MEMORIA 5

1543 Words
Melihat kedekatan yang terjadi antara Miko dengan Danila membuat gadis itu hanya bisa menahan perasaanya, rasa di mana dia tidak boleh untuk berteriak bahwa dia adalah Mika—teman kecilnya yang pernah pergi untuk demi hidupnya dan demi Miko tentunya. Namun? Ternyata keadaan berubah begitu cepat, Mika tidak menemukan sosok laki-laki yang hangat padanya seperti beberapa tahun yang lalu. Apa dia lupa? Atau parahnya apakah dia lupa ingatan? Membicarakan itu, bisa jadi bahwa Miko mengalami amnesia. "Ngelamun aja lo," tepukan di pundak Mika membuyarkan lamunannya. Di sana, Elma tengah duduk di tempat Farzan. Namun gadis itu tetap bergeming. "Lihatin apaan sih?" Elma yang tidak mendapat jawaban dari Mika sontak mengikuti arah pandang gadis itu yang ternyata tengah menatap ke arah Miko dan juga Danila yang tengah duduk di bangku miliknya yang ada di barisan nomor 2 dari depan. "Nggak usah kaget, emang mereka berdua tuh ya gitu Mik. Pacarannya kalau nggak si Danila nyamperin Miko ya Miko yang nyamperin Danila." Kata Elma dengan memakan siomay yang dia beli di kantin tadi. "Eh lo sakit ya Mik? Wajah lo kok pucet sih?" tanya Elma. Mendengar pertanyaan Elma membuat Mika langsung meraba wajahnya untuk memastikan apakah dia memang terlihat pucat. "Gue belum makan, tadi Miko janji mau nemenin aku ke kantin." Jawab Mika. "Ohh, yaudah daripada lo di PHP sama Miko terus lo sakit mending gue temenin ke kantin aja gimana?" Tawar Elma. "Beneran?" Elma mengangguk, "iya. Yaudah yuk. Keburu masuk nanti." Dengan masih memakan siomay yang dia bawa tadi, Elma dengan berbaik hati mengantarkan Mika untuk ke kantin. Keduanya pun beranjak untuk pergi menuju ke kantin, saat melewati bangku yang terisi oleh Miko dan Danila yang sedang berpacaran itu membuat Mika sedikit menolehkan kepalanya untuk menatap Miko yang tengah berbicara dengan Danila. Merasa ada yang memperhatikannya membuat Miko menoleh ternyata dia melihat Mika yang pergi. Ada rasa bersalah saat dia sudah janji ingin mengantarkan Mika namun justru dia malah asik berpacaran. "Ya ampun sayang, lo harus banget nih nonton film yang ini. Ini tuh sumpah ya, bikin baper tau!" Danila terus mengoceh namun dia tidak sadar kalau pandangan Miko tertuju pada Mika. Tanpa mengucapkan apa-apa gadis itu pun melewati Miko begitu saja. Saat dia sudah pergi, Danila merasa kalau perkataannya sejak tadi tidak di respon membuatnya penasaran. "Sayang!?" "Eh? Iya-iya, sori gak denger nih." Ucap Miko. "Lo kenapa sih? Di ajak ngomong juga," kesal Danila. "Yailah, maaf deh. Jadi gimana?" Tanya Miko dengan manis. "Dahlah, males gue sama lo." Danila beranjak dari duduknya. "Mau kemana?" Miko menahan Danila. "Mau balik ke kelas, lo nyebelin sih!" "Gitu aja marah, udah dong ngambeknya." Bujuk Miko. Danila menghela nafasnya. "Ya biarin, gue ngambek juga gara-gara lo. Minggir lah, mau tidur aja di kelas." "Tidur lagi? Makin g****k nanti," celetuk Miko. "MIKO!" Cowok itu tertawa melihat pacarnya yang justru terlihat menggemaskan saat marah. * * * Mika dan Elma duduk di kantin sambil menunggu pesanan Mika. Dia memesan soto ayam dan es jeruk, Elma sudah menghabiskan makanannya saat dia sudah sampai di kantin. Jadi sekarang dia hanya menemani Mika untuk sekedar makan. Merasa tidak enak Mika angkat suara, "El? Kalau jenuh atau bosen kamu bisa—-" belum sempat melanjutkan perkataannya justru Elma memotongnya. "No, udah lo santai aja lagi sama gue Mik. Kita kan temen sekelas, kayak sama siapa aja. Udah, lo nanti makan aja gak papa. Gue tungguin," Elma mengacungkan jari jempolnya pada Mika. Gadis itu pun tersenyum lega. Ternyata masih ada orang-orang baik yang ada di sekitarnya. Tak berapa lama kemudian pesanan Mika pun tiba, "ini mbak pesenannya." Kata Ibu kantin. "Makasih ya Bu," Mika menjawab dengan tersenyum. "Sama-sama," "Mau El?" Tawar Mika. "Ha? Udah makan aja, gak usah buru-buru ntar lo keselek lagi." Jawab Elma. Mika mengangguk lalu dia memakan pesannya tadi. "Loh, gue kira lo sama Miko? Ternyata sama Elmon." Farzan yang entah berantah kedatangannya darimana itu langsung ambil tempat duduk di samping Elma dan Gafta di samping Mika yang sedang makan. "Elmon Elmon mata lo! Nama gue Elma Julieta ya!" Koreksinya. Farzan berdecih, "Halah sok lo, nama Elmon Juleha aja pakek sok cakep lu." "Songong lo," Elma menahan marahnya karena dia tidak mau mengeluarkan sifat bar-barnya di kantin yang tengah ramai ini. "Si Miko katanya nemenin lo Mik, kemana tuh anak?" Gafta kini bertanya pada Mika. "Sama Danila," jawab Mika. Gafta mengangguk, "ohh." "Dih bisa aja lo nyari topiknya." Ucap Elma. "Kan gue nanya, bener kan?" Tanya Gafta. "Iya-iya, terserah lo aja deh." Jawab Elma. Mika hanya cuek tidak menanggapi pembicaraan mereka. Dia hanya fokus untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar sejak tadi dia harus bercekcok dengan Miko yang galaknya nauzubillah! "Lo kenapa nggak balik sih? Di kelas sepi tuh, temenin kek si Miko." Usir Elma pada Farzan dengan mendorong wajah cowok itu. "Ngapain sih, udah gede juga masa iya mau di temenin. Di sini aja mending," jawab Farzan. Elma memutar kedua bola matanya malas. "Eh, Mik. Gue perhatiin lo kok—-" ucapan Gafta terpotong. "Cantik ya," lanjut Farzan dengan usilnya. Gafta langsung melotot. "Ailahh si Tata sok banget modusnya," Farzan tertawa. "Heh!" "Kenapa, Gaf?" Tanya Mika tidak memperdulikan godaan Farzan. "Nggak jadi deh, nanti aja kalau nggak ada cowok ember ntar gue tanya sama lo." Jawab Gafta dengan menyindir Farzan. "Halah udahlah, sok banget lo bilang aja mau pendekatan sama Mika!" Pletak! Mungkin karena gregetan dengan Farzan, Elma menjitak kepala cowok itu. "Bener nggak salah si Puput ngasih julukan lo cowok mulut sambel!" "Apaan sih? Kan gue bener, si Gafta itu—" Mika yang sudah selesai langsung mengajak Gafta untuk pergi. Bukannya tidak tahu terimakasih kepada Elma yang sudah mau menemaninya namun dia ingin menghindar dari pertengkaraan kedua orang itu. Sepertinya Gafta juga ada yang ingin di sampaikan padanya. Menyadari bahwa Mika dan Gafta pergi membuat Elma melongo. "Kan anjirr! Lo sih gara-gara lo ngoceh mulu si Mika pergi kan!" Kesal Elma pada Farzan. "Yaudah salahin aja terus gue, emang gue tuh selalu salah di mata lo!" * * * Mika dan Gafta kali ini berjalan beriringan, tanpa ada pembicaraan di antara keduanya. Hening, memang kedua orang itu tidak terlalu dekat. Mika hanya dekat dengan Farzan yang lebih friendly daripada Gafta yang pendiam. Mungkin memang sifat cewek itu adalah penasaran dan kadar ingatan soal perkataan cowok memang sudah sangat hafal. Mika pun memutuskan untuk bertanya kepada Gafta soal pertanyaan cowok itu yang tidak jadi ditanyakan di kantin tadi. "Oiya Gaf, tadi kamu mau tanya apa?" Gafta menoleh, "oh yang tadi itu gue mau tanya soal lo sama Miko." Ucapan Gafta membuat Mika berpikir sejenak. "Ha? Maksudnya?" "Sebenarnya lo sama Miko itu ada sesuatu kan?" Gafta langsung menanyakan pada intinya, karena dia tidak suka basa-basi. Mika sedikit kaget atas pertanyaan tersebut, darimana Gafta mendapatkan persepsi seperti itu? Dan tebakannya pun benar. "Kok kamu bisa tanya gitu?" Mika bertanya dengan basa-basi sekaligus menghilangkan rasa gugupnya agar lelaki itu tidak curiga dengannya. Gafta menatap Mika, dia berhenti sehingga Mika pun juga ikutan berhenti. "Jadi sebelumnya sori Mik, ini sih pemikiran gue realistis aja gitu ya," kata Gafta semakin membuat Mika was-was. "Iya udah, ngomong aja." "Ini gue gak tau ya nama lo hampir sama kayak namanya Miko atau enggak tapi yang jelas gue penasaran, terus gue perhatiin lo kayak ada sesuatu yang pengen lo ungkapin sama dia. Lo sebenernya sama Miko itu ada hubungan apa?" Baru kali ini Mika mendengar pertanyaan Gafta yang panjang lebar apalagi menyangkut pautkan dirinya. Lalu kalau Gafta sudah bertanya seperti ini, apa yang mau Mika jawab? "Emmm itu sih mungkin kebetulan aja," jawab Mika dengan terkekeh pelan. "Lo lagi nggak bohong kan sama gue?" Tanya Gafta curiga. "Lagian, emangnya kenapa sih? Kok kamu kayak maksa gitu nanyanya?" Tanya Mika balik. Gafta menggeleng, "gue nggak maksa, cuma gue penasaran sama lo. Siapa tau gue bisa kasih info soal Miko sama lo." Kata Gafta dengan memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. "Emang apa yang kamu tau soal Miko?" "Banyak, gue kan sahabatnya dia." Jawabnya dengan menyunggingkan senyum. Melihat senyum menyebalkan milik Gafta membuat Mika ingin sekali menghujatnya namun dia tahan, diakan anaknya kalem nggak bisa kalau harus ngegas. Mika menghela nafasnya. "Ternyata kamu tuh nyebelin ya!" "Jujur nih, gue geli banget asli lo manggil gue pakai aku-kamu. Berasa kayak pacaran," Gafta lagi-lagi tertawa. "Apaan sih, emang dari sananya aku ngomong gini. Nggak bisa di ubah!" Dia cemberut. "Jadi apa yang kamu tau soal Miko?" Tanya Mika. "Kan kalau penasaran mending lo jujur aja sama gue, gue orangnya nggak pernah ember. Beda kalau sama Farzan," kata Gafta. "Kamu kenapa maksa sih?" Tanya Mika. Gafta menghendikkan bahunya, "nggak tau." "Gimana sih? Kok kamu aneh!" "Yaudah intinya mau di tolongin nggak nih? Gue nggak pernah nawarin bantuan buat orang lain, kalau mereka nggak minta tolong sendiri ke gue." Ujar Gafta. "Bantuan apaan?" Entah darimana datangnya Miko, tiba-tiba dia sudah ada di depan Gafta dan Mika. "Eh udah selesai pacarannya?" Sindir Gafta. Mika hanya diam. "Gue nanya kenapa lo balik nanya?" Tanya Miko sedikit nyolot. "Keasikan pacaran lupa sama janji, ya nggak Mik?" Pertanyaan Gafta yang spontan membuat Mika langsung mendongak menatap Gafta yang tingginya lebih darinya. Miko terlihat kaget, "maksud lo?" "Nahkan, ada yang pura-pura lupa tapi bukan Mahen. Yaudah yuk, Mik balik ke kelas." Ucap Gafta dengan mengajak Mika pergi. Otomatis gadis itu ikut dengan Gafta dan meninggalkan Miko yang diam menatap bingung ke arah kedua orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD