Tanding Basket

1210 Words
"Yah itu si DL,ya!" gerutu Manda seraya mengibaskan rambut hitam legam sepunggungnya. "DL apaan tuh?!" cicit Rian mau tahu. Ia memasang wajah bingung. "Derita Lo!" sahut Manda geram. Tapi lebih kesal lagi Rian. Kalau bukan cewek yang di depannya sudah dia ajak baku hantam dari tadi. "Lo siapa sih? Gue kayaknya gak pernah liat lo. Lo murid pindahan baru?!" selidik Rian. Gak heran sih kalau Rian merasa Manda termasuk salah satu murid pindahan juga disini. Mengingat seberapa bar-barnya Manda ke Rian. Dan seberapa entengnya masuk sekolah swasta mereka. "Bukan," tanggap Manda pongah. Jadi dirinya masih pantes disebut murid. Padahal Manda kesinikan sebagai guru magang. Manda jadi tersenyum sipu. Ini mungkin akibat dia jarang mandi. Jadilah wajah Manda terlihat baby face. Nyambung gak? Enggak! "Terus ngapa lo masuk sini. Lo pasti nyelinap masuk,ya?!" duga Rian sembari menunjuk hidung Manda dengan tatapan curiga. Yah, meski disini kebanyakan isinya anak cowok dan nakal semua. Tapi banyak juga siswi-siswi sekolah lain mencoba masuk demi melihat cowok idaman mereka. "Hhaah. Enak ajah gue masuk sini dapat ijin langsung sama Kep-Sek," jawab Manda kesal. Dia susah-susah minta ijin magang disini. Ini malah dibilangnya dia nyelinap masuk gitu saja. Gak tau apa kalau Manda sampai harus merayu. Ditambah bantuan Pak Seno yang pada akhirnya Manda di ijinin mengajar disini mulai hari ini. "Gak percaya gue. Ini pasti akal-akalan lo,'kan cewek bar-bar!" "Manda. Gue punya nama,ya. Nama gue Manda!" tekan Manda titik gak pakai koma. "Dan gue gak mau manggil nama lo," cerca Rian seraya menjulurkan lidahnya berniat meledek Manda. 'Astaga. Apa anak jaman sekarang prilakunya seperti ini semua. Kalau gitu kasihan dong sama guru-guru yang di amanatkan menjadikan para murid menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Tapi sayang. Sopan santunnya saja nol!' gerutu Manda dalam hati. Tapi tenang ajah selama ada hayat di kandung badan, Manda gak akan pantang menyerah. Selama ia belum bisa menertibkan dan mendisplinkan anak murid kayak Rian gini, bahkan Manda siap menambah waktu magangnya secara cuma-cuma semua itu demi nusa dan bangsa yang lebih sejahtera. Manda mengambil bola yang dari tadi ada di tangan Rian. "Gue mau liat lo jago betulan gak sih main bola basketnya?" cerca Manda. Rian tersenyum miring, baru kali ini kemampuannya bermain basket di ragukan. Kali ini Rian kembali merebut bolanya dengan kasar. "Bilang aja kalau lo mau lihat gue main, pakai maksa masuk sekolah lagi. Apalagi sampai bawa-bawa Bu Kep-Sek" cicitnya meremehkan. "Errrgghh!" Manda mengepal tangannya kuat. "Lo kalo mau mimpi tidur aja di rumah, gak usah sekolah!" jawabnya kembali menarik bola yang di tangan Rian, seenaknya bilang Manda masuk cuma demi melihat dia main, Yah mending Manda lihatin Pushy kawin lebih ada ensklopedia-nya. "Lo aja sana yang tidur! lihat tuh lipstik lo menor," hina Rian. Manda otomatis mengecek bibirnya. Eehh, tapi dia,'kan gak pakai lipstik, Manda cuma pakai lipgloss tidak berwarna yang dia gunakan tadi pagi. Itu artinya Manda lagi di kerjain dong sama ini cowok. Dasar semprul! Saat menyadari ternyata bolanya sudah berada di tangan Rian. Si cowok yang nyebelin tingkat nasional itu terlihat melempar bola dari tempatnya langsung ke ring. Suara bola mencium ring terdengar kencang. "Yes, long shoot!" desis Rian bangga. Tetapi Manda merasa jengah. "Gitu aja bangga!" cicitnya. mengambil bola lain dan mulai memantulkan bola ke lantai. "Lihat kayak gini main bola yang betul!" ucapnya yang terlihat lihai men-derible bola. Rian mencibirkan bibirnya, kedua tangannya saling bertaut di depan dadanya. 'Boleh juga,' pujinya dalam hati. "Lo mau ngadu kehebatan sama gue?" selidik Rian mendekati Manda tenang, sampai di depan ia langsung mengambil bola yang sedang bergelembung, memantul ke udara. "Sayang. Lo bukan tandingan gue," kata Rian lagi. "Gue juga gak mau ngadu kekuatan sama lo, tapi gue mau kasih tau cara lo main yang benar. Gue lihat skill lo masih, yah, tipe-tipe anak SD mainlah" kata Manda niat banget meledek Rian, dan sepertinya ia berhasil. "Lo.Eeeghh!" Rian mengepal tangannya, meski ia mencoba menahannnya "Wow! Gak sangka lo berani sama cewek" sahut Manda sambil melotot tajam. "Mau ngapain lo mengepal tangan kayak gitu, lo mau pukul gue?! Nih. Nih!" Manda menyodorkan pipinya. Mau tahu sampai mana Rian berani mengancamnya. "Shiitt, gila!" rancau Rian yang sudah membebaskan kepalan. "Takutkan lo?!" duga Manda tersenyum puas. "Yee, BELAGU sih" cicitnya meski sangat pelan, ia kembali menderible bola. Rasanya, Manda sudah jarang banget main basket dan tiba-tiba dia kangen. Padahal dulu cewek itu sering sekali tanding sama Selly. Dan kalau saja bukan rok span yang ia pakai. Manda pasti sudah menciptakan gol yang lebih memukau dibandingkan gol yang Rian ciptakan barusan. "Dari tadi ngedrible doang gak masuk-masuk tuh bola," ucap Rian meremehkan. Manda ikut bergerutu menyamai gerak-gerik bibir Rian "Cmmiww. Cmiiww," suara yang keluar dari bibir Manda. Jengah sama Rian yang kelewat bawel. 'Cowok tapi bawel!' kutipnya geram 'Aku pakai hot-pants ini. Kalau tarik sedikit span aku, mungkin aku bisa memasukkan bola ke ring,' analisis otaknya. Tanpa pikir panjang dan tanpa merasa perbuatannya bisa saja menimbulkan keresahan di hati para adam. Dengan sigap Manda menarik rok spannya sampai batas hot-pantsnya Hati Rian yang sedang santai dan tenang langsung terasa seakan di acak-acak, diterbangkan tinggi sewaktu melihat Manda menarik rok span di depan matanya. Cowok itu malah menunggu sampai mana Manda mau menariknya, nyatanya ia harus kecewa karena Manda masih pakai hot-pants warna senada dengan roknya. Wakwow. Hancur sudah harapannya. Hati yang tadi sudah terlanjur melambung harus perlahan turun kembali ketempat asal, ditambah kekecewaan yang makin membuat harinya suram. 'Duh Rian lo mikir apa sih? Bukannya sudah sering lo liat paha cewek-cewek. Apa kabar sama anak-anak pemandu sorak dengan rok mini,ya dan kenapa juga lo masih celamitan lihat paha cewek itu' pikir Rian memarahi dirinya sendiri. Meski gak bisa dibohongi juga body Manda memang oke punya. Bening dan mulus. "Yee!" pekik Manda yang berhasil long shot kayak Rian tadi. "Huufftt!" desah Rian gak mau main lagi. Tetiba ia malas meladeni Manda. Jadi Rian putuskan meninggalkan Manda seorang diri. 'Udahlah cewek gilak ini. Dan gue gak akan lagi ketemu sama dia. Jadi buat apa gue capek-capek berdebat gak penting sama dia,' pikir Rian. "Tuhkan gue bi-!" Manda diam. Celingukkan cari sosok Rian. Haahh, aku ditinggal. Ditempat yang sesepi gini. Manda langsung merinding ketakutan. Bukan karena perasaaan horor lagi. Tapi karena Manda mengalami kenopsia. Adalah perasaan mengerikan dan menyedihkan berada di tempat yang biasanya ramai namun sekarang hanya tinggal ia sendirian. Cepat-cepat Manda menurunkan roknya dan segera berlari seperti orang kesetanan. Rian dari tadi ada di samping ruangan sedang melap peluhnya jadi tersenyum miring. 'Ngapa dah tuh bocah?!' ucapnya dalam hati lihat Manda kebirit-b***t. "Hhaahh, hhah!" suara ngos-ngosan Manda. Ia merasa bodoh sudah kebakar ledekkan cowok gak jelas tadi. Sekarang tampilannya jadi agak sedikit urakkan. Kan, Kan!. Manda berusaha merapikan kembali dengan tangannya. Demi bertemu dengan Bu Mar, rekan sesama guru. Orang yang ditugaskan untuk memonitor Manda. "Eehm!" dehem Bu Mar melihat Manda yang baru datang. Cewek itu jadi telat lima belas menit dari waktu yang seharusnya. Apalagi tampilannya acak kadul. Bu Mar memperkirakan Manda tergesa-gesa sampai sini. "Kamu bangun kesiangannya?!" tebaknya. Manda menggeleng "Enggak, Bu. Tadi saya sudah datang tapi~~" "Sudahlah. Hari ini kamu diminta mengajar Kelas 12C, menggantikan Bu Rury yang lagi cuti hamil. Tapi ingat sebelum masuk kelas. Kamu harus banyak-banyak istighfar karena Kelas 12C isinya" Bu Mar geleng. Gak tega juga manggil anak didiknya jadi anak dakjal. Meski kenyataan emang mirip kayak gitu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD