Seorang laki-laki tiba-tiba terbangun dengan berkeringat. Tatapannya melihat jam dinding yang di sinari lampu depan rumahnya. Suasana terasa sunyi dan sepi
Jarumnya masih menunjukkan pukul tiga lebih sedikit. Napasnya terengah-engah, menatap keadaan sekitar ternyata ia terterti di sofa ruang tamunya
Berusaha mendudukkan diri ia beranjak berdiri dan berjalan menuju dapur. Sedikit sempoyongan ia mengambil minum di teum menuangkannya ke dalam gelas
Menenggaknya hingga sisa setengah. Mendudukkan dirinya di kursi dan menarik napas perlahan kemudian menghembuskannya
Perasaannya sudah sedikit lega. Meraba dadanya yang tadi sakit sekarang masih terasa namun sudah kebih baik.
"Pertanda apa ini?!" gumamnya
Menuangkan air putih kembali. Dan membawanya bersama menuju ruang tamu
Melihat ponselnya yang tergeletak, ia terpikirkan satu nama. Karena tadi di mimpinya ia seperti melihat Nana namun masih bayi. Tapi, ia yakin itu Nana
Hampir saja ia membantunya tapi terlambat.
Segera ia menyambar benda pipih tersebut dan mendial nomor teratas. Menunggu beberapa detik dan ternyata di angkat
"Iya Pak Jaka, ada apa?"
"Kamu belum tidur?"
"Ini kan di telpon Bapak"
Jaka menghembuskan napas pelan, "Iya saya tau, maksudnya sebelum saya telpon kamun tidur?"
"Iya pak"
"Saya ganggu tidurmu?" tanya Jaka langsung
"Oh enggak Pak, saya kebangun tadi mau tidur lagi tidak bisa" jawab Nana cepat
Jaka berdehem kecil
"Mimpi buruk ya?"
"Kok Bapak tau?"
Jaka mengkerutkan keningnya. Padahal ia asal menebak karena terpikirkan oleh mimpinya tadi
"Eh Pak kalau tidak ada yang penting saya tutup ya" pinta Nana
"Ya sudah"
Sambungan langsung di putus Jaka. Sedikit sebal karena di kira penganggu secara tidak langsung
Menarap layarnya yang menghitam Jaka memikirkan perkataan Nana mengrnai ia bermimpi buruk. Baru saja akan bertanya sudah di minta untuk dimatikan
Melihat jam di dinding rumahnya, masih pukul setengah empat pagi. Akhirnya Jaka memituskaan untuk mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya sampai menunggu subuh datang
Di sela-sela sholatnya, Jaka juga menddokan kedua orang tuanya dan adiknya yang sudah mendahuluinya. Setitik air mata turun ke pipinya.
Rasa rindu itu sungguh menyiksanya. Selesai dengan kewajibannya Jaka memutuskan untuk lari pagi.
Matahari masih mengintip malu dari arah timur. Memakai sepatunya dan segera keluar gerbang rumahnya
Melakukan pemanasan sebentar kemudian mulai berlari kecil.
Beberapa kali ia berpapasan dengan tetangganya. Jaka menyapa kecil dan di balas anggukkan
Saat sudah cukup jauh Jaka melihat jam di pergelangan tangan. Melihat hasil larinya kali ini.
"Lumayan" gumamnya sambil melemaskan kaki sebelum beristirahat
Ia berjalan pelan sambil merenggangkan tubuhnya
Menikmati suasana pagi di sekitar taman kompleksnya. Terlihat beberapa orang tengah berolahraga juga. Ada yang berjalan santai ada juga yang sekedar duduk dan menikmati suasana pagi ini
Melihat jam di pergelangan sudah menunjukkan pukul enam lewat. Jaka memutuskan untuk pulang dengan berjalan santai
Melihat tetangganya yang mulai beraktifitas di luar
Jaka yang tidak terbiasa berbaur hanya melewatinya. Namun beberapa ada yang menengenalnya
"Eh Mas Jaka lari pagi ya?!" sapa seorang ibu yang sedang membuang sampah di depan rumahnya
Jaka hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya
. . . .
Harum masakan pagi itu di dapur rumah kontrakkan Nana begitu menggiurkan. Rasa lapar sudah membuat perutnya bergemuruh minta perhatian
Fatma yang baru selesai mandi melihat Nana yang sibuk wara wiri di dapur kecil mereka
Melihat meja yang sudah terisi menu sarapan mereka. Ada oseng kangkung lalu tempe dan tahu goreng. Ada juga menu telur dadar dengan oseng tahu kecap pasti untuk bekal mereka nanti
"Wah udah mateng semua nih Na?" ucap Fatma sambil melihat Nana yang sedang mencuci bekas masaknya
"Udah tinggal itu, sayur sopnya nunggu mateng" jawab Nana sambil mencuci wajan bekas pakainya
"Jadi laper Na, makan yuk ntar gue bantuin nyuci beknekas" ujar Fatma yang sudah duduk di meja makan dan bersiap mengambil nasi
"Bentar lagi selesai kok Fat. Makan aja dulu"
Fatma hanya tersenyum dan mengambilkan nasi di piring Nana
Menunggu Nana hingga selesai menyuci kembali bekas masaknya tadi. Ia menuangkan air putih di gelas masing-masing
"Loh kok belum makan?!" ucap Nana yang sekarang sudah duduk di depan Fatma
"Gak apa nunggu kamu lah Na. Masak aku yang makan dulu yang masak aja masih sibuk gitu" jawab Fatma yang mulai mengambilakn Nana lauk
"Gak apa kok Fat, eh aku mau tahunya aja" ucap Nana
Fatma tersenyum kecil dan mengambilkan tahu goreng ke piring Nana
Lalu untuk dirinya
"Eh Na itu bekal nantinya?" tanya Fatma setelah mengunyah
Nana menganggukkan kepalanya. "Ada oseng tahu sama jamur tiram"
"Wah enak tuh, mana ada telur dadar spesial lagi" komen Fatma
"Trus kok ada tiga wadah Na?" tanya Fatma lagi menunjuk wadah bekal berjejer tiga
"Nitip kasihin Rafa ya. Dia kan udah bantu aku di rumah sakit kemarin" jawab Nana di sela makannya
"Wih kesenengan tuh dia dapet makan siang dari kamu" ejek Fatma mengingat sahabatnya yang suka sekali makan masakan Nana
Nana hanya tersenyum
"Alhamdulillah, sini biar aku aja yang nyuci bekasnya" ucap Fatma yang sudah selesai makan
"Eh gak usah Fat, aku sekalian aja" tolak Nana yang sudah mengambil piring Fatma
"Gak, kamu udah masak tadi. Sini gantian" elak Fatma keukeh
Akhirnya Nana mengalah dan membiarkan sahabatnya itu mengambil alih tempat cuci piring
Sedangkan Nana membereskan meja dan menutup bekal makan untuk mereka bawa nanti
. . . .
"Telpon aku kalau ngerasa pusing atau butuh temen bicara" ucap Fatma ketika mengantarkan Nana sampai di sepan kantor tempatnya bekerja
"Iya, udah sana berangkat. Keburu siang"
"Siap tuan putri"
Nana tersenyum kecil. Fatma pergi dengan motor matiknya menuju rumah sakit
Gadis berjilbab itu sungguh merawat dirinya. Sahabatnya sedari kecil. Mereka memang tumbuh tanpa keluarga namun mereka kuat dan mulai bisa meniti karir masing-masing
Nana sengaja masih melihat Fatma hingga berbelok di depan. Kemudian berbalik hendak masuk saat seseorang sudah berdiri di belakangnya
"Ngapain kamu?"
"Astaga!!!"
"Jak!!" pekik Rio setengah berlari
"Oh Nana?!"
Nana tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya
"Saya permisi pak" ucap Nana pelan dan berlalu pergi
Jaka hanya diam. Rio melihat temannya itu
"Ayo masuk, ngapain lu di sini?!"
Jaka berbalik dan mengikuti Rio. Melihat Nana yang seperti menghindarinya
"Gue salah apa coba?!" gumam Jaka yang tidak sengaja di dengar Rio
"Pikir aja sendiri" jawab asal Rio
Jaka melirik Rio dan kemudian menatap ke depan
Menunggu lift datang dengan beberapa karyawan yang menyapanya dan di balas anggukkan oleh Jaka
Sampai di ruangannya, Jaka langsung menyalakan komputer di meja dan mulai bekerja
"Rapat dengan tim poengemban. Katakan pada ketua diviua" instruksi Jaka pada Rio
"Oke gue hubungin mereka. Jam berapa?"
"Sepuluh menit lagi"
Rio menganggukkan kepalanya dan segera menghubungi kedtua divisi pengembangan
Jam berlalu tidak terasa mulai jam makan siang
Jaka masih fokus dengan rencana game terbaru yang akan diluncurkan minggu depan.
"Jak, udah jam makan siang nih. Buruan gue laper" ajak Rio yang langsung masuk ke ruangan Jaka
"Bentar!!"
Jaka segera menyimpan hasil kerjanya dan beranjak pergi.
Mengunci kembali kantornya dan pergi bersama Rio untuk turun membeli makan siang
"Mau makan apaan Jak?" tanya Rio sambil menunggu lift
"Gak tau" jawab Jaka asal
Tangannya sibuk dengan benda pipih di tangannya
"Ngecek apaan Jak?" lirik Rio
"Jadwal gue habis gini" jawab Jaka tanpa mengalihkan pandangan
Tak lama bunyi denting lift membuat Jaka mendongak dan keluar dari lift diikuti Rio
"Eh Jak!?"
Jaka berhenti dan menoleh pada Rio
"Baru aja gue di telpon, elu besok bisa gak ketemu pihak Amerika. Mereka hari ini datang" ucap Rio yanh baru saja mendapat telepon dari Bos yang akan kerjasama dengan game terbaru mereka
"Gue besok harus ke Bandung kan?!" jawab Jaka yang mengingat jadwalnya tadi
"Loh iya, trus gimana nih?!"
"Elu gak bisa gunain keleebihann lu?" bisik Rio
Jaka menatap Rio dan kemudian menggelengkan kepalanya
"Gue masih mulihin diri" jawab Jaka singkat
Rio berpikir sejenak
"Gue aja deh yang ke Bandung" putus Rio
Jaka mengkerutkan keningnya
"Bukannya elu mau ke Semarang jenguk Nenek lu?!" tanya Jaka yang ingat tentang sahabatnya ini meminta cuti
"Bisa gue batalin Jak. Nyokap sama adek gue biar yang kesana"
"Kita bicarain nanti lagi"
Jaka langsung kembali berjalan. Sebenarnya ia hendak berpapasan dengan Nana yang entah kenapa aura yang dipancarkan berwarna biru san merah muda
Banyak energi positif juga yang Jaka rasakan.
Jaka berdehem di dekat Nana yang sedang berdiri di lobi
Nana langsung menoleh dan memandang Jaka
"Oh Pak Jaka, ada yang bisa saya bantu" tanya Nana langsung
Jaka mendengus tidak kentara. Ia benci di panggil 'Bapak' oleh Nana. Istri saja belum ada
"Tidak ada. Ngapain kamu di sini?" tanya Jaka langsung
"Ini Pak mau nunggu Mbak Heni katanya mau makan siang bareng" jawab Nana
Heni adalah resepsionis yang memang dekat dengan Nana
"Ayo Na, loh Pak Jaka? Ada apa Pak?" tanya Heni yang baru sadar ada Jaka
"Gak ada apa-apa"
"Jak buruan gue udah nyari tempat duduk nih" teriak Rio dari pintu depan
Sepeninggal Jaka, Nana melihat Jaka keluar hal tersebut tak luput dari pandangan Heni
"Ada hubungan apa Na?" tanya Heni langsung
"Sama siapa Mbak?"
"Halah, sok gak tau. Tuh Pak Jaka?"
Nana menatap Heni bingung. "Kan Pak Jaka Bos kita Mbak"
"Terserah kamu deh. Yuk makan di kantin kantor aja. Mbak juga bawa bekal nih ikut-ikut kamu"
. . . .