masih ada dalam diri Azel. Walaupun Azel sudah sembuh, Daren dan satu jiwanya yang lain masih ada dalam dirinya. Memang tidak bisa terlepas apalagi Daren yang menyukai tubuh Azel. Daren bisa kapan pun muncul jika dia mau, karena Daren bisa menguasai tubuh Azel bila Azel berada dalam sebuah tekanan.    "Papah!" Celotehan anak berusia 4 tahun bernama Azoa Dirgantara kerap dipanggil Zo itu terlihat asyik memegang mobil mainannya. "Kenapa, sayang?" Gaga menghampiri putranya itu dan mencium pipinya, "Zo, mau mainan baru," ucapnya membuat Gaga tersenyum. "Jangan beli mainan lagi ya, Ga. Dia udah banyak banget mainannya apalagi mobil-mobilan," Mitchell datang membawa sarapan untuk Zo. Gaga hanya mengerucutkan bibirnya, "Masa manjain anak sendiri ga boleh sih," sungutnya tak terima membuat Mitchell menggeleng pelan, "Kamu kira aja, hampir tiap kamu pulamg kerja pasti bawa mainan. Terus hari libur kamu bawa juga beli mainan, gimana aku ga nolak?" Mitchell duduk lalu membawa Zo ke pangkuannya, "Zo, mau mainan mah," rengeknya, "Zo, mainan kamu udah banyak sayang. Kalo terlalu banyak nanti ga muat," ucap Mitchell memberi nasihat pada anaknya. "Kalo yang sekarang bukan buat Zo mah, Zo mau bawain buat temen-temen Zo yang ga bisa beli mainan. Iya kan, pah?" Zo menatap Gaga yang tersenyum lembut sambil mengangguk. Mitchell terdiam mendengar kalimat putranya yang masih kecil, anaknya yang mulai tumbuh dengan kepribadian peduli terhadap sesama membuatnya terharu. Zo memang anak yang pintar. Mitchell lalu tersenyum dan mengusap rambut anaknya, "Kalo itu mamah setuju, Zo berarti peduli sama sesama." Ucapnya lembut, "Jadi, Zo boleh beli mainan?" Tanyanya dibalas anggukan Mitchell. Zo hanya terpekik senang dan memeluk Mitchell dengan erat tak lupa berterima kasih, Gaga yang melihat kedua permatanya hanya bisa tersenyum. Sungguh kebahagiaan tak terkira melihat istri dan anaknya saling menyayangi seperti ini. Gaga dan Mitchell memang menikah terlalu dini namun mereka memang siap untuk berkomitmen hingga Zo lahir. Gaga sendiri merasa hidupnya semakin lengkap setelah kehadiran Zo dan Mitchell dalam hidupnya. Gaga menyayangi keduanya, tidak ada yang bisa menggantikan posisi mereka di hati Gaga. Mitchell pun sama, dia sangat bahagia memiliki keluarga kecil yang penuh kehangatan. Mitchell berusaha keras agar keluarganya selalu seperti ini, tak ada hal yang merusak semuanya. Mitchell dan Gaga sudah saling percaya, pernikahan bukan hal yang main-main seperti pacaran lalu putus. Gaga dan Mitchell jarus memikirkan Zo juga, jadi sekuat tenaga keduanya harus saling menggenggam satu sama lain. ~ Perfect Family ~ 13 June 2019
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD