bab 9

1772 Words
Larisa senyum senyum sendiri didepan cermin, setelah selesai bersiap Larisa menghampiri mang Yadi dan Bu Andini untuk berpamitan. " loh kok dipercepat" tanya Bu Andini. " lebih cepat lebih baik Bu" sahut Riyan. " ya udah atuh kalian hati hati" pesan Bu Andini. " mang, Bu, doain Risa ya" " iya neng, ibu teh selalu doain neng Risa" " ya udah kami berangkat dulu, assalamualaikum" Riyan dan Risa mencium punggung tangan mang Yadi dan Bu Andini. Larisa dan Riyan berjalan beriringan menuju parkiran, tiba tiba Larisa berhenti. " kenapa" tanya Riyan " tunggu bentar mas, kunci mobil Risa ketinggalan, Risa ambil dulu bentar" ucap Larisa sambil melangkah mundur. " Risa tunggu!" " gak usah ambil kunci mobil kamu, kita pake mobil mas aja" " tapi mas kit..." Larisa belum menyelesaikan kalimatnya " udah gak usah tapi tapian, tenang aja ya" ucap Riyan " ya udah lah" sahut Risa pasrah. setelah keduanya masuk kedalam mobil, tiba tiba hati Larisa menjadi ragu. " mas, Risa jadi ragu" ucap Larisa menunduk. " hei, dengerin mas! semua akan baik baik aja, bismillah" ucap Riyan meyakinkan. " bismillahirrahmanirrahim" Riyan mulai menjalankan mobilnya. sepanjang perjalanan Riyan beberapa kali menatap Larisa, terlihat wajah Larisa yang pucat, mungkin karena takut, gelisah, dan bimbang. lalu Riyan mulai menyalakan musik dimobilnya agar Larisa tidak terlalu tegang. " biar kamu rileks" ucap Riyan tersenyum. Larisa membalas senyuman tipis. perjalanan rumah papa Larisa tidak memakan waktu lama, hanya 30 menit mereka sudah sampai. Riyan keluar dari mobil menemui satpam dari celah gerbang, setelah satpam membukakan gerbang mobil Riyan masuk ke pelataran rumah papa. " ayo turun Risa, kita udah sampe" ucap Riyan. " mas, Risa takut" sahut Risa dengan bibir bergetar . " Risa inget, kamu gak sendiri, ada mas disini yang akan selalu berada disamping kamu, yuk! kita hadapi semuanya sama sama" ucap Riyan menguatkan Larisa. akhirnya Larisa turun juga dari mobil, melangkah bersama Riyan menuju rumah papa. saat didepan pintu tiba tiba Larisa meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang terasa berat dan berdenyut. " Risa kamu kenapa" tanya Riyan khawatir melihat Larisa menahan sakit " eemm, kepala Risa tiba tiba sakit mas" ucap Risa " apa kita ke dokter aja, mas khawatir Risa" " gak usah mas, Risa cuma pusing aja" " ya udah bismillah Risa, kamu harus tetap tenang" ucap Riyan lembut. Riyan menekan bel disamping pintu. seseorang membukakan pintu, " maaf cari siapa?". ya Larisa tau, dia adalah istri papanya saat ini. " assalamualaikum, bisa bertemu dengan bapak Zain" ucap Riyan " waalaikumsalam, oh mari silahkan masuk" Larisa bersyukur wanita itu tidak mengenal nya. " ayo Risa!" ajak Riyan. " mas!" Larisa menahan tangan Riyan dengan mata yang mulai berkaca kaca. " tenang oke!" ucap Riyan lembut sambil menganggukkan kepala. Larisa dan Riyan menuju ruang tamu, tampak banyak sekali foto keluarga, dan yang pasti papa nya terlihat tersenyum bahagia disaat Larisa dan keluarganya merasakan kepedihan. " mari silahkan duduk, saya panggilkan pak Zain nya" ucap wanita itu mempersilahkan duduk. Larisa duduk dengan gelisah, rasanya dia ingin sekali memeluk mamanya erat saat ini, Larisa benar benar merasa tak kuat dengan semua ini. tak lama kemudian datanglah sosok yang selama ini Larisa rindukan, sosok yang selama ini Larisa kagumi. " Larisa Putri, Putri kesayangan papa" papa Larisa kaget begitu melihat Larisa. Larisa masih duduk diam dengan raut wajah yang sulit diartikan, matanya mulai memanas tubuhnya kaku. Larisa berdiri dan papanya mulai mendekat, Larisa sangat takut. " papa" ucap Risa pelan dalam isakan tangis. " Risa, kemari lah nak" ucap papa sambil merentangkan tangannya ingin memeluk Larisa. Larisa mulai merasakan sesak di dadanya, mulai terisak, kepalanya sangat sakit, dadanya sesak tubuhnya kaku hatinya perih, dalam hati Risa terus memanggil mamanya untuk menguatkannya saat ini. Larisa merasa tubuhnya sangat lemas pandangannya gelap, dan Larisa terjatuh, tapi dengan sigap Riyan menangkap nya. " LARISA!!". teriak Riyan saat menahan Larisa yang jatuh pingsan. tubuh Larisa begitu lemah, dalam hati Riyan terus mengucap istighfar, karena dia telah melewati batas menyentuh Larisa sebelum halal. " astaugfirullahalazim, Risa putri papa, bangun nak" ucap papa khawatir. " tolong bawa Risa ke kamar" ucap papa pada Riyan. tanpa pikir panjang Riyan menggendong tubuh Larisa ala bridal style menuju kamar. jantung Riyan berdegup cepat saat menatap tubuh Larisa yang begitu dekat dengannya. " maaf pak bisakah anda memanggil dokter untuk segera memeriksa keadaan putri bapak" ucap Riyan sopan. " ya saya akan segera memanggil dokter" jawab papa lalu melangkah keluar. ' astaugfirullahalazim, lagi lagi Riyan terjebak hanya berdua saja dengan Larisa dikamar' Riyan terus beristigfar dalam hati sampai suara papa menyadarkan Riyan. " mengapa anda bisa bersama putri saya?" tanya papa. " maaf sebelumnya jika saya lancang pak, nama saya riyandri, dan insyaallah saya calon suami Larisa putri anda pak" ucap Riyan. " APA!!, anda tidak sedang bercanda kan" tanya papa memastikan. " saya sama sekali tidak bercanda pak, kedatangan saya dan Larisa kemari untuk meminta restu anda untuk pernikahan kami, tapi mungkin karena Larisa belum siap memeluk masa lalunya, Larisa sampai jatuh pingsan" ucap Riyan jujur. " kamu benar, perbuatan saya sangat mengecewakan Risa, mungkin dia sangat takut dengan saya" ucap papa menunduk sedih. " saya tau semua nya pak, dan saya mengerti dengan yang Larisa rasakan, tapi disisi lain Risa sangat merindukan sosok papanya" ucap Riyan tersenyum, papa cuma tersenyum kecut. dokter yang dipanggil sudah datang, lalu segera menghampiri Larisa, memeriksa keadaan nya. " bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya papa khawatir. " dia mengalami depresi ringan, mungkin ada beberapa hal yang membuatnya sangat takut sampai tidak bisa menahannya. oleh sebab itu dia jatuh pingsan, kondisinya sangat lemah saat ini" jelas dokter. " astaugfirullahalazim" papa mengusap wajahnya kasar, dia merasa bersalah. " saya akan buatkan resep obat penenang, saya juga sudah menyuntikkan vitamin tadi" ucap dokter. " terima kasih dok" ucap papa " Larisa putri papa bangun nak, papa tau papa salah, papa membuatmu kecewa, tapi papa mohon bangun nak, papa sangat kangen sama kamu" ucap papa mengusap pucuk kepala Risa. " saya titip Risa, kalau dia sudah sadar anda bisa memanggil saya, itu pun kalau Risa mengizinkan saya untuk bertemu, saya percaya pada anda, tolong jaga putri saya, karena saya tau Larisa belum siap bertemu dengan saya, apalagi untuk memaafkan kesalahan saya" ucap papa pada Riyan. Riyan hanya mengangguk. *** hari sudah siang, tapi Larisa belum juga sadar. Riyan semakin khawatir dengan kondisi calon istrinya. Riyan keluar kamar menemui papa Larisa. " maaf pak apa saya mengganggu waktu bapak?" tanya Riyan sopan. " apa Risa sudah sadar?" papa Larisa balik bertanya. " belum pak, kondisinya sangat lemah sekarang" jawab Riyan. tampak papa sangat khawatir dengan keadaan Risa. " ada perlu apa anda menemui saya?" " baik pak, maaf sebelumnya seperti ucapan saya tadi, kedatangan saya kemari bersama Larisa putri anda untuk meminta restu anda pada pernikahan kami" " saya sangat tidak percaya putri saya sudah besar, sampai sekarang dia hampir menikah" ucap papa terkekeh. " saya dan Larisa dijodohkan pak" ucap Riyan jujur. " saya tau semuanya nak" sahut papa terkekeh. " mulai sekarang biasakan memanggila saya dengan sebutan papa, karena kamu akan segera menjadi anak papa" ucap papa tersenyum. " baik lah pa" sahut Riyan tersenyum. " papa memberikan restu untuk kalian, mudah mudahan kalian selalu dalam berkah dan lindungan Allah" ucap papa tulus. " aamiin, terima kasih pa" Riyan menjabat tangan papa dan mencium punggung tangan papa. " apa pekerjaan nak Riyan?" tanya papa serius " pilot pa" ucap Riyan membuat papa terkejut. " apa Larisa sudah tau?" " Larisa belum tau pa, Riyan akan memberi tau semuanya nanti di acara resepsi pernikahan kami" " setau papa putra Zaenal adalah seorang penerus perusahaan home group, tapi ternyata kamu juga seorang pilot nak" ucap papa terkekeh. " itu memang benar pa,.tapi Riyan belum siap memegang tanggung jawab sebesar itu" ucap Riyan terkekeh. " eemm pa, maaf kalau saya lancang, dimana istri papa tadi?" tanya Riyan. " istri papa sudah papa suruh pergi ke apartement dengan putra papa, papa takut saat Risa melihat mereka, Risa jadi semakin takut sama papa" ucap papa dengan wajah sedih " papa yang sabar, insyaallah Risa akan segera kembali seperti Larisa putri papa yang dulu" ucap Riyan tersenyum. " aamiin" . Riyan dan papa sedang duduk santai, tiba tiba terdengar suara dari lantai atas, tepat dikamar tempat Larisa terbaring. Riyan langsung berlari menaiki tangga dengan penuh kekhawatiran. " Larisa ada apa?" Larisa berusaha untuk bangkit. " mama" suara lirih Larisa. " tenang Risa, mas ada disini" ucap Riyan lembut. " kamu tunggu disini, mas mau siapin mobil kita kerumah sakit sekarang ya" ucap Riyan " jangan mas, Risa gak mau kerumah sakit, Risa mau pulang" ucap Risa terisak. " ya udh iya, mas minta izin papa dulu ya" sahut Riyan lembut. " mas" lirih Risa seolah menolak. " oke kita pulang sekarang" akhirnya Riyan pasrah. " makasih mas" " Risa, kamu kuat jalan?" tanya Riyan memastikan " insyaallah kuat mas" sahut Larisa bangkit perlahan. Riyan dan Risa berjalan menuruni anak tangga, Riyan dibelakang Risa menjaga khawatir Risa jatuh lagi, setelah sampai diruang keluarga tatapan Larisa bertemu dengan tatapan papanya, Larisa langsung menunduk menghindari kontak mata dengan papanya. " kalian mau kemana?" tanya papa terkejut. " maaf pa, kamu harus pulang" ucap Riyan sopan. " Larisa kondisi kamu saat ini lemah nak" ucap papa, Larisa hanya menunduk menatap lantai menahan tangis. " istirahat lah dulu dirumah papa nak, papa mohon, setidaknya sampai kondisi kamu memungkinkan untuk pulang" ucap papa pelan sekali. jujur Larisa sangat rindu dengan perhatian papanya " Larisa papa sedang bicara denganmu, segitu bencinya kamu sama papa?" " Risa" tegur Riyan mengingatkan Larisa. Larisa berbalik menatap Riyan, matanya mulai berkaca kaca. " ayo mas" lirih Risa " Risa!" sekali lagi Riyan mengingatkan Larisa agar mendengarkan ucapan papanya. " ya sudah tidak apa apa nak Riyan, mungkin Larisa belum bisa memaafkan papa" ucap papa pasrah. " maaf pa!" " ya sudah kalian hati hati" pesan papa lalu meninggalkan Riyan dan Larisa diruang keluarga. " ayok mas!" ucap Larisa. melangkah perlahan dan Riyan hanya mengangguk, baru beberapa langkah tiba tiba Risa merasakan sakit lagi dikepalanya. " mas" lirih Risa. " ada apa?" Riyan khawatir menatap wajah Larisa yang pucat. " sakit mas" ucap Risa menahan sakit dikepalanya. Riyan menatap Larisa yang terlihat sangat pucat. " kita kerumah sakit dulu ya" " Risa gak apa apa mas, ayok kita pulang" ucap Risa mendahului Riyan, tapi baru beberapa langkah Risa merasakan kepalanya bertambah sakit pandangannya gelap tubuhnya terasa tidak seimbang, merasakan tubuhnya akan jatuh, dengan sigap Riyan menahan tubuh Larisa agar tidak jatuh. " sakit" ucap Risa sebelum dia jatuh pingsan " astaugfirullah Risa" ucap Riyan kaget " ada apa?" tanya papa khawatir. " Risa pingsan lagi pa" " kita bawa kerumah sakit sekarang juga" ucap papa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD