Prolog

429 Words
Deru nafas memburu seiring detik waktu yang telah melewati pertengahan malam. Tetesan peluh telah mengaliri kulit mulus seorang wanita yang tengah bergerak di bawah tubuh gagah perkasa itu. Kedua matanya memejam rapat tatkala merasakan gulungan ombak yang terasa menenggelamkan sukmanya. "Ayo Honey, teruskan ...." bisik manja bibir bergincu merah pada daun telinga yang ia kulum sebelumnya. Kedua tangannya erat memeluk punggung tegap itu, sedikit berdesau saat merasakan sentuhan di bagian depan tubuhnya.  "Ayo, Sayang ... kamu terlalu lamban!" Suara wanita itu terdengar di sela hembus napasnya. Kini posisinya berpindah, dengan lekuk tubuh yang hanya berbalut angin ia mendominasi permainan. "Beb, aku selesaikan, ya," bisiknya dengan tangan yang terampil menuntun menuju inti permainan. Lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu memejamkan mata menyerahkan seluruh kendali pada sang wanita, berharap akan sebuah pelepasan yang sempurna. Pelepasan yang ia harap turut serta membawa terbang segala sesak di d**a. Segela keindahan itu seketika menguap ketika rasa itu kembali menguasai jiwa. Brug. Tubuh indah tanpa penutup itu terhempas di atas ranjang berukuran king size tersebut, nafasnya masih terengah. Matanya mengerjap berusaha mendapatkan kembali kesadarannya. "Kamu kenapa, honey?" tanya wanita itu berusaha mengembalikan keadaan, bukan sekedar untuk sebuah tanggung jawab tapi untuk hasrat yang belum tertunaikan. "Gue enggak bisa! Lebih baik lu pulang." Tampak raut kekecewaan menghiasi wajah cantik dengan bola mata mirip boneka itu. "Lu tenang aja, tetep gue bayar full!" Tegas lelaki tampan berdarah blesteran itu. Seulas senyum melengkung di wajah sang wanita, lalu menghela nafas isyarat kecewa saat melihat lekuk tubuh lelaki dewasa itu berjalan tanpa busana mendekati nakas lalu mengambil amplop berwarna coklat. Wanita itu tampak menelan saliva, entah karena jumlah uang yang ada dalam amplop entah karena tubuh ideal sang pemegang. "Ini! Sana pulang." Hanya kata itu yang terucap saat tangannya terulur hingga amplop itu berpindah tangan. Menghempaskan tubuh di atas sofa, manik matanya tidak lepas dari wanita yang tengah memunguti dan mengenakan kembali pakaiannya satu persatu. Hampa. Hingga wanita bayaran itu menghilang di balik pintu, sedangkan sang pemilik kamar meraup wajahnya frustasi. *** "Cariin gue cewek yang masih polos, biar gue lebih tertantang buat naklukin dia!" Suara bariton nan seksi itu terdengar melalui sambungan seluler. "Siap, Bos." jawaban yang memuaskan, terdengar dari lelaki di ujung sambungan telepon.  (pengumuman. Para pembaca tersayang, novel karyaku ini eksklusif hanya tayang di Innovel dan Dreame kalau kalian nemuin/baca di tempat lain sudah bisa dipastikan itu adalah bajakan/curian. Mencuri karya yang aku buat sepenuh hati dan penuh perjuangan, maka Bismillah aku enggak rela, enggak ikhlas dan mengharamkan novelku dibajak dan diperjual belikan, oleh yang tidak berhak. Pembajak, penjual dan pembeli akan sama-sama menanggung dosanya!)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD