TIGA-C

1425 Words
Senja mulai merayapi langit di uduk barat. Cahaya matahari juga telah menyelesaikan tugasnya hari ini. Bersiap menyinari permukaan bumi yang lain. Terlihat Jaka sedang berganti baju utnuk segera pulang. Sore ini ia diperbolehkan pulang. Tubuhnya secara terlihat memang sudah sehat tapi Jaka masih harus memulihkan diri dan tidak menggunakan kekuatannya dulu. "Jak, semua udah gue bawa ke mobil. Tinggal elu" ucap Rio yang baru masuk ke kamar rawatnya Jaka menganggukkan kepalanya. Merogoh sakunya dan tersenyum kecil. Hal itu tak luput dari Rio yang merasa aneh melihat sahabatnya sesekali tersenyum kecil "Elu udah sehat beneran kan Jak?" tanya Rio lagi Jaka menatap sekilas Rio. "Udah, ayo keluar" ajak Jaka yang sudah berjalan lebih dulu Rio hanya mengendikkan bahunya dan pergi menyusul Jaka. Di luar Jaka berpapasan dengan Ifan yang akan menuju kamar rawatnya "Kebetulan elu masih di sini" ucap Ifan begitu melihat Jaka "Gimana?" "Nih yang lu minta, asli susah banget bisa dapet. Harusnya lu minta bantuan Rio" ujar Ifan sambil menyerahkan eebuah map biru ke tangan Jaka Jaka hanya diam dan menerimanya "Oke, gue balik dulu" ucap Jaka segera berlalu pergi "Sama-sama Jak" teriak Ifan sengaja "Dasar kebiasaan banget tuh bocah" gumam Ifan malas dan segera kembali ke ruangannya Rio berjalan di samping Jaka. Ia melihat map yang diberikan Ifan tadi. "Lu mau tanya?" Rio langsung gelagapan, "Ada sih, tapi kayaknya bukan urusan gue sih" "Hn" Sampai di lobi Jaka segera masuk ke dalam mobil, di susul Rio yang duduk di samping Jaka "Tumben bawa sopir lu?" komen Jaka begitu masuk melihat sopir kantor "Males nyetir gue. Habis rapat sama pihak di luar sama baca laporan. Mana belum kelar. Sepet mata gue butuh tidur" jawab Rio sambil merebahkan diri Jaka hanya melirik Rio yang sudah mulai pulas "Jalan pak" ucap Jaka Sopir di depan mengangguk dan segera menjalankan setirnya keluar dari area rumah sakit Selama perjalanan Jaka melihat ke luar jendela. Memperhatikan orang berlalu lalang. Tidak sengaja ia melihat Nana di antara kerumunan orang yang sedang mengantri sesuatu "Kenapa ia selalu berada di kerumunan orang" gumam Jaka "Bukannya tadi katanya sudah di rumah? Kenapa ada di sana sekarang" Jaka segera mengambil ponselnya dan memencet sebuah nomor "Sudah kamu antarkan dia tadi?" ucap Jaka begitu sambungan telepon "Sudah Pak" "Dimana kamu sekarang?" "Sudah pulang Pak" "Ya sudah" Jaka langsung memutuskan sambungan teleponnya. "Telepon siapa lu Jak?" gumam Rio Jaka mengacuhkannya dan kembali menelpon seseorang "Ngapain kamu di situ?" Lawan bicaranya hanya terdiam. "Ini saya Jaka. Kamu ngapain di situ?" ucap Jaka lagi Tak lama sambungan di matikan sepihak. Jaka melihat layarnya yang mati Kembali Jaka menelpon nomor yang sama namun, kali ini tidak di angkat. Sedangkan itu, Nana yang baru saja berhasil mengantri makanan yang sudah sangat ingin dia makan. "Akhirnya" gumamnya lega "Gimana Na?" "Beres Fat, ini udah dapet dua" jawab Nana sambil memlerlihatkan dua bungkus makanan kepada Fatma "Syukur deh. Udah yuk pulang keburu malem" ajak Fatma Baru saja mereka berjalan menjauh dari kerumunan itu, ponsel Nana berdering "Bentar Fat, ada yang telpon" Nana segera merogoh sakunya dan menemukan sebuah telepon dari nomor asing Ia mengkerutkan keningnya. Namun tak urung menggeser layarnya dan menempelkan ke telinga kiri "Ngapain kamu disitu?" Nana mengkerutkan dahinya. Merasa bingung "Saya Jaka, ngapain kamu di situ?" ucap suara tersebut seolah tau apa yang dipikirkan Nana Sontak Nana langsung menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat apakah Bosnya ada di sekitar "Gak usah nyari saya, segera pulang kamu baru pulih" Nana hanya diam dan langsung mematikan sambungannya "Kenapa Na?" tanya Fatma yang khawatir "Gak apa, yuk pulang" ajak Nana yang langsung menarik tangan Fatma pergi Tak lama ponsel Nana kembali berdering namun, Nana mengacuhkannya seolah tidak mendengarnya "Ponselmu bunyi lagi Na" ucap Fatma "Biarin aja" Mereka terus berjalan hingga sampai di rumah kontrakan mereka Nana meletakkan ponselnya di kamar dan keluar lagi untuk makan dengan Fatma "Nih udah ku bukain sekalian. Aku tadi juga beli minuman kesukaan kita" ujar Fatma sambil memberikan segelas minuman rasa coklat "Wah makasih ya Fat" ucap Nana girang melihat minuman kesukaannya juga ada . . . . Jaka sampai di rumahnya. Rio membantunya membawa tas berisi baju juga keperluannya yang lainnya "Perlu gue masakin gak Jak?" tawar Rio "Bilang aja elu belum makan juga" sindir Jaka tepat Rio meringis dan segera ke dapur "Mau makan apa lu Jak?" tanya Rio yang sedang membuka kulkas melihat bahan apa saja yang ada Kemarin ia sudah membelikan isi kulkas sahabatnya itu yang mulanya hanya berisi air putih dan makanan beku "Terserah" jawab Jaka yang sibuk mengotak-atik ponselnya Jaka mendengus sebab karena panggilannya tidak di angkat "Kemana nih?!" gumam Jaka kesal Baru saja Jaka akan menggunakan kekuatannya, ia langsung terbatuk "Jak, kenapa lu?!" pekik Rio dari dapur "Gak apa, tolong ambilin minum" jawab Jaka dengan sisa batuknya Mendengus sebal karena ia masih lemah dan ia harus memulihkan diri "Nih Jak minjm dulu" ucap Rio sambil menyerahkan segelas minum ke tangan Jaka Jaka menerimanya dan langsung meminumnya "Masih mau lagi?!" tawar Rio sambil menerima gelas yang sudah kosong "Gak usah, lu masak aja" ucap Jaka yang berusaha tidak terjadi apa-apa Rio hanya mengangguk namun tetap khawatir Dia kembali ke dapur dan meneruskan memasak untuk sahabatnya itu. "Eh Jak gue baru inget. Coba lihat lagi rencana peluncuran game baru kita" ucap Rio dari dapur Jaka langsung membuka Tabnya dan segera membuka kembali game percobaan "Permulaannya masih lama gini" gumam Jaka sambil mencatatnya di catatan kecil Melihat karakter yang ada dan menganggukkan kepalanya Fokus dengan layar di depannya, Jaka sampai tidak mendengar ponselnya berdering "Jak hape lu bunyi!!" teriak Rio yang sedang menata meja makan Jaka masih acuh dan fokus dengan game di layarnya "Jak, makan oii" ucap Rio lagi Karena di acuhkan, Rio segera mendatangi Jaka dan merebut Tab di tangannya "Apaan?" "Noh hape lu bunyi. Trus makanan lu udah jadi. Oh gue gak jadi makan di sini, Mama gue nyuruh balik cepet" ujar Rio yang sudah bersiap pulang Jaka melihat meja makannya yang penuh. "Banyak amat lu masak Yo" "Buat besok kalau gak habis, udah ya gue balik nih ditelponin terus" ujar Rio yang langsung melesat pergi Jaka mendengus sebal. Melihat ponselnya yang masuk sebuah pesan Nama yang tertera membuat Jaka tersenyum kecil 'Maaf Pak tadi saya matiin, saya bingung jawabnya' Jaka hanya tersenyum dan meletakkan kembali ponselnya Dia melangkah menuju meja makan. Harum masakan Rio membuat Jaka lapar. Sahabatnya ini memang beda dari yang lain, bisa menghadapi sikapnya juga sering mengomel seperti seorang Ibu pada anaknya. Pembawaan Rio yang memang seperti Kakak bagi Jaka. Rio sudah bersahabat lama dengan Jaka. Bahkan ide membuat perusahaan game ini datang darinya. Dia yang di warisi perusahaan keluarga belum mau mengelolanya dan malah ikut dengannya "Serba bisa nih bocah" gumam Jaka menikmati makanannya dengan tenang Sambil makan Jaka memikirkan sesuatu. Map yang ia terima dari Ifan tadi belum ia baca semuanya Baru nomor telepon yang ia coba tadi. Hampir saja ia membaca riwayat penyakitnya namun tidak jadi Dengan cepat Jaka menyelesaikan makannya dan menyimpan sisanya "Kebiasaan nih bocah masak banyak banget" gumam Jaka sambil memasukkan beberapa makanan ke dalam kulkasnya "Sejak kapan kulkas gue penuh gini. Rio nih pasti" ucap Jaka saat melihat berbagai bahan masakan ada di kulkasnya Ia memang sesekali memasak sesuatu jika malas keluar rumah. Jaka segera menyelesaikan urusan di dapur dan segera ke ruang tamunya Dia mengambil map biru tadi dan membacanya lagi Dahinya mengkerut saat membaca bebeberapa riwayat penyakit yang Nana derita "Ada yang aneh" gumam Jaka Bersamaan dengan itu ponselnya kembali berdering. Seulas senyum terbit di wajahnya "Pak Jaka ini saya Nana" "Hn" "Maaf soal tadi, Bapak ada perlu apa?" "Kamu dimana sekarang?" tanya Jaka langsung "Di rumah Pak" "Ya sudah" Jaka langsung mematikan sambungan teleponnya. Sedangkan Nana yang merasa bingung dengan sikap Bosnya itu "Nelpon siap Na?" Nana langsung terkesip saat melihat Fatma sudah di ambang pintu kamarnya "Bukan siapa-siapa, salah sambung aja tadi" jawab Nana gugup Fatma melihat Nana curiga namun tidak menampakkannya "Ya sudah, tidur gih kamu kan baru keluar rumah sakit. Mana tadi ikut keluar beli makan lagi" ujar Fatma dengan nada khawatir Nana menganggukkan kepala dan segera menyimpan ponselnya. Lalu merebahkan diri di kasur Malam semakin larut, Nana yang baru terlelap mendadak bangun kembali. Dadanya terasa sakit Segera ia mengambil segelas air putih yang ada di meja belajarnya, meminumnya setengah dan menarik napas pelan Memejamkan mata dan menghembuskannya perlahan Nana mengingat mimpi barusan, sebuah kecelakaan dan ia merasa kepala berputar tak lama terdengar jeritan dan ia tertimpa sesuatu "Semoga bukan pertanda buruk" harap Nana Melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul tiga lebih dua menit. "Masih jam segini" Nana memutuskan untuk beribadah malam saja. Mencari ketenangan diri . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD