Episode 5

1225 Words
Hari ini untuk pertama kalinya Hana bangun sangat pagi. Alasannya? Karena tidak sabar pengin berangkat sekolah bareng Kak Junho. Kan, lumayan bisa sambil mepet-mepet, pikirnya ganjen. "Selamat pagi, Mama!" sapa Hana riang ke wanita paling cantik di dunia versi dirinya sendiri. "Tumben pagi banget?" Nina menatap heran. "Hehe gak apa-apa." Hana duduk di kursi meja makan, meraih piring berisi nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. "Kamu sekarang udah SMA, jangan males-malesan lagi. Mama bersyukur hari ini kamu bangun pagi. Kalau bisa setiap hari." Hana hanya nyengir lebar menanggapi ucapannya mamanya, kemudian lanjut makan dengan lahap. Karena, menghadapi sikap dingin Junho membutuhkan banyak tenaga. "Tumbenan pagi?" Yunho baru turun dan menatap Hana heran. Memang tak biasanya. "Tumbenan lo wangi?" balas Hana tanpa menoleh ke Yunho. "Yeh, nanya balik nanya!" gerutu Yunho seraya melahap sarapannya. "Udah, makan cepetan. Kebiasaan kalian berisik. Mau dihukum sama Ayah?" Hana hanya mengangkat bahu acuh dan meraih tas ranselnya. Sementara Yunho menatap aneh setiap gerak-gerik Hana, kemudian menatap mamanya saat Hana pamit pada wanita itu. "Gak bareng?" panggilnya. "Nggak! Lagian lo suka ninggalin gue!" balas Hana seraya lalu, tanpa berbalik atau menoleh menatap Yunho yang bicara padanya. "Ayah, Hana berangkat!" teriak Hana selanjutnya karena Sang Ayah masih berada di belakang bersama burung-burung kesayangannya. *** Kaki-kaki kecil Hana melangkah pasti. Berjalan riang dan sesekali bersenandung lagu cinta. Ya begitulah kiranya orang yang lagi bucin. Sampai di depan rumah Junho, Hana teriak, "KAK JUNHO!" teriaknya. Padahal sudah pasti tidak akan terdengar. Rumah Junho besar, memanggil dari gerbang sama saja bohong. Hana terus teriak-teriak seraya mondar-mandir di depan gerbang. Mau masuk tapi masih dikunci gerbangnya. Ya sudah, Hana selonjoran layaknya gembel cantik di depan gerbang tersebut akhirnya. Cukup lama, dan Junho tidak kunjung keluar. Kini, mentari sudah terlihat semakin naik. Memeriksa jam tangan, dan ternyata sudah hampir jam setengah tujuh. Hana mendesah kecewa, baru saja mau berdiri, gerbang tiba-tiba terbuka. "Kak Junho!" pekiknya girang. Dan Junho? Wajah beningnya hanya menampilkan reaksi heran seolah bertanya ---ngapain ini bocah pagi-pagi udah nongol depan rumah? "Ngapain di sini?" tanya Junho, mengkerutkan alis bingung. "Mau berangkat bareng." Hana cengengesan centil. "Saya berangkat bareng teman saya. Jadi kamu bisa pergi duluan." "Gak apa-apa. Sekalian aja---" "Ayok!" Seseorang tiba-tiba datang dengan motor maticnya. Ha? Gimana? Hana lagi-lagi cengo. Itu Kak Yohan seingat Hana. Si kakak kelas yang recehnya kelewatan. Naik motor? Mereka naik motor terus Hana? Junho berjalan melewati Hana dan naik ke atas motor Yohan. Dengan gerakan dramatis Hana membalikkan badan. "Kak---" "Dek, kita duluan, ya!" ujar Yohan tersenyum ---entah manis atau pecicilan, sedangkan Junho hanya menatap lurus. "WOY! s****n! GUA NUNGGUIN DARI TADI TERUS DITINGGAL?" teriaknya setelah motor Yohan melaju kencang membawa Pangeran Junho-nya. Sial s**l s**l! *** "Han, entar lo bareng Chaewon yang lapor ke Pak Seungwoo buat acara hari Sabtu." Junho turun dari motor Yohan dan berjalan beriringan dengan siswa yang terkenal flamboyan itu. "Gue? Kenapa gak lo aja?" "Terus lo mau berhadapan sama Pak Daeyol?" balas Junho, dan Yohan bergidik ngeri. "Nggak, anjir. Ya udah, mending Pak Seungwoo. Pak Daeyol suka makan tumbal, serem gua." "Makanya." Junho menghela napas. "O ya, dekel yang tadi kenapa tau rumah lo?" Yohan menepuk bahu Junho seraya tersenyum menyebalkan, membuat Junho ingin menjitak laki-laki yang sebenarnya berumur lebih tua darinya itu. "Dia tetangga gue." "Seriously? Bisa gitu, ya? Cewek yang suka sama lo ternyata tetangga baru lo. Jodoh kali, ya," goda Yohan, dan Junho semakin jengkel. "Bodo amat. Gue bukan lo yang ada cewek bening dikit langsung embat." Yohan ngakak kencang. "Yaelah, mumpung masih muda, masih laku, Jun. Entar kalau udah tua kan gak bisa." Yohan membela diri. Dan Junho sama sekali tidak peduli. "Minta jadwal acara sana ke Chaewon!" desis Junho, menyimpan tasnya saat mereka memasuki sekre. "Jangan digodain kalau gak mau adu tinju lagi sama Felix!" peringatnya kemudian. Yohan lagi-lagi ngakak. "Elah, si Felix aja baperan. Ngejar Chaewon udah tau Chaewon lengket sama Yunseong." "Heh!" tegur Junho. "Sori, fakta." Yohan nyengir. *** Hana baru saja turun dari angkot kemudian lari-larian dari depan menuju gerbang. Dua menit lagi bel, bahaya. "Dek, bajunya ke dalemin!" tegur salah satu panitia perempuan ketika Hana tiba di depan gerbang. Oh, Kak Naeun. Si cantik tapi judes. "I-iya, Kak." Hana segera memasukkan seragamnya yang memang sedikit berantakan. Setelahnya ia berjalan memasuki gerbang, dan hampir terjungkal saat seseorang menabraknya dari belakang. "Aduh, woy!" Hana meringis. Menengok ke belakang dan menemukan Kim Minseo yang meringis. "Liati-liat, dong, b**o!" desah Hana kesal. "Hehe, sori. Gue telat." Minseo nyengir polos. "Ya, gue juga sama kali," Hana berdesis, kemudian melangkah meninggalkan Minseo yang misuh-misuh di belakang. "Maafin, dong. Jangan marah, Na." Minseo mensejajarkan langkah dengannya. "Iya. Asal jangan sekali-kali lagi. Karena gue orangnya emosian gitu," balas Hana tersenyum tetapi mata melotot kesal. Lantas Minseo lagi-lagi cuma nyengir polos. Membuat Hana heran kenapa tidak bisa membentak manusia satu itu. Hana sampai di kelasnya yang sudah didatangi beberapa senior dengan wajah tidak menyenangkan. "Cepat cepat cepat! Apel sebentar lagi mulai!" teriak mereka. Salah duanya adalah Changwook dan Yeonhee yang menjadi panitia tetap di ruangan Hana. Hana masuk, menyimpan tas dan menemukan Dongyun yang juga baru masuk ruangan. "Kenapa nomor lu gak aktif, Na?" gerutu Dongyun. "Aktif, kok." Hana merogoh sakunya, tapi..., "Weh, hape gue mana?" ocehnya heboh. Hana yang sudah berjalan ke depan kelas buru-buru balik lagi, tapi keburu Kak Yeonhee menghadang. "Ngapain lagi? Cepet ke lapangan!" ucapnya galak seperti biasa. "Tapi, Kak. Bentar. Hape saya---" "Tidak ada tapi-tapian. Ayok, ke lapang! Hape yang ketauan dimainin, akan panitia sita!" "Bukan, Kak. Maksudnya--- Dongyun, bantuin jelasin napa, sih?" Hana menyenggol lengan Dongyun. "Apaan?" Hadeuh. Lemot. Bodo amat, lah. Hana berjalan kesal menuju lapangan dengan hati masih cemas dengan di manakah keberadaan ponselnya saat ini. Apel yang hanya berjalan kurang dari sepuluh menit jadi terasa lama karena cemas. Dan setelah bubar, Hana orang pertama yang berlari ke kelas. "Hape gue mana, sih, anjir?" gerutunya, mengobrak-abrik tasnya dan tetap nihil. Ponselnya tidak ada. "Ponsel lo beneran ilang?" tanya Dongyun sesaat setelah masuk. Hana mengangguk seraya masih mencari-cari. Dan setelah semua ia buka, Hana duduk seraya menatap ke depan dengan nanar. "Hape gue, hidup gue, nyawa gue, kesayangan gue...," Hana bergumam sedih seraya mempoutkan bibir. "Yaelah, bocah. Beli lagi aja kenapa, sih?" Hana seketika menoleh kesal ke Dongyun. "Iya, kalau itu kejadian ke lo lo tinggal beli lagi karena lo sultan. Lah gue!?" Hana ngegas. "Tau ga, sih, gue bahkan puasa jajan selama sebulan demi hape tercinta itu." Hana meratap sedih, tapi jadi menyebalkan karena terkesan berlebihan. "Yaelah, gue beliin! Udah jangan nangis. Cengeng banget, sih, jelek tau gak?" "Bener?" Hana menoleh dengan kedua binar terang di matanya. "Iya, tapi hape jadul. Mau?" Dongyun tersenyum manis. "Bangke, Dongyun!" ketusnya kesal kemudian, dan Dongyun ngakak. *** Junho berjalan keliling kelas, mengontrol anak buahnya yang tengah mengajar di kelas. Sampai ketika dia tiba di ruang 4, Naeun keluar dan menemuinya. "Ada masalah?" tanya Junho. "Hape anak baru. Kayaknya jatoh di depan tadi," kata Naeun, menyerahkan ponsel keluaran terbaru pada Junho. Junho menerima benda pipih itu dan melihatnya secara teliti. Kemudian menghidupkannya dan seketika senyumnya tiba-tiba terbit. Naeun yang melihatnya sampai mengkerutkan alis. Tidak biasanya Junho tersenyum seperti itu. "Kenal?" tanya Naeun pada Junho. "Nggak, sih. Nanti biar diserahin ke humas," balas Junho kemudian pamit undur diri dari Naeun. Lalu, tersenyum lagi. Iyalah, senyum. Orang Junho geli dengan pose foto wallpaper Hana yang ekspresif: memeletkan lidah dengan dua bola mata yang berbeda arah pandang layaknya i***t. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD