Episode 3

1239 Words
Apa yang kalian bicarakan tentang menjadi anggota Osis kompilasi pertama kali masuk sekolah? Apakah jadi Osis enak? Terkenal? Punya banyak teman? Apakah kelas ini sama dengan kelas adek? Deket dengan guru? Nyatanya, semua itu memang ... benar. Hanya, di balik keindahan-keindahan menjadi anggota Osis yang terpampang, ada banyak sekali hal-hal yang sangat tidak menyenangkan menjadi anggota Osis yang tidak menyenangkan siswa. Anggota Osis terkenal? Baik Tapi begitu terkenal itu gak enak. Masalahnya, kalian terkenal sebagai anggota Osis. Tahu, kan, Osis itu fungsinya buat apa? Gambar otomatis kamu tuh harus jaga. Gak bisa membantu sesuka hati kalian. Sedikit saja salah, pasti akan ada yang ngomen - anggota Osis, kok, gini. Anggota Osis, kok, gitu. Anggota Osis, kok, blablabla. Sumpah itu, tuh, tidak enak. Harus banget pandai-pandai melangkah, jangan sampai salah kaprah. Apakah kelas ini sama dengan kelas adek? O jelas. Kalian bisa tebar pesona karena kompilasi masa depan, kalian akan berseliweran di antara mereka, tapi ... Eksis juga percuma kalau tidak ada yang bisa digaet. Iya, anak Osis kalau pacaran biasanya digibahin. Pacaran juga harus hati-hati. Sekali lagi harus hati-hati. Anggota Osis deket sama guru? Hm, tidak semua. Tapi kebanyakan ya memang deket. Enak? Tidak. Kalau otak pintar dan kelakuan bukan neko-neko, ya dapet gelar bagus di mata guru. Kalau otak rada b**o dan kelakuan tidak ada yang bagus-bagusnya, ya siap-siap saja kata-kata yang tadi keluar. Osis kok gini, Osis kok gitu, Osis kok blablabla. Belum lagi bisa di kelas, bisa tidak bisa disesuaikan dengan yang pertama kali ditentukan. Kesel. Ini serius terjadi. Tidak percaya? Tanya saja pada teman-teman yang menjadi OSIS di sekolah kalian. Kenyataannya, Osis tuh harus paling depan. Osis tuh kesannya harus anak-anak yang pintar dan baik. Padahal, tujuan masuk Osis tuh ya tidak semua benar-benar niat. Ada yang ngikut teman, ada yang nyasar, dan ada pula yang ngikut Osis cuma karena doi-nya anggota Osis. Loh, kok? Lumrah, kok. Contohnya Bayu Arya, masuk Osis cuma karena ngikut Dian, pacarnya. Felix, masuk Osis cuma buat menelin Acha. Karena masuk Osis karena mau numpang tenar. Yendra yang nyasar bahkan lupa mula ia masuk Osis karena apa. Helmi apalagi. Di antara para manusia yang masuk Osis tanpa niatan jelas itu, ada Tio, Regan, dan Vega yang masuk Osis karena ingin mendapat nilai plus dari guru. Iya, mereka punya tujuan-tujuan dan tujuan yang jelas, masuk universitas. Dan mereka pikir, latihan bahasa Osis mental bicara di depan. Karena itu, orang organisasi sama orang yang biasa sekolah hanya membuat belajar dan nongkrong di kantin, tuh, berbeda tersedia. Sekarang, di dalam ruangan yang biasa anak-anak Osis disebut sebagai sekre, alias tempat mereka berkumpul, beberapa panitia Osis duduk di satu meja. Yakni Yohan, Tio, Helmi dan satu lagi Juno, orang yang belum kesebutan sejak tadi, padahal dia pemeran utama di cerita ini. "Nggak bisa kayak gini lah. Seharusnya acara hari Sabtu tuh full dipegang sama siswa!" Helmi, yang paling kecil di antara mereka memandang nyalang pada selembar kertas yang berisi jadwal percakapan siswa dari hari Senin hingga Sabtu. "Tapi ya gimana, lo tahu kan Pak Bagas gimana?" imbuh Yohan. "Ya, gue tahu. Tapi harusnya ada usaha dikitlah dari kita. Jangan sampe kayak gini. Masa hari Sabtu masih aja ada materi Dan Sabtu seneng-seneng! " Meski paling kecil, tapi Helmi, tuh, gitu, suka ngegas. "Gue paham. Tapi acara itu menganjurkan siswa itu bukan bagian dari program kita, tapi program sekolah. Kita gak bisa, dong, ngubah apa yang udah konsep mereka," balas Yohan kembali. "Yo, ngomong kek lu!" tegur Helmi ke Tio, yang sedari tadi cuma menyimak sambil tumpang dagu, bengong. Sudah layaknya kambing yang mau dikurbanin. "Kita butuh usaha, nih!" "Gak tahu, anjir. Gak bisa mikir gue, ngantuk." "Eh, si anying!" Yohan menggeram kesal. Mata kecil Helmi kembali natap Yoham dan Juno yang dari tadi cuma diam. "Sekarang gimana?" Helmi bertanya. Alih-alih menjawab, Juno malah balik bertanya, "Acha di mana?" tanyanya. "Di kamar dia. Di kamar 3. Kenap--" ucap Helmi, Juno sudah dibuka, keluar dari ruangan, pulang tanpa sepatah kata pun. Helmi kicep. Helmi bengong. Lantas Helmi berubah jadi tukang keong yang selalu, "Hah heh hoh?" *** Hari pertama masuk sekolah yang sangat s**l bagi Hana. Ia kesiangan dan berbaris terpisah dari siswa lain. Memang bukan hal pertama bagi Hana yang disetujui karena kesiangan. Tapi tetap saja, ini hari pertama sekolah, loh. Hari pertama dan hanya dia yang terlambat! Ah, ralat. Dua orang, dengan siswa berbadan mungil yang sejak tadi tidak henti-hentinya mendumel. "Gara-gara si Menara Namsan ini, gue ditinggal. Ngeselin." Hana mendesis sebal sambil memilin rok-nya. Tanpa Hana sadari anggota Osis yang berdiri di sisinya mendengar, sampai ia mendelik menatap Hana. Upacara pembukaan Masa Orientasi pun selesai. Semua siswa sudah dibubarkan, kecuali Hana dan satu siswa di sisi kanannya. "Siapa nama kamu?" tanya Kakak kelas berbadan sedikit berisi seraya menatap terkonfirmasi. "Hana. Hanata." Hana membalas malas. "Kamu?" "Odi. Panggil aja Odi biar lebih lucu. Ponakan kesayannya Pak Samuel. Tahu, kan, Pak Samuel? Guru olahraga yang ---" "Ya, tahu. Aku cuma nanya nama kamu, bukan nyuruh kamu baca baca!" "Etdah. Dikira gue Albert Einsten kali, ya, baca puisi?" Hana hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Odi. Badan kecil, bacotnya gede, heran Hana dalam hati. Dan Hana sendiri tidak ngaca. Padahal dia tidak jauh berbeda dengan Odi. "Oke. Saya Regan yang meminta mendisiplinkan kalian. Karena ini hari pertama MOS, kalian boleh masuk kelas. Tapi kalau sampai berangkat telat lagi, saya tidak akan terima kasih. Juga, di jam istirahat nanti, temui saya di paling ujung belakang perpustakaan. Mengerti? " Hana hanya mengangguk singkat mendengar penuturan Regan yang sangat tegas tersebut. Begitu pun dengan Odi. Mau apaan istirahat nyamperin dia? Ujung-ujungnya ya tetap bulat, kan? "Cepat masuk kelas!" *** Hana sampai di depan sebuah ruangan yang katanya, adalah kelasnya. Sebelum masuk, Hana berdo'a dulu tidak sekelas dengan koleksi-koleksi mengesalkan yang pernah ada di luar waktu SMP. Setelah selesai membaca do'a, Hana masuk, selangkah ... dan sudah mulai heboh anak Paud berbadan bongsor. "Hana! Yuhuuu ~ duduk di sini, Na! Kita sekelas lagi!" Hana menepuk jidat seketika. Mimpi buruk, sekelas sama Dean. Siap-siap saja telinganya b***k. "Bantet! Sini lo!" panggil satu manusia lagi, membuat Hana mendelik. "Gak. Gak mau. Gue mau pindah sekolah aja dah." Hana keluar ngeloyor keluar, tetapi mendadak meringis karena tiba-tiba jidatnya menabrak sesuatu yang keras. Tadinya, mulut rombeng Hana mau ngegas, tapi tidak jadi karena ia mendongak, wajah yang tak asing bagi Hana menyapa. Astaga, cogan! Batin Hana sudah teriak-teriak girang, jantungnya berdisko, dangdutan, koplo. Kelemahan Hana memang cogan. Tapi cogan yang ini beda. Dia sudah menjungkir-balikkan perasaan Hana sejak dua hari lalu. Karena dia, Hana jadi sering bengong b**o sampai membuat mamanya meminta tukang ruqyah, takut kesurupan Jin Iprit katanya. "Lo --- ah, maksudnya kamu ..." "Mau ke mana?" tanya siswa tinggi yang saking tinggi, Hana mengerjap. Berusaha menetralkan tampang cengonya. Cepat-cepat Hana mengintip nametag di almamater siswa tersebut. Juno Abayomi. Oke, nama yang keren. Sekeren orangnya. "Eh, itu ... nggak. Tadinya mau ke toilet tapi gak jadi." Hana meringis, mengintip kembali ke dalam kelas, di mana Dekan, Tarif, dan Esasudah menunggu dengan muka-muka menyebalkan mereka. "O ya, omong-omong, kamu ---" Belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Juno berjalan masuk. Meninggalkan Hana yang bergeming bodoh. Kedua sudut bibir yang tadinya terangkat, jadi turun perlahan. Menyebalkan. "Manusia apa es serut?" cibir Hana. "Manis tapi dingin. Sepeda." Lantas Hana buru-buru masuk kelas saat suara Juno di dalam menginterupsi dengan sangat tidak lembut. Sabar, sabar ... cogan seperti Juno harus sabar. Tidak apa, bertemu lagi lagi sudah siap untuk Hana. Mukjizat Tuhan setelah ia ditimpa musibah sekelas dengan teman-teman tukang bacotnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD