"Hay bro! Berani juga lo datang." Sapa anak Alaska dengan gaya tengilnya.
"Bacot lo! Dimana ketua geng lo yang pecundang itu? Gak berani datang hah?!" Ejek Raka yang baru saja turun dari motor kebanggaannya.
"Yaelah Ka, kayak lo gak tahu aja gimana ketua geng Alaska, bisanya cuma ngajakin doang, tapi gak berani datang." Timpal Adendra yang tiba-tiba datang dari belakang Raka. Adendra datang sendiri, karena anggota geng Glester masih dijalan bersama Revan.
"Siapa yang bilang gue gak berani datang?" Seru lelaki remaja SMA dengan lantang.
"Sekarang terbuktikan siapa yang pecundang dan siapa yang bukan pecundang?" Lanjutnya sambil menyondongkan tubuhnya di depan Raka dan Adendra.
"Apa maksud lo, Arga?!" Bentak Raka sambil menarik baju Arga.
Arga adalah ketua dari geng Alaska. Dia memang bermusuhan dengan Revan dari dulu hanya karena dulu dia dan Revan pernah menyukai cewek yang sama.
"Gak usah sok b**o kalian, mana Revan?Ketua yang kalian bangga-banggain itu." Todong Chiko dengan pertanyaan menyebalkan. Chiko yang baru datang bersama Rafabdan anggota Alaska lainnya langsung memberi pertanyaan kepada Raka dan Adendra layaknya jagoan.
"Dia lagi di jalan." Jawab Adendra setenang mungkin. Dia tidak mau terlihat emosi di depan mereka.
"Alah ngomong aja takut,bya gak bro?Hahahs...."Ejek Rafa kepada Raka dan Adendra.
"Yoi, Glester kan cuma geng yang numpang nama doang, sebenarnya anggotanya itu cupu-cupu." Seru salah satu anak Alaska dengan nada mengejek.
"Lo....." Geram Raka yang hamampir saja melayangkan pukulan di wajah Rafa, tapi tangannya ditahan oleh Adendra.
"Sabar Ka, lo gak boleh kepancing emosi." Ucap Adendra berbisik. Tepat di telinga Raka agar emosi Raka tidak meledak disini.
Gremmmm..., Gremmmm......,
Saat semuanya sedang saling mengejek, tiba-tiba suara mesin motor yang bersahutan memasuki area balap. Tatapan tajam yang Revan tunjukkan membuat nyali anggota Alaska menciut.
"Wih bro, baru datang lo?" Sapa Arga seraya menepuk bahu Revan sok akrab.
"Gak usah banyak bacot, ayo kita mulai balap motornya sekarang. Ajak Revan tanpa berniat turun dari atas motor merah kesayangannya.
"Oke, gue suka gaya lo, menantang." Sinis Arga. Sekarang mereka berdua sudah berada di tengah sirkuit dengan tampang saling mengejek.
"1, 2, go!!" Suara aba-aba dari wanita sexy itu sangat lantang. wanita itu langsung membuang bendera putih kebelakang. Pertanda balap motor di mulai.
Kini Arga dan Raka sedang saling salip-menyalip. Hingga membuat siapa saja yang melihatnya pasti ketakutan. Apa lagi sore tadi jakarta habis di guyur hujan deras, pasti area sirkuit licin dan bisa membahayakan nyawa siapa saja yang nekat lewat disitu.
"Gimana nih Ka? Gue kok agak sedikit takut kalau revan kenapa-napa." Keluh Adendra kepada Raka yang sedari tadi terus melihat kearah finis. Dia menanti sahabatnya yang sedari tadi batang hidungnya belum kelihatan.
"Gue juga, apa lagi ini abis hujan." Balas Raka dengan cemas. Dia takut sahabat karibnya kenapa-napa.
"Hhhh...., Kenapa wajah kalian kelihatan panik? Takut kalah ya?" Ejek Chiko sambil menatap remeh kearah Adendra dan Raka.
"Takut kalah sama geng lo? Cuihhh.., gak bakalan." Balas Raka sambil menarik ujung bibirnya keatas dengan rasa kesal. Raka meludahi Chiko tepat di wajahnya.
"Dasar anjing!!" Bentak Chiko marah. Dia menonjok wajah Raka.
"Anjing kok teriak anjing, dasar gila." Desis Raka sambil menatap wajah Chiko dengan tatapan meremehkan.
"Lo......" Geram Chiko sambil menunjuk wajah Raka dengan geram.
"Apa? Dasar pecundang. Sini tonjok pipi gue lagi kalau berani." Tantang Raka sambil mengusap darah segar yang menetes di ujung bibirnya.
"Udahlah Ka, gak usah ngeladenin bocah sialan itu." Ucap Adendra dari atas motornya.
"Maksud lo apa hah bilang teman gue bocah sialan?" Bentak Rafa tidak terima.
"Apa? Gak terima teman Lo gue katain bocah sialan?" Tantang Adendra kepada Rafa. Hambir saja bogem mentah mengenai perut Adendra, tapi....
Gremmmm....., Gremmmm.....
Suara motor Revan menerobos garis finiss. dan di belakangnya di susul oleh Arga. Suara mesin keduanya membuat teman-teman mereka sangat riuh.
"Gue pulang dulu." Pamit Revan kepada anggota geng motornya. Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, Revan langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menembus ramainya jalan metropolitan.
"Argggg...., Sial!!" Teriak Arga sambil menjambak rambutnya frustasi.
"Cuih, kalah. Makanya gak usah sok sok'an ngajak kita balapan." Ejek Adendra sambil menertawakan wajah marah anggota Alaska.
***
"Woy dek, bangun. Udah pagi, ayo joging." Ajak Ken sambil menggoyangkan pundak Qiana yang masih betah berada dialam mimpi.
"Dek, ayo dong. Kamu itu perempuan mana ada cowok yang bakal suka sama kamu kalau kamu gendut." Tambah Ken sambil menyibakkan selimut yang Qiana kenakan untuk menutupi tubuhnya.
"Ishhh kak, aku kan udah langsing kayak gini, masa di suruh joging sih." Protes Qiana seraya menarik kembali selimutnya.
"Kamu itu, olahraga itu bukan cuma buat melangsingkan badan, tapi supaya tubuh kita sehat dan bugar. Gak sakit-sakitan adikku sayang." Jelas Ken kepada Qiana. Cewek itu sekarang sedang menatapnya dengan tatapan sebal.
"Ishhh tapi kan....."
"Diam! Cepet ganti baju sekarang, kakak beri kamu waktu lima menit, kalau kamu belum turun, kakak seret kamu. Mau kamu udah pake baju atau belum, kakak gak perduli." Putus Ken dengan final. Setelah itu ken pergi dari dalam kamar Qiana.
"Dasar nasib, punya kakak kok galak banget." Desis Qiana yang langsung turun dari tempat tidurnya. Qiana hanya cari aman. Dia bergegas mandi sebelum kakaknya datang kembali dan menyeretnya.
Lima menit berlalu,btapi Qiana masih belum juga turun dari kamarnya.
"Qiana, kakak seret kamu kalau gak keluar dalam hitungan ke 3. Satu, dua, tig...."
"Huss, husss, dasar nyebelin. Pemaksaan orang buat olahraga." Gerutu Qiana kepada Ken sambil mengatur nafasnya akibat berlari dari tangga.
Kini mereka berdua sudah berada di
Taman Menteng Jakarta. Karena kebetulan hari ini adalah hari minggu, jadi taman menteng sangat ramai. Taman ini penuh dengan pemuda-pemudi serta anak-anak dan orang tua yang sedang jalan pagi, joging, dan berpacaran.
"Kenzo!" Panggil perempuan cantik dengan sedikit berteriak. Perempuan itu berjalan cepat menghampiri ken. Tangan perempuan itu menggandeng anak kecil yang usianya sekitar 3 tahun.
"Klara, sedang apa lo disini?" Tanya Kenzo sambil tersenyum manis kearah Klara.
"Gue lagi joging sama ponakan gue. Itu siapa yang sedang berdiri di samping lo?" Tanya Klara lirih. Matanya menatap Qiana dengan tatapan yang sulit ditebak.
"Oh ini, kenalin, dia Qiana adik gue, cantik kan?" Gurau Ken sambil memperkenalkan Qiana kepada Klara.
"Cantik, hallo Qiana, aku Klara, teman kakak kamu." Ucap Klara sambil memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya di depan wajah Qiana.
"Hai Kak Klara." Balas Qiana sambil tersenyum manis kepada Klara. Dia membalas uluran tangan Klara.
"Tante, tante, Vino haus." Rengek anak kecil yang sedang berdiri di samping Klara sambil menarik-narik ujung baju Klara.
"Bentar ya Vin." Balas Klara seraya tersenyum manis kearah Vino. Namanya juga anak kecil. Vino menangis dengan kencang karena kehausan.
"Hallo Vino, sini ikut kak Qiana, kakak beliin vino minuman. Mau ya?" Bujuk Qiana seraya membawa Vino kedalam pelukannya. Sedangkan Vino malah menatap Klara seakan meminta izin boleh atau tidak dia ikut Qiana?
"Boleh kok sayang." Jwwab Klara yang seakan mengerti akan maksud dari tatapan Vino.
"Kak Klara, nanti Vino aku bawa pulang ya?Plis....., soalnya aku gak punya teman di rumah." Mohon Qiana sambil memasang pupy eyesnya.
"Sok imut kamu dek." Cibir Ken sambil
tersenyum lebar.
"Emang imut." Balas Qiana sambil mengibaskan rambut panjangnya kebelakang.
"Boleh kok Qi." Jawab Klara sambil tersenyum manis.
"Vino, nanti kamu pulang ke rumah kak Qiana dulu ya? Nanti tante jemput." Lanjut Klara, dia mengusap lembut rambut keponakannya.
"Iya tante." Balas Vino sambil mengusap lembut air matanya.
"Makasih kak Klara. Aku pergi beliin minuman buat Vino dulu ya?" Ijin Qiana sambil tersenyum senang.
"Kak ken, nanti pulang dulan aja. Qiana masih mau joging sama Vino." Lanjut Qiana sambil memcium singkat pipi Ken.
"Iya, hati-hati." Balas ken kepada adik satu-satunya.
Sekarang Qiana dan Vino sedang berada di supermarket terdekat untuk membeli minuman.
"Tante, aku mau susu." Rengek Vino sambil menunjuk s**u di pendingin es.
"Ambil aja. Vino gak sekalian jajan makanan?" Tanya Qiana halus kepada bocah kecil yang sibuk meminum s**u.
"Gak mau. Vino cuma haus, gak lapar." Tolak Vino seraya menggelengkan kepalanya.
Qiana tersenyum simpul saat dia sedang membayar s**u milik Vino. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang mendorong dirinya hingga hampir terjatuh.
"Maaf." Ucap si pendorong itu.
"Iya, gak apa-apa mas." Balas Qiana tanpa menatap wajah orang yang hampir saja membuatnya terjatuh.
"Lo..." Tunjuk Qiana, kaget. Qiana benar-benar terkejut saat melihat siapa orang yang mendorongnya tadi.
"Qiana," balas cowok itu yang tidak kalah kagetnya seperti Qiana.