“Kamu di mana?” ucap Laras saat Robi mengangkat teleponnya. “Mau apa?” sahut Robi datar. “Kita pacaran, kan? Kenapa kamu nggak pernah jenguk aku?” suara Laras terdengar seperti menahan tangis. Robi menghela napas pelan. “Aku sibuk, Ras.” “Sibuk ngapain? Jangan-jangan kamu sering hubungin Kayla!” nada Laras meninggi, cemburu dan curiga. “Nggak, Ras. Nggak.” “Ke sini.” “Aku capek.” “Ke sini, atau aku bikin Kayla menderita!” Robi menghembuskan napas keras, menahan emosi. “Kenapa kamu kayak gini, Ras?!” teriaknya. "Kenapa nggak mau?" “Oke. Aku ke sana,” ucap Robi akhirnya, dengan nada kesal namun pasrah. Malam itu, Robi berangkat ke rumah Laras. Udara Jakarta terasa panas. Ia menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya melangkah masuk. Bu Wulan menyambutnya dengan ramah, seolah

