hari sudah berganti malam, Larisa kini sedang berdiri di balkon memandangi hamparan langit yang penuh dengan bintang berkilauan dan cahaya rembulan.
senyum diwajah Larisa memancar sejak tadi, hatinya begitu damai dan bahagia. sampai tidak menyadari suara ketukan pintu.
tok tok tok
Bu Andini yang mengetuk pintu masih menunggu dibukakan Larisa, tapi
tidak ada jawaban. pintu kembali diketuk namun masih tidak ada jawaban. akhirnya Bu Andini membuka pelan pintu kamar Larisa. menghampiri Larisa dibalkon.
" neng Risa, ngelamun sambil senyum senyum kenapa atuh neng?" ucap Bu Andini.
" eh si ibu bikin kaget aja"
" ya abisnya dari tadi ibu ketok pintu gak dibuka buka, gak taunya lagi ngelamun disini"
" masa sih Bu?!" sahut Larisa tersenyum malu.
" Ayuk makan dulu atuh neng, itu calon suaminya teh udah nunggu dari tadi dibawah"
" ya udah iya Bu, nanti Risa nyusul sebentar lagi ya" sahut Larisa. ibu Andini mengangguk dan melangkah keluar kamar.
Larisa berusaha menetralkan rasa gugupnya, dengan pelan Larisa mulai menuruni anak tangga menuju meja makan.
" sini atuh neng, udah ditunggu dari tadi" ucap mang Yadi.
" iya mang" sahut Risa sambil mengambil posisi duduk nyamannya.
suasana makan malam hening tak ada percakapan, hanya suara dentingan sendok dan piring. selama makan malam Larisa tak berhenti tersenyum dengan jantung yang terus bedebar bahagia.
setelah makan Larisa menuju taman belakang, menikmati indahnya malam, tiba tiba Riyan menghampirinya.
" Risa!, mas ganggu ga" ucap Riyan
" gak kok mas, ada apa?" tanya Risa.
" mau bahas tentang papa sekarang atau besok" tanya Riyan serius.
" eemm, sebentar mas, Risa masuk dulu mas Riyan tunggu sebentar disini". ucap Larisa diangguki Riyan.
Larisa menuju dapur, membuat dua cangkir hot vanilla latte. setelah selesai Larisa membawanya kembali ke taman belakang.
" taraaaa" ucapa Risa menyodorkan cangkir vanilla latte.
" hhhmmm, tumben" ucap Riyan.
" disini dingin mas, jadi Risa bikin ini buat mas Riyan biar gak terlalu dingin" sahut Larisa nyengir.
" enak!" ucap Riyan setelah mencicipi vanilla latte buatan Risa
" beneran?" tanya Risa
" iya enak" sahut Riyan mantap. Larisa tersenyum manis.
" duduk sudah, minuman hangat juga sudah ada, bisa kamu jawab pertanyaan mas sekarang" tanya Riyan
" pertanyaan?!, pertanyaan yang mana ya mas" tanya Larisa.
" jangan menghindar Risa, mas serius"
" Risa gak menghindar mas" sahut Larisa sambil menyeruput kopinya.
" sekali lagi, mas serius Larisa" ucap Riyan lembut.
" ma..maaf mas" Larisa menunduk.
" jadi mau bahas papa sekarang atau besok?" Riyan mengulang pertanyaan.
" oke mas, Risa cerita sekarang" jawab Risa pasrah. Larisa tau mau menghindar sejauh apapun, dia harus memberitahu tentang papanya, karena Riyan calon suaminya, jadi Riyan berhak tau.
" oke, mas dengarkan semuanya" ucap Riyan tersenyum.
" bismillah, sebenarnya papa sama mama udah cerai 3 tahun yang lalu, makanya pas lamaran papa gak hadir" ucap Larisa mulai merasakan kesedihan.
" tapi kenapa papa gak hadir memberikan restu" tanya Riyan.
" aku belum siap mas, sejak kejadian tiga tahun lalu aku sangat membenci papa, bahkan aku gak pernah dengar kabar tentang papa sampai sekarang"
" kenapa kamu benci papa Ris?"
" papa pergi ninggalin mama dan semuanya demi perempuan lain mas, bahkan waktu papa pergi Risa menyaksikan dengan mata kepala Risa sendiri papa menampar mama dengan begitu kasar, papa berubah mas, bahkan aku sendiri tidak percaya dan sejak saat itu aku merasa papa bukanlah papa Risa" ucap Larisa yang sudah mulai terisak.
