Dengan masih memandang layar laptopnya, Mika terus memikirkan ucapan Gafta siang tadi saat lelaki itu memberitahukan keadaan Miko dahulu. Ia terus diam tanpa bergeming sedikit pun, jujur saja mendengar cerita dari Gafta membuat hati Mika sakit. Bukan karena apa, melainkan dia seolah tidak berguna untuk Miko. Sampai saat ini wajar saja lelaki itu tidak mengenalinya. “Kamu belum tidur Mik?” suara pintu yang dibuka bersamaan dengan pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya membuat Mika mengalihkan pandangannya dari layar laptop tersebut. “Belum Mah,” jawab Mika dengan gelengan kepala membuat Hilda tersenyum murung. Karena mendapati anaknya yang sepertinya sedang dipenuhi banyak pikiran. Hilda menghampiri putrinya, wanita itu mengusap puncak kepala Mika. “Mik, Mama izinin kamu buat kembali

