Licik mah licik saja

1066 Words
"Man.., Manda itu ada, empat cowok ganteng kumpul. Kesana, yuk. Minta tanda tangan." "Iih, lo apa-apaan sih, Sel. Emang mereka artis sampai minta tanda tangan segala?" kesal Manda. "Yee, Manda. Gue yakin cepat atau lambat salah satu bahkan mungkin semuanya bakal jadi artis. Anggap aja kita duluan minta sebelum mereka terkenal" Selly mengatakan fikirannya. Sebetulnya cukup masuk akal. "Terserah lo dah! Tapi yang perlu lo tau. Cowok itu yang bikin gue parno buat mengajar." "Yang mana?!" sungut Selly. Kalau dia dibikin kesel sama mahluk setampan itu juga Selly rela bahkan seumur hidupnya, Selly ikhlas. "Tuh yang rambutnya kecoklatan!" Selly langsung menatap ke Rian sesuai arah tangan Manda. "Itu. Lo dibikin kesel apa sama dia?!" KEPO selly. Tampang bak pangeran nyatanya bisa bikin Manda uring-uringan juga. "Kemarin itu..." "Ya, kemarin kenapa?!" "Sewaktu gue bantuin dia pinjem baju karena bajunya hilang!" "Hhaah... Eh, maksud gue terus-terus!" "Bukannya makasih dia malah narik gue ke dalam toilet!" "Berdua aja. Di dalam toliet?!" tekan Selly. Muka Selly sudah mau tahu banget. Woy woles, Sel. "Ya, terus dia nghimpit gue ke tembok!" "Ngapain?!" Selly terus memburu Manda. "Terus gara-gara. Ahk!" Manda masih kesal sama kecoa kemarin. Kok bisa gitu lewar. "Gara-gara apa? Lo cerita jangan separo-separo dong. Kayak diskon'an lo." "Gara-gara itu gue jatoh di atasnya. Gue nindih dia Sel. Sial banget,'kan gue!" Manda cemberut. Bisa gak kenangan itu di skip saja dari hidupnya. Sumpah malu banget. "Itu mah bukan sial namanya Manda binti Muzenah... itu lo lagi ketiban rejeki nomplok. Gue juga mau." Selly sampai geram banget. Ini Manda matanya yang minus. Apa otaknya yang minus. Kok anugerah dikata musibah. "Tapi oke. Sebagai pembela kebenaran buat lo. Gue akan maju khusus demi lo!" Alasan Selly. Padahal dia juga mau kenalan sama Rian. "Makasih,ya, Sel. Lo baik banget sama gue. Kalau gak ada lo, gue gak tau lagi harus cerita ke siapa." Manda mudah sekali kena tipu. "Udah gak usah sedih gitu." Selly tersenyum devil. Kalau Manda gak mau dia mau kok sama Rian. Dan ini gak bisa dibilang embat gebetan temen. Oh, tidak masuk hitungan itu, ferguso. Apa yang Selly lakukan adalah melestarikan 'mahluk langka' cowok cakep itukan sudah langka. Sekali ada biasanya sold out. Selly maju dengan Manda mengekor di belakang. Persis kayak ibu dan anak yang mau mendatangi musuh anaknya "Cowok itu namanya Rian," cicit Manda di belakang. "Rian," pekik Selly. Rian yang tadi mau ke belakang sekolah jadi merhatiin Selly "Kenapa?!" tanggapnya dengan lirikan angkuh. "Kamu minta maaf gak sama Manda." "Salah gue apa. Dia kok yang lempar spidol ke pelipis gue. Lihat nih!" Rian memajukan wajahnya berniat menunjukkan luka baret di pelipisnya. Tapi karena gitu juga Selly bisa lihat wajah tampan Rian lebih dekat. "Man. Habis ini kayaknya gue gak perlu marathon lagi deh. Lihat muka dia aja udah senam jantung gue. Oksigen! Gue butuh oksigen, Man," lirih Selly beneran ngaap dia. Manda lirik Selly judes, Yee, diminta tolong malah megap-megap kayak cupang gak kena air. "Itukan gak sengaja!" bela Manda sambil keluar dari tempat persembunyiannya Rian menaiki sudut bibirnya, "Terus lo bawa temen lo buat apa?!" "Aku mau kita lupain kejadian waktu itu," cecar Manda. "Kejadian yang mana? Yang waktu lo maksa ngintip apa yang ada dibalik handuk gue?!" Ucapan Rian membuat semua semakin ambigu. Mata Selly menyerit. Kenapa Manda gak cerita bagian itu. "Man. Kayaknya kita mesti ngomong," tekan Selly. Manda sudah persis kayak tersangka yang ada di samping tiang gantung. Terpojok dengan tudingan-tudingan yang keluar dari mata Selly. "Eegh." Kesal bikin Manda narik tangan Rian. "Kamu ikut aku. Sel, lo pulang aja. Ada lo gue malahan makin pusing," usir Manda. Meski Selly belum mau pulang. Dia bahkan rela bolos sehari demi lihat-lihat pemandangan di Sekolah Pemuda bangsa. Ya kalik, sampai sini terus dia rela pulang gak pakai kenalan dulu sama tiga cowok yang lainnya. Oke. Cita-cita Selly gak akan muluk-muluk. Kalau Rian sulit digapai. Minim dia dapet temennya yang mirip Jungkook itu. *** Sampai juga Manda dan Rian ke belakang sekolah tempat Rian sebetulnya janjian gelud sama Robby "Aku mau ngomong." desak Manda sambil melempar tangan Rian yang ia pegang. "Ngomong aja. Kan gak dilarang. Gue juga gak pegangin mulut lo,'kan," kata Rian sambil melirik sekitar takut Robby sudah datang. Rian hanya gak ingin ada orang lain yang terlibat. "Huuh! tahan Man, tahan." Mantra yang selalu Manda ucapkan setiap berhadapan dengan Rian. "Kita harus buat kesepakatan! Karena kejadian kemarin merugikan kita. Jadi gak ada yang boleh tahu selain kita." Manda mencoba menggertak Rian. Semestinya cowok ini bakalan setuju. "Gue gak ngrasa di rugiin. Lagi sudah terlanjur banyak yang tahu juga," kata Rian santai. Cowok itu emang super nyebeliin. Banget. Banget! 'Duh nih bocah jawab saja kalau lagi di bilangin!' "Tapi gue ngrasa di rugiin. Ini menyangkut karier gue disini. Gimana kalau sampai guru lain tahu." Manda jadi panik. Matanya melotot, kedua tanganya menekan pipinya. Gak bisa di bayanginkan dan Manda gak mau bayangin. Rian melihat Robby yang sudah datang. Tak mau sampai Manda ikut-ikutan urusannya akhirnya cowok itu memilih mengalah. "Iyah, iyah, gak akan ada yang tahu." "Bener,ya?!" Telunjuknya menuding Rian. "Yup!" Rian memegangi bahu Manda, membalikkan tubuh 'gurunya' itu "Sekarang lo pergi dulu," suruh Rian mencoba mendorong Manda. "Eeeh, kenapa dorong-dorong. Kamu juga gak bisa usir aku kaya gini. Ini tempat umum. Siapapun berhak disini." "Aduh. Cepet dong." Robby sudah semakin dekat. Dasarnya pengecut. Ia malah datang dengan kedua temannya lengkap dengan kayu balok, rantai sepeda dan sebilah belati yang sudah mereka sembunyikan di belakang sekolah. "Kenapa sih. Aku masih mau disini?" kekeh Manda. Ia tau tadi ada yang gak beres. Apalagi gasture tubuh Rian mencurigakan. Kayak lagi menutupi sesuatu. "Eerrgh!" kesal. Membuat Rian menggendong Manda ala bridal. "Eeehh!" Meski sangat kaget tapi Manda mengalungkan tangannya leher Rian untuk pegangan. "Lo gak akan mau pergi kalau gak kayak gini," ucap Rian. "Yah, Emang aku gak mau pergi." sungut Manda geram. *** "Mana tadi,ya Jungkook KW super itu?!" KEPO Selly. Ia cuma mempertajam penciumannya. Biasanya cowok ganteng baunya beda,'kan. "Nah itu dia!" pekiknya saat melihat Ibas lagi di depan kelas. Selly segera berlari berniat menghampiri Ibas. Tapi sebelum sampai di depan Ibas, ia sudah mengrem langkahnya. "Tunggu. Tapi apa pantes gue maranin dia?! Bisa di kata apa gue. Orang luar yang tahu-tahu masuk sekolah. Nanti kalau dia gak seneng gimana? Bukan cuma gak bisa kenalan. Tapi itu artinya gagal juga niat gue deket sama dia Ini berat. Gue gak bisa salah ambil keputusan! Ini juga gara-gara Manda sih. Mana tuh bocah?!" gerutu Selly.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD