Miko memasuki kelas seperti biasanya. Dia hanya bisa terlihat tertawa bersama dengan Danila saja sepertinya, Mika menatap Miko sejak saat cowok itu tengah bersenda gurau dengan gadis yang menjadi pacarnya saat ini. Rasanya begitu menyesakkan namun dia tidak punya hak untuk meluapkannya. Dia terus mengingat apa tujuannya untuk Kembali menemui Miko.
"Gue balik ke tempat gue ya Mik, udah ada Miko juga kan?" Elma berdiri dari duduknya lalu berpamitan.
"Iya, makasih ya Elma udah nemenin." Elma pun mengangguk untuk membalas ucapan dari Mika.
Kini Miko duduk di sampingnya dengan diam, tanpa sapaan atau apa pun. Mika menghela nafasnya. Mulutnya gatal sekali ingin mengajak cowok itu berbicara, namun dia harus berpikir berkali-kali sebelum ia mendapat jawaban yang sinis.
Mika hanya melirik Miko sekilas selalu seperti itu, dia takut untuk dicuekin. Sebenarnya, Miko juga melirik ke arah Mika. Dia penasaran kenapa cewek itu seperti ingin bertanya sesuatu namun seperti di urungkan. Tapi mana mungkin dia bertanya terlebih dulu?
"PAGI KU CERAH KU MATAHARI BERSINAR KU GENDONG TAS MERAH KU DI PUNDAK!" Mendadak kelas terasa ramai karena suara dari Farzan yang bar-bar tengah bernyanyi.
"Dih apaan sih najis, g****k. Sok imut lo Tarzan." Gafta langsung berjalan sedikit menjauh dari Farzan. Secara tidak langsung dia malu untuk berjalan dengan temannya yang kelewat aneh itu.
"Apaan lo! Kurang ajar emang jadi temen. Gue tuh lagi bahagia apresiasi sedikit kek gitu, ikutan nyanyi sama gue bukannya malah nistain gue kayak tadi!" Farzan mengomeli Gafta yang berjalan sekitar 2 meter darinya.
"Ogah lah, nyanyi sama lo kek orang gila gue." Gafta menjawab.
"Bersisik lo berdua!" Nino anak berkacamata yang hobi sekali merenung untuk membaca buku-buku itu akhirnya bersuara.
"Lah?! Si kentang udah dateng Gaf ternyata. Haha!" Farzan tertawa.
"Kentang kentang aja lo manggil nama orang! Kepala lo tuh kek kentang." Gafta langsung duduk di bangkunya.
"AAA TATA JANGAN MARAH!"
"Dih najis g****k!"
"Mereka emang kayak gitu ya?" tanya Mika memberanikan dirinya. Dia harus mencari topik supaya Miko tidak terus diam seperti ini. Dia juga memerlukan fakta-fakta tentang Miko yang baru.
Maka dari itu dia tidak boleh terus-terusan diam.
"Iya," jawab Miko cuek.
"Tadi itu pacar kamu ya?" tanya Mika lagi.
"Hmm." Miko masih asik dengan hapenya.
"Namanya Danila?" entah kepana pertanyaan yang Mika lontarkan barusan justru membuat kedua orang itu semakin berdiam, apakah mungkin dia salah pertanyaan?
"Hmm."
"Kelas berapa sih?" Mika berharap semoga kali ini Miko menjawab panjang, agar ada topik antar keduanya.
Mendengar pertanyaan barusan Miko langsung menghentikan kegiatannya, dia memiringkan tubuhnya untuk menatap Mika.
"Pertanyaan lo nggak penting dan nggak perlu gue jawab." Setelah mengucapkan kalimat barusan Miko langsung kembali pada aktivitasnya.
Gafta yang mendengar Miko sedikit marah-marah langsung memutar duduknya menjadi menatap Mika dan Miko. Terlihat Mika yang tengah menunduk dengan raut wajah sedih sedangkan Miko yang terlihat cuek dan masa bodo.
"Udah Mik, nggak usah lo masukin hati itu ucapan si Miko. Emang dia tuh bawaan dari lahir udah jutek kayak gitu." Gafta berusaha membuat Mika tenang. Miko yang mendengar hanya mendengus sekilas.
Mika ingin mengatakan bahwa Miko tidak seperti itu dulu, dulu Miko adalah anak laki-laki yang sangat baik dan tidak pernah kasar dengannya. Namun semua itu dia urungkan sampai dia menemukan fakta tentang Miko.
"Enggak kok. Emang aku yang berisik aja dari tadi makanya, Miko jadi risih." Kata Mika.
"Ko, lo jangan galak-galak dong sama Mika. Kasihan cewek lo gituin, ntar kalau si Danila di gituin juga gimana sama orang lain?" tanya Gafta.
"Apaan sih bawa-bawa Danila."
"Hei sobat-sobat kuh, kalian jangan debat ya ini masih pagi. Nih gue tadi untung beli permen, gue kasih satu-satu lo pada." Farzan membagikan permen kacang pada ketiga orang yang terlibat debat barusan.
"Makasih ya." Mika tersenyum sembari menerima permen yang diberikan oleh Farzan.
"Sama-sama geulis," balas Farzan. "Duh cakep banget Ya Allah. Pengen gue bawa pulang." Lanjutnya.
"Plis deh Zan! Lo udah gila, jadi tambah gila gini habis kepentok apaan?!" Gafta bertanya dengan pasrah.
"Emang kenapa lagi dia?" Miko bersuara.
"Gue udah tobat berangkat bareng sama dia, lo tahu nggak Ko. Si Farzan tadi di lampu merah masa iya dia joget-joget nggak jelas sambil nyanyi keras banget lagi! Ya kalau suara bagus nggak papa lah ini orang lagi berhenti di lampu merah kayak pengen nimpukin gue! Dikira gue bawa orang gila!" Curhat Gafta.
Farzan yang mendengar menoyor kepala Gafta, "ah lebay lo stiker ondel-ondel."
"Nah tuhkan kumat lagi," Gafta sepertinya lelah dengan cowok itu. "Mau tuker tempat duduk bisa nggak sih?"
"Mau tuker sama aku?" Mika menawarkan diri.
"Heh?! Apaan lo main tuker-tuker, nggak! Lo tetep di sini!" Miko menolak usulan dari Mika.
Otomatis pandangan ketiga orang itu jadi menatap Miko aneh.
"Elo kenapa Ko? Kok mendadak ngelarang Mika mau duduk sama gue?!" tanya Farzan dengan mata memincing.
"Maksud gue, kan yang minta tuker dia. Nah otomatis yang duduk sama Mika kan Gafta terus lo duduk sama gue. Ogah gue." Jawab Miko panjang lebar.
"Ah masa iya?" Goda Farzan.
"Yang duduk sama lo nanti gue kali Ko, udah tenang aja gue anaknya nolep. Aman lo," Kata Gafta.
Mika hanya menahan senyumnya, "sekali-sekali." Jawabnya pelan.
"Nggak ada. Awas ya lo sampai pindah tempat!" Ancam Miko.
"Dih nggak rela dia Ta! HAHA!" Farzan tertawa.
"Makanya lo jangan galak-galak sama Mika, lo sih dia jadi takut sama lo." Jelas Gafta.
* * *
"Sstt! Miko." Panggil Mika setengah berbisik, dia tidak berani memanggil keras-keras karena mereka tengah KBM alias kegiatan belajar mengajar.
"Apaan," jawab cowok itu tanpa mengalihkan pandangan dari buku catatan miliknya.
"Pinjem buku catatannya dong."
"Ogah."
"Kok pelit sih, kan aku cuma pinjem bentaran aja." Kata Mika dengan kesal.
"Emang dari tadi lo ngapain sampai nggak nyatet?!" Miko bertanya dengan nada yang sedikit kesal. Pasalnya Mika selalu mengganggunya saat dia sedang konsentrasi.
"Ini ada yang kurang Miko. Pinjem ya?" Mohonnya.
"Enggak!"
"Miko." Bujuk Mika dengan memohon.
Miko menghentikan sejenak dari kegiatan menulisnya dia menatap Mika. "Enggak! Gue bilang enggak ya enggak!" Ketus Miko.
"Ishh!" Mika tanpa sadar menggerutu keras lalu di lanjutkan dengan dumelannya. ".... dasar pelit. Kan aku pinjem sebentar doang bukunya nanti juga dibalikin! Pelit emang!"
Dumelan barusan membuat seisi kelas yang tadinya hening langsung menatap ke arah dirinya. Apalagi Miko, dia menatap perempuan yang duduk di sampingnya dengan pandangan kaget.
Merasa ada yang aneh, Mika pun mendongakkan kepalanya. Ternyata semua pasang mata tengah menatapnya, karena malu Mika tersenyum kikuk lalu mengucapkan kata maaf setelah itu menutup wajahnya dengan menggunakan buku tulis miliknya sembari mengumpatinya dengan kata-kata.
"Duh! b**o banget sih." Kata Mika dengan menepuk jidatnya sendiri dengan pelan.
"Sudah ribut-ributnya?" tanya guru Matematika berkepala botak tersebut.
"Hehehe, maaf Pak." Mika meminta maaf dengan cengar-cengir.
"Lo sih dibilangin, gue pinjemin tapi nanti." Miko menggeser buku catatannya kepada Mika.
"Ngomong dari tadi dong! Jangan bilangnya enggak!" Sewotnya, dia langsung menyalin yang telah di catat oleh Miko.
Ternyata Miko masih pinter kayak dulu ya. Batin Mika.
"Emang lo ngerti gitu apa yang gue catat?" Pertanyaan Miko membuat Mika diam.
Eiyaya?! Runtuknya dalam hati.
"Makanya tanya dulu, kalau lo nggak tahu biar gue kasih tahu."
Bener sih Miko masih pinter kayak dulu, dan gue masih b**o kayak dulu juga. Runtuknya dalam hati.
"Bener ya?" Mika memastikan apa yang dikatakan Miko tadi.
"Hmm,"
"Yes! Akhirnya ada guru bimbel gratis!" Cuit Mika dengan terus menulis.
Mendengar sesuatu Miko langsung menoleh, "ngomong apa barusan?"
"Apa?" Mika pura-pura b**o.
"Tadi."
"Nggak ada. Sttt! Udah deh aku mau nyatet dulu. Jangan ganggu!" Peringat Mika.
Dalam hati, Mika merasa sangat senang. Akhirnya Miko sedikit bisa berubah jadi Lebih baik pada dirinya. Mungkin ini efek tadi dia mau sempat tukar tempat duduk dengan Gafta. Mika harus berterimakasih dengan Gafta yang sempat nyletuk tadi.
KRING! KRING!
"Karena sudah waktunya istirahat jadi saya sudah pembelajaran hari ini. Selamat siang anak-anak." Guru Matematika itu mengakhiri kegiatan pembelajaran.
"Siang Pak." Jawab murid satu kelas dengan kompak.
Jam istirahat sudah berbunyi membuat murid-murid yang tidak suka pelajaran di jam ini langsung cepat-cepat menutup bukunya dan segera pergi keluar kelas. Tapi tidak untuk Mika, justru dia terlihat dekat dengan Miko.
Cowok itu sedang menerangkan beberapa angka-angka yang membuatnya sedikit pusing.
"Eciee akhirnya udah nggak galak lagi dia Ta." Celetuk Farzan.
"Iya Zan, anjing galak sekarang jadi anjing jinak. Hahaha." Tambah Gafta dengan kurang ajarnya.
Miko malas meladeni kedua sahabatnya kalau sampai dia angkat bicara mungkin dia akan diledek habis-habisan nanti.
"Kalian berdua mau kemana?" tanya Mika mengalihkan dari fokusnya untuk Miko.
"Kantin, kenapa Mik? Mau ikut?" tanya Gafta. Sedangkan Farzan sibuk mencari duitnya yang tidak ada di kantong sragam.
"Iya, aku mau ikut." Saat Mika hendak berdiri namun tiba-tiba tangan gadis itu di cekal oleh Miko.
"Enak aja lo main kabur, lo aja belum nyelesaiin satu soal. Gak ada, kerjain dulu baru lo bisa ngantin." Ketus Miko.
"Dih elo Ko, baru aja gue puji agak baikkan eh udah berubah lagi. Lagian kenapa sih? Mika ngantin doang lagi nggak pindah ke Neptunus." Jawab Gafta.
"Ya nggak bisa, dia dari tadi udah gangguin gue masa iya gue sekarang bebasin dia gitu aja!"
"Yaudah, nggak usah!" Mika kembali duduk.
"Lo mau nitip aja nggak?" Tawar Gafta.
"Ribet lo, ntar kalau Mika mau gue bisa temenin ke kantin!" Ketusnya. ".... sekarang lo kerjain itu soalnya lagi." Ketus Miko.
Mika mendengus, "yaudah kalian duluan aja."
"Yakin?"
"Iya."
"Yaudah deh, gue sama Farzan ke kantin duluan. Yok lah Zan." Gafta menepuk pundak Farzan yang tengah jongkok di kolong meja.
"Ta! Duit gue kagak ada kemana ya?!" Tanya Farzan pada Gafta.
"Lah? Lo tanya gue ya mana gue tau anjir." Gafta menjawab dengan heran. "... kagak di kasih duit kali lo." Tebak Gafta.
"Heh mana ada, emak gue gak pernah lupa ngasih anaknya duit jajan." Farzan terus-terusan mencari duitnya.
"Dahlah, gaya lo."
Daripada gue kelamaan nyari yang nggak pasti, gue ngutang sama lo ya." Kata Farzan dengan mengukir senyumnya.
"Kan!" Kesal Gafta.
"Yaaaa? Kan elo temen terbaik gue! Cuma elo yang mengerti perasaan gue kayak gimana kalau lagi kelaparan." Farzan mendramatiskan keadaan.
"Coba lo ngutang sama si Miko." Saran Gafta. Sambil bersiap untuk pergi ke kantin.
"Dih? Minta sama dia bukannya dipinjemin malah di cermahin sampai setaun kemudian. Nggaklah wajah-wajah kagak ridho."
"Emang dia bukan Ridho! Yaudah cepetan." Kata Gafta.
"Ahhh Gafta baik deh, jadi tambah sayang!"
"Najis g****k!"
Saat kedua orang itu sudah pergi, Mika langsung kembali fokus pada soal yang ada di buku tadi. Kadang dia menyesal pura-pura minta diajari oleh Miko yang ternyata dia sangat amat galak saat menerangkan.
"Lo cari pangkat terbesar kalau kayak gini," kata Miko.
Mika menuliskan apa yang dikatakan Miko tadi, "gini?" tanya Mika memastikan.
"Hmm, terus lo tinggal kali aja. Itu dua pangkat tiga lo kali lima berapa." Bimbing Miko, setelah itu dia membuka hapenya saat ada suara notif yang masuk.
Sedangkan Mika berpikir dengan keras, "25." Jawab Mika.
"Udah ketemu belum?" Miko meletakkan kembali ponselnya lalu melihat hasil jawaban Mika.
"b**o, lo ngasal jawabnya!"
"Enggak!"
"Iya lo ngasal! Udah salah ngeyel lagi."
"Masa iya sih salah?" tanyanya.
"Ya lo itung aja, itu dua pangkat tiga berapa?" Tanya Miko.
"Lima," dengan polisnya Mika menjawab seolah-olah jawabannya mantab dan itu merupakan jawaban yang benar.
"Kan, emang bego." Sinis Miko.
Mika cemberut. Dengan kesal dia menghapus jawaban yang salah itu, "... terus berapa!"
"Anak SD aja tau anjir, dua pangkat tiga berapa. Itu lo kali aja dua sampai tiga kali."
Mika mulai menghitung, "delapan."
"Nah itu tau, terus itu dikali lima." Lanjut Miko.
"40"
"Pinter." Puji Miko.
Mika menatapnya sedikit kesal, ternyata sifat menyebalkan itu masih ada ternyata. Hal itu membuat Mika penasaran, lalu kenapa Miko tidak ingat dengannya sama sekali?
"Miko—-" saat Mika ingin bertanya tiba-tiba sebuah suara membuat Mika mengurungkan niatnya.
"Sayanggg!" Danila datang dengan membawakan sekotak bekal untuk Miko.
Sedangkan Mika harus bersiap melihat keromantisan yang tercipta di antara mereka.
Namun mendadak Danila terdiam melihat kursi yang biasanya kosong di sebelah Miko kini terisi oleh seseorang apalagi itu perempuan.
"Siapa?" Paham yang dimaksud pacaranya, Miko pun langsung menjelaskan.
"Temen, dia murid baru."
Danila mengangguk. "Emm, mbak. Bisa pindah sebentar nggak? Biasanya itu tempat gue buat duduk waktu istirahat gini sama cowok gue." Kata Danila.
"Eh, iya." Saat Mika berdiri. Namun Miko menahannya. "Lo di sini aja, gue sama Danila yang cari tempat lain." Kata Miko.
"Sayang?" Danila nampak tidak suka. "Kenapa kita pindah sih?"
"Nggak papa, yaudah ikut gue yuk." Ajak Miko. Mau tidak mau dia harus ikut pacarnya. Dia menatap Mika sedikit kesal.
Mika hanya menunduk, dia masih sama. Selalu mengalah sama gue apa pun keadaannya. Batin Mika menatap kedua orang itu dengan sendu.