“Apa yang terjadi,kayla?” tanya Bu Sofia dengan suara lembut. Kayla menangis tersedu-sedu. “Aku mau pulang, Bu…” suaranya pecah di tengah isak. Bu Sofia segera melepas jas kerjanya dan menyelimutinya. Baju Kayla robek di beberapa bagian, tubuhnya gemetar. Wajahnya tampak pucat dan kosong seperti kehilangan jiwa. Tak lama kemudian, Willi — pemilik hotel — datang dengan wajah tegang. “Bisa jelaskan, Kayla?” tanyanya hati-hati. Kayla terdiam lama, menelan ludah, lalu berusaha bicara di sela tangisnya. “Tadi saya cuma antar makanan, Pak... Dia pesan supaya diantar satu jam lagi, biar pas istrinya datang, katanya biar makanannya masih hangat. Terus… pas saya antar ke sana, tiba-tiba pintu dikunci, dan dia…” Kalimat itu terhenti di tenggorokannya. Suaranya pecah. Ia tak sanggup melanjutkan

