Suasana restoran yang sekarang dikunjungi Jaka dan Rio cukup ramai. Jam makan siang banyak yang datang untuk mengisi perut
Jaka juga Rio duduk di dekat pintu. Mereka sudah biasa duduk di situ tiap jam makan siang
"Penuh kayaknya!?" gumam Rio saat melihat keadaan di dalam
Sedangkan Jaka masih mengutak-atik ponselnya. Rio yang melihatnya sedikit curiga
"Ngapain sih Jak?" tanya Rio
"Ngubungin Mr. Maverick nih. Minta jadwal beliau besok" jawab Jaka membuat dahi Rio mengkerut
"Elu chat Mr. Maverick langsung??!"
Jaka menganggukkan kepalanya mantap. Tanpa melihat ekspresi Rio yang sudah memandangnya takjub
"Gile!? Sedeket apa lu sama Mr. Maverick??"
Jaka mengangkat kepala dan menatap Rio sekilas.
"Dia kan orang Indonesia juga Yo"
"Hee!? Gimana-gimana?"
Jaka meletakkan ponselnya dan menatap Rio sekilas. Memanggil pelayan untuk mulai memesan makan siang untuknya
"Nama Indonesianya kayak nama elu, dia udah lama di Indonesia. Tapi habis kuliah atau gimana gitu mulai tinggal di luar negeri" jelas Jaka sambil memilih menu makan siang
Rio mengangguk sedikit paham
"Trus elu bisa kenal dimana? Bahkan ya pas elu bilang mau ngajuin kerjasama gue agak sangsi karena gak mungkin mudah di terima"
"Waktu gue kuliah dulu, gak sengaja kenal dan saling bantu. Lama gak kontak dia kontak gue lewat email" jawab Jaka
Rio bertepuk tangan "Untung Jak. Gue udah tanya ke banyak perusahaan lain. Mereka sulit kerjasama sama Maverick. Selektif orangnya"
Jaka melirik Rio kesal
"Lu kira gue gunain orang dalem?! Awalnya gue juga di tolak, trus gue perbaikai dan ajuin. Gak bilang elu sih karena awal ngajuin gak yakin. Trus pas gue buntu baru tanya elu waktu itu" ucap Jaka sedikit tersinggung
"Weitzzz kalem Jak, iye gue tau. Dah lah makan dulu aja"
Tak lama pelayan datang kembali dengan nampan berisi makanan pesanan mereka. Sambil menunggu pelayan meletakkan piring, Jaka melihat keluar tidak sengaja melihat Nana yang ada di sebrang jalan
Seingatnya dia tadi akan makan di kantin kantor kenapa sekarang ada di sebrang jalan.
Beberapa kali ia seperti ragu untuk menyebrang jalan. Lalu lintas memang sedang ramai lancar
Jaka berdecak dan segera beranjak berdiri
"Hei Jak?! Mau kemana lu?" pekik Rio saat melihat Jaka sudah berjalan keluar restoran
Rio melihat Jaka yang berjalan menuju jalan raya dan seperti hendak menyebrang
Jaka berjalan hendak menyebrang jalan menghampiri Nana yang ketakutan untuk menyebrang jalan
Pelan dan hati-hati Jaka menghentikan beberapa mobil dan motor untuk menghampiri Nana yang masih ketakutan
"Kamu ngapain di sini??" tanya Jaka sedikit kesal
Nana yang kaget hanya menunduk
"Saya bicara sama kamu" ucap Jaka lagi dengan nada rendah
Nana perlahan mengangkat kepalanya dan melihat tatapan tajam bosnya itu
"Ma..maaf pak"
Jaka menghela napasnya pelan. Sekilas tadi ia melihat aura hitam lagi di sekitar Nana
"Sudahlah, saya tanya kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Jaka lagi dengan suara pelan
"Tadi saya di ajak beli minuman pak sama Mbak Heni lalu dia di telpon suaminya kalau anaknya masuk rumah sakit. Jadi saya ditinggal sendiri" jawab Nana pelan
"Ya sudah, sini saya bantu nyebrang jalan" ujar Jaka
Dia hampir saja memegang tangan Nana namun Nana segera menghindar
Jaka melirik sekilas dan mulai menyebrang jalan diikuti Nana dari belakang
Rio yang melihat adegan tersebut hanya tersenyum kecil melanjutkan makan siangnya yang mulai dingin.
. . . .
Rio berjalan masuk dengan santai ke ruangan Jaka. Tangan kanannya membawa sebungkus makanan juga sebuah minuman dingin
"Jak, nih makan siang lu"
Jaka mendongak dan melihat bungkus makanannya tadi
"Hn"
"Sama-sama Jak" sindir Rio yang berlalu pergi
Jaka kembali menekuri sesuatu di komputernya
Dia melirik makanan yang di bawa Rio. Seketika perutnya merasa lapar. Segera ia mengambil bungkusan itu dan membawanya ke sofa di depan mejanya
Bau harum ayam kecap dengan oseng kangkung membuatnya sekamin lapar.
Meminum es kopi yang mulai mencair esnya.
Jaka mengingat kejadian tadi. Setelah ia menyebrangkan Nana.
"Makasih Pak Jaka" ucap Nana setelah itu ia langsung berjalan cepat menuju lobi kantor
Jaka hanya diam. Ia jadi tidak merasa lapar dan memutuskan untuk naik menuju ruangannya
Melihat Nana yang tergesa naik lift. Jaka berdiri di lobi membiarkan Nana naik ke lantainya terlebih dahulu
Jaka hanya diam
Menyelesaikan makannya Jaka menyeruput es kopinya yang tinggal sedikit.
Mengambil ponselnya yang tergeletak di sofa dan mellihat sebuah pesan di sana
Jak, elu di cariin gebetan
Dahi Jaka mengkerut, "Apaan sih maksud Rio" gumam Jaka
Baru saja Jaka akan beranjak untuk membuang bekas makannya. Seseorang masuk sebelumnya terdengar ketukan
"Maaf Pak Jaka, permisi tadi saya sudah minta izin ke Pak Rio" ucapnya di dekat ambang pintu
Jaka melihatnya sekilas
"Ada apa?" tanya Jaka yang juga berdiri
"Ini pak hasil evaluasi divisi pengembang. Silakan di coba" ucap Nana sambil menyerahkan sebuah Tab
"Mana"
Nana berjalan mendekat, Jaka segera duduk di balik mejanya
Mengambil Tab yang baru diletakkan Nana
Membuka sebuah rencana game terbaru mereka dan mengangguk.
"Oke, hasil finalnya segera" ujar Jaka melirik Nana sekilas
"Baik Pak, terimakasih. Saya permisi"
Nana berlalu pergi. Jaka masih melihat punggung kecil itu keluar dari ruangannya
Menghela napas. Sekilas tadi Jaka terpaku pada aura berwarna biru juga putih yang muncul.
"Kamu berbeda Na"
Tidak terasa langit mulai terlihat oranye. Sinar matahari juga kembali keperaduannya.
Suasana redup dengan malam yang mengintai
"Jak, balik" terika Rio dari luar ruangan
Jaka melihat jam dipergelangan tangan. Benar sjaa sudah pukul empat lebih.
"Duluan aja" jawab Jaka kemudian
Tiba-tiba Rio masuk tanpa mengetuk pintu
"Mau lembur apaan lu?" tanya Rio langsung
"Udah sana balik aja dulu"
Rio menatap kawannya merasa curiga
"Gak usah aneh-aneh langsuung balik lu" ucap Rio sebelum berbalik dan pergi
"Hn"
. . . .
Pukul tujuh lebih Jaka mematikan komputernya. Setelah memastikan semua aman. Jaka bersiap pulang
Sebenarnya ia berniat menyelesaikan game lanjutan nanti. Membuat tokoh tambahan
Jaka kekuar dari ruangannya, melihat keluar ada lampu meja yang masih menyala. Jaka segera mendekat.
"Lembur apa kamu?" tanya Jaka
"Oh Pak Jaka"
"Ngerjain apa kamu, Na?" tanya Jaka lagi
"Ini pak, nyelesain gamenya tadi. Sedikit lagi"
Dahi Jaka berkerut samar. "Kamu yang ngerjain?" tanya Jaka
Nana hanya diam
Jaka menghela napas pelan. Mencoba mendinginkan pikirannya
"Matikan komputernya. Saya antar kamu pulang"
"Tidak ada bantahan" imbuhnya
Mau tidak mau Nana segera mematikan komputer juga lampunya dan segera mengekori Bosnya itu
"Kamu bukan pangawal saya" ucap Jaka lagi sambil berjalan terus
Nana langsung berusaha mensejajari langkah Bosnya itu
"Maaf Pak" gumam Nana
Mereka masuk ke dalam lift. Jaka diam. Nanaa tambah diam dan menunduk
Melirik Nana yang menunduk Jaka diam-diam mengepalkan tangannya.
Sepertinya besok ia harus mengumpulkan semua ketua divisi
Nana berdiri agak jauh dari Jaka. Ia merasa aneh jika harus berduaan dengan bosnya ini
Sedangkan Jaka melihat angka di atas seperti menghitung mundur
Denting bunyi lift membuat mereka segera keluar dan langsung berada di parkiran bawah
"Pak Jaka saya izin pulang sendiri saja" ucap Nana pelan
Jaka berhenti berjalan dan menoleh pada Nana
"Tidak ada protes, Na"
Nana hanya diam dan segera mengikuti Jaka yang sudah berjalan lebih dulu
Jaka berhenti di depan lift. Melirik kebl belakang
"Bisa berjalan selangkah ke depan?!" ucap Jaka tanla menoleh
"Bisa Pak"
"Lakukan"
Nana menurut, sekarang dia tepat di samping Jaka
Jaka menoleh "Kamu bukan pengawal saya, pastikan berjalan di samping saya"
Nana hanya diam. Dia ingin membantah tapi, sudahlah
Denting suara lift membuat mereka berdua segera masuk.
Nana memikirkan sesuatu. Ada yang ia lupa. Tapi apa?!
Jaka melihat pantulan dirinya juga Nana. Senyum tipis di wajahnya terukir
Namun tiba-tiba lift bergejolak bersamaan ddenga lampunya yang ikut mati.
Nana langsung meraih lengan Jaka dan memegangnya dengan erat. Jaka yang melihatnya langsung menatap curiga Nana
"Kamu tidak apa?" tanya Jaka dengan lift yang masih bergejolak
Jaka dapat merasakan Nana yang bergetar lewat tangannya. Tak lama lift berhenti
Jaka segera memeriksa Nana. Badannya dingin juga banyak keringat yang keluar.
"Na? Nana??!" panggil Jaka dengan suara keras
Jaka mencoba menggoyangkan tubuh Nana. Tak lama tubuh itu luruh
Jaka panik
Ia segera menggendong Nana dan mendudukkannya
Jaka melihat jam tangannya. Pukul delapan lewat
"Sial!!? Pantas saja liftnya mati" ucapnya kesal
Jaka segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya
"Gak ada sinyal lagi" pekiknya kesal
Melihat keadaan Nana yang masih pingsan membuatnya makin gusar
Mendudukkan dirinya di samping Nana dan menyenderkan kepala Nana di bahunya
Jaka menarik napas pelan. Berusaha berkonsentrasi. Memejamkan kedua matanya