2. Kesalahan Kedua 2

2319 Words
Kamu itu dari mana saja tadi malam”. Omel sang kakak dengan menjewer telinga adik kesayangannya itu sampai Alena merintih kesakitan. “Mas hentikan, sakitt taukkkk!” kata Alena sambil menepis tangan Angga yang masih menempel di telinga kanannya, yang keliatan memerah akibat jeweran sang kakak. “ Makanya ada orang nanya itu dijawab!” omel Angga padanya. “Akutuh dari mall, abis itu mampir ke kostan Vania, terus dianter pulang deh, salahnya sendiri aku pulang Mas Angga sudah tidur, kan aku tidak jadi laporan !” jelas Alena kesal. “Vania itu teman kantormu apa gimana? selama ini kamu enggak pernah cerita tentang dia?” sahut Angga sambil menenggak abis segelas jus jeruk buatan Alena. “Iya dia teman kantorku Mas, teman satu meja juga!” jawab Alena datar. “Oke, kapan-kapan kenalin sama Mas!” Sahut Angga dan Alena menganggukkan kepalanya. “Ohh ya, Mas, aku mau ngomongin sesuatu !” kata Alena dengan nada serius. “Apa’an? Ngomong saja!” sahut Angga sembari menikmati sarapan yang dimasakin oleh Alena. “Mas, boleh enggak aku pindah ke kostannya Vania? maksudku biar kerjaku lebih deket gitu, kalau dari sana, berangkat ke kantor tinggal jalan kaki bentar aja sudah sampai, tapi kalau aku pulang kesini jaraknya lumayan jauh Mas, harus naik bis dulu, capek karena lama diperjalanan, belum lagi kalau jalanannya macet,” jelas Alena dengan wajah memelas, dia khawatir kalau angga tiba-tiba melarangnya. “Hemmm, aku harus tau dulu Vania itu orangnya seperti apa, dan aku juga harus tau lingkungan sekitar kostannya bagaimana, baru setelah itu aku putusin kamu boleh pindah kesana apa enggak!” jelas Angga sambil melanjutkan mengunyah makanannya. “Astaga, sudah kayak surveyor lapangan aja kamu ini Mas, heran punya saudara begini amat ya!” sahut Alena dengan kesal. “Ya sudah nanti dibahas lagi, Mas mau berangkat dulu sudah siang, kamu berangkatnya hati-hati ya nanti!“ kata Angga yang sudah selesai dengan sarapannya dan berdiri meninggalkan Alena yang masih sibuk menghabiskan makanannya, mereka memang tidak pernah berangkat bersama karena Angga masuk ke kantor lebih pagi dari Alena, jadi Angga selalu berangkat duluan. “Bekalmu jangan lupa Mas, hati-hati dijalan ya!” teriak Alena mengingatkan sang kakak, sementara Angga sudah melajukan sepeda motornya meninggalkan rumah tersebut. Setiap pagi begitulah kegiatan mereka, tampak tak akur dari luar padahal sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain. Jarak rumah dan kantor Alena memang lumayan jauh, dia selalu menggunakan bis umum, transportasi kesayangannya yang murah meriah , Angga sudah berkali-kali menyuruh dia naik ojek online namun Alena selalu menolak dan mengatakan biayanya akan lebih mahal nanti, walaupun di dalam bis sering berdesak desakan, senggol kanan senggol kiri, namun Alena menganggap itu sebuah sensasi tersendiri yang dia nikmati setiap harinya. Hari ini kantor masih sangat sepi, para karyawan kantor yang datang hanya beberapa orang saja, Alena melangkahkan kakinya melewati koridor kantor yang masih sangat sepi dari lalu lalang para karyawan, dan menuju lift untuk naik ke lantai enam, setelah sampai di ruangan Alena melihat seorang laki-laki tengah membelakanginya, dia sibuk mengaduk aduk map yang berisi aplikasi konsumen di meja Vania. “Maaf mau mencari aplikasi atas nama siapa? mungkin bisa saya bantu?” tegur Alena pada laki-laki itu. “Udah ketemu kok,“ jawab dia dengan posisi tetap membelakangi Alena. “Ohh ya sudah,“ jawab Alena sambil meletakkan tasnya di atas meja kemudian duduk di kursinya. Alangkah terkejutnya Alena saat laki-laki itu membalikkan badannya dan dia adalah orang yang selama ini membuat dia penasaran, dia adalah Alvin, baru kali ini Alena melihat Alvin dari jarak yang sangat dekat, memang dia laki-laki yang tampan batinnya, begitu pula dengan Alvin baru pertama kali ini dia melihat Alena dari jarak dekat, sungguh cantik sekali gadis ini batinnya. “Ehh kamu anak baru itu ya? yang sekarang lagi jadi bahan pembicaraan marketing-marketing di divisiku? baru kali ini aku bisa liat kamu sedekat ini, “ kata Alvin menatap Alena dengan tatapan tajam. “Maksudnya aku? mungkin kamu salah orang,“ kata Alena dengan cueknya sambil tetap melanjutkan pekerjaannya merapikan beberapa berkas yang ada di atas mejanya. “Salam kenal ya, namaku Alvin, namamu siapa?” tanya Alvin sambil mengulurkan tangan kanannya. “Aku Alena “. Sahut alena singkat sambil membalas uluran tangan Alvin. “Oke Alena, semoga kita bisa berteman dengan baik.” Kata Alvin dengan tersenyum. Alena mengangguk dan menyambut senyuman Alvin, setelah itu Alvin berlalu menuju ke ruangannya. Seperti biasa jam istirahat telah tiba, para karyawan pergi berhamburan dari tempat duduknya masing-masing untuk mengistirahtkan pikiran mereka sejenak dari rutinitas pekerjaan yang mereka jalani dari pagi. Beberapa karyawan pergi ke kantin perusahaan dan adapula yang cuma menikmati bekal mereka yang dibawa dari rumah, kebetulan pagi ini Alena tidak membawa bekal dari rumah dan dia menyuruh OB kantor untuk membelikan nasi padang yang letaknya tidak jauh dari kantor, sedangkan Vania hanya ikut-ikutan memesan seperti apa yang dipesan oleh sahabatnya itu. Mereka menikmati sebungkus masakan padang di pantry sambil bercerita tentang keluarga dan masa kecilnya masing-masing. Disaat lagi asik-asiknya mengobrol, mereka dikejutkan oleh kedatangan Alvin, laki-laki itu tiba-tiba masuk dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Alena, dengan tangannya memegang sebotol air mineral. Alena terkejut ketika posisi duduk Alvin terlihat sengaja mendekat dengan kursi Alena, dan dengan perlahan dia menggeser tempat duduknya lebih dekat dengan Vania. “Kenapa kamu kok segitu takutnya sih sama aku? Aku enggak gigit kok, udah jinak.” Kata Alvin sambil tersenyum kearahnya. “Ehh enggak kok, Vin!” Kata Alena sambil tetap melahap nasi padang kesukaannya. “Vin, kamu jauh-jauh deh dari Al, dia takut tuh sama kamu!” kata Vania berusaha melindungi Alena. “Emang aku ini hantu? Aku manusia juga seperti kalian, kenapa mesti takut? “ jawab Alvin kemudian. “Ahh sudahlah susah ngomong sama kamu!” gerutu Vania pada Alvin. “Ya sudah lanjutin makannya aku mau pergi saja!” kata Alvin sambil berlalu dari pantry. “Amit-amit cakep tapi menyebalkan banget, aku sih ogah ya kalau punya cowok seperti itu!” gumam Vania pelan kemudian disusul gelak tawa dari Alena. Pulang kerja seperti biasanya Alena mampir dulu ke kostan Vania, kostan Vania adalah rumah kedua baginya, dia merasa nyaman main di sana. Saking kerasannya dia tidak akan pulang kalau Hpnya tidak berbunyi beberapa kali, sapa lagi kalau bukan sang kakak yang selalu usil dan cerewet menyuruhnya pulang seperti juga hari ini, Angga berkali-kali menelponnya tapi Alena merasa malas untuk mengangkatnya. “Kenapa telepon itu enggak kamu angkat, emang dari siapa?” tanya Vania padanya. “Tuh liat sendiri dari siapa, aku males debat hari ini Van, pasti tuh mas Angga nanya aku dimana, dengan siapa dan pulang jam berapa?” kata Alena sambil menunjukkan layar Hpnya ke arah Vania. “Nahh..jarang – jarang loh ada kakak yang perhatian seperti itu, aku aja iri sama kamu!” kata Vania sambil melihat layar Hp Alena. “Tapi masku itu masih anggap aku ini seperti anak kecil, keterlaluan banget sih, udah seperti satpam kompleks saja!” sinis Alena. “Ha ... Ha ... Ha .... Kamu tuh kalau sudah cerita tentang mas Angga aku jadi pengen ngakak loh!” tawa Vania sudah tidak bisa di bendung lagi, sedangkan Alena cuma menanggapi dengan sinis kelakuan sahabatnya itu. “Aku ingin secepatnya pindah kesini deh biar ada temennya, dan gak jauh juga kalau berangkat dan pulang kerja!” kata Alena. “Makanya buruan tuh bujuk masmu biar secepatnya diijinkan pindah sini!” sahut Alena. “Iya secepatnya, sekarang aku tak pulang dulu, ketimbang sampai rumah dia ngomel-ngomel!” kata Alena sambil membereskan semua barang-barangnya. ****** Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi, suasana kantor sudah ramai tidak seperti biasanya , mungkin karena ini adalah akhir bulan jadi para karyawan sengaja berangkat pagi untuk mempersiapkan laporan akhir bulan, dan seperti biasa setiap akhir bulan memang para marketing selalu memenuhi kantor untuk mengecek aplikasi mereka masing-masing agar dapat memenuhi target perusahaan, begitu juga dengan Alvin, hari ini dia berangkat sangat pagi sekali dan sudah ribet dengan Hpnya yang tidak berhenti berdering dari pagi tadi. Berkali kali dia wara wiri mengecek aplikasi di bagian admin dan Alena tampak mencuri-curi pandang gerak gerik Alvin dari tadi, entah apa yang ada dipikirannya, yang jelas setelah dia menatap Alvin senyum sinis tampak tersungging di bibirnya. “Hayooo, dari tadi aku lihat kamu enggak konsen sama kerjaanmu, lagi liatin siapa sih? mas OB atau si Alvin?Ha ... Ha ... Ha....” goda Vania sambil menepuk pundak sahabatnya itu. “Apa’an sih, orang dari tadi aku itu males banget lihat dia tuh, wara wiri terus di depanku!” sahut Alena dengan kembali mengalihkan pandangannya ke arah pojok meja, lalu menunjuk Alvin dengan dagunya. “Males, apa males? awas naksir loh tar,” goda Vania dengan ikut mengalihkan pandangannya ke arah Alvin. “Mulai deh, heran senang banget godain orang!” sewot Alena pada Vania, sedangkan sahabatnya itu cuma tertawa puas melihat ekspresi kesal Vania. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 waktunya untuk istirahat siang, tapi kali ini Alena tampak ogah-ogahan untuk beranjak dari kursi kebesarannya, sedangkan dari tadi Vania sudah merengek-rengek mengajak dia untuk makan siang. Akhirnya setelah gagal membujuk Alena, dia pun pergi ke kantin sendiri karena cacing diperutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Beberapa menit setelah Vania pergi, ruangan kantor menjadi sangat sepi, tinggal Alena satu-satunya orang yang masih betah duduk di depan layar monitor komputernya dengan setumpuk map aplikasi didepannya. “Al, nih ada makanan siapa tau kamu lapar!” kata seorang laki-laki yang suaranya sangat familiar ditelinga Alena, dan dia pun mendongakkan kepalanya melihat suara siapa didepannya. Dia melihat lak-laki itu membawa satu bungkus plastik yang berisi nasi padang kesukaannya, seketika Alena pun menelan ludahnya. “Alvin? Ohh tidak perlu repot-repot Vin, aku sudah nitip Vania makan siang tadi!” kata Alena dengan tersenyum manis. “Tidak repot kok, lagian ini makanan kesukaanmu kan? Nasi padang warung sebelah kantor, aku lihat kamu sering banget nyuruh OB kantor buat beli ini, iya kan?” kata Alvin panjang lebar. “Ya sudah kalau kamu memaksa aku terima, makasih banyak ya Vin!” “Sama-sama, oh ya boleh aku minta nomer w******p kamu, biar nanti kalau ada urusan mendadak tentang kerjaan, aku bisa minta tolong sama kamu!” “Oke, masukin nomermu disini, nanti aku save!” kata Alena dengan menyodorkan HPnya ke Alvin. Alvin menerima HP Alena dan memencet – mencet tombol benda pipih itu, “Sudah ya Al, aku udah save nomermu juga, makasih