" astaugfirullahalazim" Riyan mengucap istighfar terkejut mendengar cerita Larisa.
" Risa benci papa mas, bahkan karena papa Risa berubah jadi perempuan yang gak bener, Risa menjauhi Allah, sering ke club'
Risa malu mas, Risa gak pantes buat mas Riyan." ucap Risa terisak.
" Risa dengerin mas, mas menerima kamu apa adanya dan mas sangat bersyukur bertemu dengan kamu" ucap Riyan tersenyum manis.
" makasih mas"
"mas, Risa ragu, blm siap ketemu papa, eemm..gaknusah minta restu papa ya mas?!" ucap Risa ragu
" Risa, sejahat apapun papamu, dan sebenci apapun kamu, dia tetaplah papa kamu sampai kapanpun, dan restu papa itu perlu Risa, karena mas ingin memiliki putri nya ini" ucap Riyan
" tapi mas, papa jahat, Risa sangat membenci papa" Risa kembali terisak
" Risa dengerin mas, apapun yang terjadi itu hanya masa lalu kita tidak boleh terlalu larut dalam masa lalu, karena justru itu akan membuat kita semakin terpuruk dan semakin lemah. belajarlah untuk mengikhlaskan apa yang menjadi takdir Allah" Larisa terdiam mendengar kata kata Riyan.
" sesulit apapun itu kita harus tetap menemui papa kamu Ris, karena kita sangat perlu restu papa kamu untuk pernikahan kita" ucap Riyan meyakin Larisa.
" ya udah mas, besok kita ketemu sama papa meski ini sangat sulit buat Risa" ucap Risa akhirnya.
" bismillah Ris, kamu gak sendirian, mas akan selalu ada disamping kamu"
" makasih buat semuanya mas"
" sudah kewajiban mas seperti ini, untuk calon istri mas" ucap Riyan meyakinkan Larisa.
Larisa Merasakan bahagia disela kesedihannya.
" udah jangan nangis, kita akan hadapi apapun yang terjadi bersama sama" ucap Riyan tulus.
" ya udah, sekarang kamu masuk kamar udah malam istirahat..persiapkan diri kamu buat besok"
" eemm..iya mas, mas juga jangan tidur terlalu malam" Risa mengingatkan.
" iya Risa" sahut Riyan tersenyum.
" ya udah mas, Risa masuk duluan". Riyan mengangguk.
Larisa melangkah menuju kamarnya, hatinya sedikit lega setelah menceritakan bebannya pada Riyan, Larisa merasa sangat bahagia karena kehadiran Riyan disampingnya, Risa semakin yakin Riyan adalah orang yang tepat untuk mendampingi hidupnya.
Allahu Akbar...Allahuakbar...
suara azan subuh menggema dengan merdu, Larisa segera beranjak bangun dari tidurnya, membersihkan diri dan wudhu segera melaksanakan kewajibannya, setelah selesai sholat subuh Larisa berjalan turun menuju dapur.
" assalamualaikum Bu Andini" sapa Larisa.
" waalaikumsalam neng cantik" sahut Bu Andini.
" neng Risa!" panggil Bu Andini
" iya Bu ada apa?"
" calon suaminya teh kasep pisan"
" ah ibu bisa aja" Larisa tersenyum malu
" beneran atuh neng, ibu teh gak nyangka neng Risa mau nikah"
" Risa juga dijodohin Bu sama mama" ucap Risa jujur.
" HAH!! astaughfirullah, maaf atuh neng ibu teh kaget"
" ya gak apa apa kok Bu, temen temen Risa juga sama reaksinya kaya ibu tadi, kaget!" sahut Risa terkekeh.
" mereka bilang gak percaya kalo Risa dijodohin sama mas Riyan"
" ibu kira kalian teh udah kenal lama abisnya den Riyan kelihatan sangat cinta sama neng Risa" ucap Bu Andini sambil mengelap piring
" emang gitu ya Bu?" tanya Risa tak yakin. Bu Andini hanya tersenyum mengangguk.
" hari ini rencananya mau kemana neng?"
" insyaallah mau kerumah papa Bu, papa belum pindah kan masih dibandung?"
" belum atuh neng, papa nya neng Risa dari dulu sampe sekarang menetap dibandung"
" Alhamdulillah"
" ya udah neng Risa teh tunggu aja dimeja makan nanti kita sarapan sama sama" ucap Bu Andini.
" iya Bu"
setelah semuanya siap mereka berkumpul dimeja makan.
" Bu Andini Risa boleh minta tolong?"
" boleh atuh neng, kumaha neng?"
" tolong panggilan mas Riyan dikamar, ajak sarapan sama sama" ucap Risa malu malu.
" dikira apa atau neng, pake malu malu segala sama ibu, ya udah ibu panggil dulu ya" sahut Bu Andini terkekeh.
Bu Andini beranjak dan melangkah menuju kamar Riyan.
tok tok tok
" assalamualaikum den Riyan"
" waalaikum salam, ada apa Bu" tanya Riyan setelah membuka pintu
" sarapan dulu den Riyan, itu calon istri nya teh udah nunggu dari tadi" ucap Bu Andini tersenyum
" ibu bisa aja" sahut Riyan terkekeh.
" beneran den, ini ibu disuruh neng Risa buat manggil den Riyan"
" ya udah Bu nanti saya nyusul, sebentar lagi ya" jawab Riyan.
tak berapa lama Riyan menuju ke meja makan.
" sini atuh den, mangga" ajak pak Yadi.
" iya mang makasih".
setelah sarapan selesai, semua bersantai diruang tengah villa menonton tv bersama.
" neng Risa hari ini mau kemana" tanya mang Yadi
" Risa mau ke rumah papa mang" sahut Risa.
" mau berangkat jam berapa atuh neng?"
" nanti jam sembilan mang" .
mang Yadi mengangguk, setelah itu tidak ada percakapan lagi.
tiba tiba ponsel Larisa bergetar.
drrtt drrtt drrtt
riyandriputra ; Larisa
Larisa mengerutkan dahi nya, mas Riyan menghubunginya lewat chat, padahal jarak Larisa dan Riyan hanya dua kursi kosong. Larisa menatap Riyan sambil terkekeh. Riyan hanya menunjukkan deretan gigi putihnya.
Larisa Putri ; ada apa mas
riyandriputra ; mas mau ngomong berdua bisa, maaf mas bilang lewat chat, mas malu ada mang Yadi sama Bu Andini.
Larisa tersenyum membaca pesan Riyan.
sampai mang Yadi menatap heran ke arah Larisa.
" neng Risa teh kenapa senyum senyum sendiri gitu?" tanya mang Yadi.
" eh gak kok mang, gak ada apa apa, ini lucu aja" jawab Larisa.
" maaf mang Yadi Bu Andini, Risa sama mas Riyan permisi keluar dulu sebentar" ucap Risa.
" mau kemana atuh neng ini kan baru jam setengah 9 gak boleh berduaan dulu, kalian teh belum halal" mang Yadi mengingatkan
" gak kemana mana mang, cuma mau ke taman belakang aja" ucap Risa tersenyum.
" ya udah atuh yang penting di inget kalian teh belum halal, nanti mang Yadi sama ibu yang dimarahin mama" ucap mang Yadi
" iya mang Risa tau kok" sahut Risa terkekeh,
Larisa dan Riyan melangkah menuju taman belakang.
" mas kenapa?" tanya Risa tersenyum.
" mas malu lah ada mang Yadi sama Bu Andini"
" ya udah sekarang ada apa" tanya Risa.
" mau berangkat kapan kerumah papa nya?"
" ini baru setengah sembilan mas, apa mau berangkat sekarang aja?"
" lebih cepat lebih baik kan, kalo berangkat sekarang kamu keberatan gak?"
" gak sih mas, ya udah mas tunggu ya Risa kekamar sebentar siap siap dulu"
" gak usah Ris, kamu udah cantik" ucap Riyan terkekeh.
wajah Larisa seketika merah merona.
" mas bisa gombal juga ya" ucap Larisa malu. lalu Larisa berjalan cepat setengah berlari menuju kamarnya. Riyan tertawa melihat raut wajah Larisa yang merah merona.
Dikamar Larisa merasakan jantungnya berdebar, hatinya bahagia. astaugfirullah, mas Riyan selalu membuat Larisa malu..