Pukul 3 dini hari, Diana sudah terbangun dari tidurnya. Meski sudah ditemani sang ibu, ia masih saja tak dapat tidur dengan nyenyak. Entah rasanya lamaran kali ini berbeda dengan lamaran yang sudah-sudah. Pening di kepalanya pun telah mereda. Namun tak dapat dipungkiri hatinya berdebar sedikit lebih kencang dari biasanya. Dengan perlahan ia bangkit dari tempat tidur agar tak membangunkan sang ibu. Sambil sedikit terpincang-pincang Diana berjalan menuju kamar Rama. Ia berniat melihat kondisinya, barang kali sudah bangun. Perempuan itu butuh teman mengobrol saat ini. Toh dia memang mempunyai hutang untuk menjelaskan rencananya pada lelaki itu. Ketika melewati dapur, sudah tak ada lagi manusia yang sibuk memasak di sana. Ada sayup-sayup suara orang yang sedang mengobrol di antara kehening