banyak!” sahut Alvin dengan mengembalikan HPnya ke Alena. “Oke sama-sama.” “Jangan lupa makan nasi padangnya!” kata Alvin dengan senyuman yang tersungging di kedua sudut bibirnya. Alena cuma mengangguk dan membalas senyuman Alvin padanya, beberapa saat setelah Alvin pergi dia pun pergi ke pantry untuk memakan nasi padang pemberian Alvin. “Ohh ternyata kamu disini, aku nyari kamu sampai muter-muter, pantesan tidak mau dibawain makanan ternyata kamu udah nyuruh OB buat beli nasi padang ya?” cerocos Vania padanya. “Ini tuh dikasih sama Alvin, aku terima saja, orang aku suka nasi padang!” “Dasar kamu, sama orangnya sebel tapi sama nasi padangnya mau saja, awas loh ada jampi-jampinya tuh makanan bisa bahaya ntar.” “Apa’an sih? bercanda aja kamu ini!!” “Yee, sapa yang bercanda juga, aku itu serius!” “Tadi itu sebenarnya dia kasih ini ada maunya!” “Tuh kan bener, emang dia tukar apa ke kamu?” tanya Vania. “Minta nomer w******p aku!” kata Alena sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. “Hati-hati takutnya ada udang di balik rempeyek!” goda Vania sambil cekikikan. “Enak itu kalau dimakan sama nasi panas, Ha ... Ha ... Ha ....!” sahut Alena tertawa lepas. “Tauk ahh, aku cuma mau ingetin kamu aja, sebagai seorang sahabat yang baik!” sewot Vania “Iya, makasih banget ya Van, aku bisa jaga diri baik-baik kok!” kata Alena sambil tersenyum ke arah sahabatnya itu. Jam pulang kerja, Alena berkali-kali mendengar bunyi pesan masuk dari aplikasi w******p di Hpnya, dia meraih benda pipih itu dan melihat ada pesan dari siapa, senyum sinis tersungging dari kedua sudut bibirnya, dia segera membalas pesan itu dan mengembalikan HP ke saku celananya. Vania yang melihat kelakuan sahabatnya pun jadi penasaran, dan mencoba bertanya padanya. “Chat dari siapa? Mas Angga yah?” “Emm, in... ini dari temanku.” Jawabnya Alena dengan gelagapan “ohh, kirain!” “Van, hari ini aku enggak jadi mampir ke kostan kamu ya, aku ada keperluan mendadak sama temanku.” “Ehh iya santai aja Al, selesaikan dulu urusan kamu, hati-hati di jalan yah!” Alena menjawab kata-kata Vania dengan anggukan kepalanya. Dia bangun dari kursi kerjanya dan bergegas membereskan barang-barangnya kemudian buru-buru keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian dia sampai di parkiran mobil, dia mengambil benda pipih di saku celananya dan mengirimkan pesan kepada seseorang, tak beberapa lama setelah mendapatakan balasan dia pun menuju ke mobil berwarna putih yang parkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Tok ... Tok ...Tok ....!” Alena mengetuk kaca mobil dan tampak seorang cowok membuka kaca mobilnya. “Kamu udah lama nunggu?” kata Alena bertanya pada cowok yang duduk didalam mobil itu. “Enggak lama kok, kamu masuk mobil dulu biar enggak ada yang lihat kita!” kata cowok itu sambil membukakan pintu mobil dari arah dalam. Alena diam beberapa saat di posisinya berdiri, dia nampak ragu-ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobiil itu. “Kenapa enggak mau masuk? kamu takut sama aku? Kamu tenang saja aku cowok baik-baik kok, aku enggak akan macam-macam sama kamu, ayo buruan masuk, keburu ada orang yang lihat, jadi enggak enak ntar!” setelah mendengar penjelasan cowok itu Alena pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi depan bersebelahan dengan dia. “Kamu ada perlu apa sama aku? kenapa pakai sembunyi-sembunyi kayak gini?” Kata Alena penasaran. “Emm, aku cuma...cuma ingin mengajak kamu jalan-jalan saja, biar kita bisa saling mengenal satu sama lain, kamu enggak keberatan kan?” kata cowok itu sambil menatap wajah Alena lekat-lekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD