MEMORIA 6

1238 Words
Mika sedang berdiri di depan kelasnya sambil memainkan ponsel pintar miliknya. Dia sedang mengirimkan pesan kepada Mamanya untuk menjemputnya, biasanya Mika akan pulang sendiri dengan menggunakan angkutan umum. Namun kali ini dia baru ingat kalau ada jadwal bertemu dengan Dokter Syahnas. Dokter yang hampir 5 tahunan ini menjadi sahabatnya. "Eh, Mika. Belum pulang?" Puput yang baru selesai melaksanakan piket kelas saat itu melihat Mika yang belum pulang membuatnya menghampiri dan bertanya. Mika langsung mematikan ponselnya dan menatap Puput, dia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Belum nih, lagi minta di jemput." Jawabnya. "Ohh, mau gue tebengin tapi rumah kita beda arah," kata Puput dengan tertawa renyah. "Iya nggak apa-apa, oh iya. Elma udah pulang ya?" tanya Mika sambil mengintip ke dalam kelas. "Udah Mik, dari bel baru aja bunyi dia langsung kabur." Puput menjawab dengan tertawa. Karena Puput tahu tadi bagaimana ekspresi Elma yang sedang dikejar-kejar Tristan teman sekelasnya yang di kabarkan menyukai Elma. Mika mengangguk, "di dalem kayak masih rame ya. Ada siapa?" Mika penasaran. "Oh itu ada Miko, Farzan, Gafta, Geo, sama Yolan. Anak futsal mereka, katanya mau bahas apa gitu tadi gue denger-denger,” jawab Puput. Jadi Miko belum pulang, dia sekarang jadi anak futsal nggak suka basket lagi dong atau mungkin dia udah lupa ya. Mika diam melamun membuat Puput menatapnya bingung. "Mik? Lo nggak papa?" Puput memastikan kalau Mika baik-baik saja. Mika terhenyak dari lamunannya, "ah iya. Kenapa?" tanyanya sedikit canggung. "Lo nggak papa?" tanyanya sekali lagi. "Aku baik-baik aja, agak pusing jadi nggak bisa fokus hehe." Elaknya. "Lo pusing? Kalau gitu lo harus cepet pulang terus istirahat." Kata Puput. Mika tersenyum, "aku lagi nunggu jemputan." "Nanti lama gimana? Biar gue suruh Gafta aja buat anterin lo ya? Rumah lo kayaknya searah sama dia deh kemarin gue baru rekap absen baru soalnya karena lo kan murid baru." Puput memberikan saran. "Nggak usah deh," "Gafta mau kok." "Apaan nih nama gue di bawa-bawa? Lo lagi gosipin gue ya?" tanya Gafta tiba-tiba. Mendadak Mika dan Puput langsung menoleh ke belakang mereka. Ternyata anak laki-laki yang masih ada di dalam kelas tadi sekarang sudah keluar. Gafta menatap Mika, sedangkan Miko mengalihkan pandangannya. "Si Mika nih, dia pusing katanya. Gue baru inget kalau rumah lo sama Mika kan searah kenapa nggak lo tebengin dia? Kasihan," Puput berbicara dengan nada memohon. "Eh nggak usah Put, aku udah di jemput. Mungkin ini masih di jalan." Tolak Mika. Gafta melihat Mika, ia memperhatikan wajah gadis itu yang memang terlihat pucat. "Yaudah ayo kalau mau bareng," "ANJIRRR ANJIRR!" Farzan langsung menimpali dengan teriakan nyaringnya. Semua langsung menatap cowok itu. "Kumat deh lo!" Puput memutar kedua bola matanya malas. "Lo semua sadar nggak sih, si Gafta baru kali ini care sama cewek!" Ucap Farzan excited. Miko yang mendengar langsung ikut menatap Gafta. Entah kenapa mendengar perkataan Farzan membuatnya seperti ada yang tidak beres dengan hatinya. Seperti tidak rela, tapi apa yang membuatnya tidak rela sebenarnya? Kini dia menatap Mika yang kebetulan perempuan itu juga menatapnya. Jantungnya seperti memberontak, rasanya dia seperti telah mengenal lama Mika. "Yakan gue lagi mau berbuat kebaikan sama orang," bela Gafta. "Alasan ae lo dari tadi, bilang aja gitu mau pendekatan sama Mika." Celotehnya. "..... nih ya guys gue kasih tau tadi tuh si Gafta waktu istirahat udah modus sama Mika sok pakek ngajak jalan berdua lagi." Embernya. Gafta melotot, perasaan dia tidak mengatakan seperti itu. "Heh setan! Kapan gue ngomong kayak tadi!" "Emang rumah lo di mana?" kini Miko pada Mika yang spontan membuat Mika dan bahkan teman-temannya yang sedang berdebat itu langsung diam. "Ha?" Mika kaget karena dia mengira kalau Miko tidak peduli padanya. Tring! Suara ponsel milik Mika berbunyi dan nama Mamanya yang muncul membuat Mika yakin kalau Mamanya sudah ada di depan sana. Tidak membalas pertanyaan Miko dia langsung pamit kepada mereka semua. "Aku duluan ya, udah di jemput." Pamit Mika dengan mengukir senyumnya. "Lah? Kan si Gafta mau ngeterin lo Mik!" Farzan yang heboh. "Lain kali ya," tak berapa lama kemudian Mika sudah menghilang dari pandangan mereka. "Ah elo sih Ko! Si Gafta gagal pedekate!" Omel Farzan. "Kenapa elo yang jadi sewot sih Zan? Heran aing!" Yolan menimpali. "Ah tau ah! Gak jadi jodohin Mika sama Gafta!" Kesal Farzan. "Kan gue cuma tanya rumahnya di mana," balas Miko. "Lo gimana sih, kalau rumahnya searah ya besar kemungkinan rumahnya sering di lewatin sama Gafta jadi lo nggak usah tanya, itu udah dipastiin jauh dari rumah lo! Lagian lo udah punya Danila!" Farzan marah-marah tidak jelas. "Kenapa jadi lo yang ngegas?" tanya Miko bingung. "Tauah." Mika langsung memasuki mobil dan duduk sembari mengatur nafasnya yang tersengal. Padahal dia hanya berlari kecil dari lapangan sampai ke mobil tapi nafasnya seperti orang yang terkena asma. Hilda menatap anaknya khawatir. "Kamu kenapa lari-larian sih, Mika!" Omelnya. Bukannya dia marah tapi Hilda lebih mengkhawatirkan kondisi anaknya itu. "Mending kita langsung ketemu Dokter Syahnas." Kata Mika dengan sesekali mengatur nafasnya. "Kamu ini dibilangin Mama jangan aneh-aneh masih aja suka seenaknya!" Omel Hilda. Karena ini menyangkut kesehatan anaknya, dia tidak mau anaknya kenapa-napa. "Maafin Mika, Mah. Tadi Mika cuma nggak mau Mama nunggu kelamaan aja." Ujar Mika dengan nada pelan. Dia menghela nafasnya, mengatur nafas agar berjalan normal kembali. "Lebih baik Mama nunggu daripada kamu harus gini." Jawab Hilda. ".... Mama cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa sayang." Lanjutnya dengan nada lebih lembut. "Iya, Mah. Maafin Mika," gadis itu menundukkan kepalanya. Hilda mengulum senyumnya lalu mengelus rambut putrinya dengan penuh sayang. "Yaudah, kita langsung ketemu Dokter Syahnas aja." Setelah itu mobil yang dikendarai oleh Hilda dan Mika melaju menuju ke arah rumah sakit yang biasa dia kunjungi tersebut. * * * "Kamu jarang minum obat yang tante kasih ya Mika?" tanya Syahnas yang memperhatikan gadis itu. Memang kalau dilihat-lihat apalagi Syahnas adalah seorang Dokter, jadi dia tahu perubahan-perubahan yang terjadi pada pasiennya. Termasuk Mika. Syahnas melihat kalau tubuh Mika semakin kurus dan wajahnya terlihat pucat. Mika menatap Syahnas dengan ragu, "ah—enggak kok Dok." Elaknya. Hilda menoleh pada anaknya, dia menatap sedih Mika. "Bener itu Mika?" tanya Hilda. Mika hanya diam. Dokter Syahnas menghela nafasnya. "Mika, tante bilangin sama kamu. Kesembuhan itu nggak datang secara tiba-tiba dan ajaib. Selain kita harus percaya, dan terus berdoa kita juga harus mengimbanginya dengan pengobatan." Jelasnya dengan wajah serius. Mika menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu harus berkata apa, dia bosan! Dia sudah tidak kuat lagi. Rasanya semua seakan sia-sia baginya. "Kamu lihat Mama kamu," kata Syahnas. Mika semakin menunduk. "Mama kamu selalu memberikan yang terbaik. Dia pengen kamu sembuh Mika." "Mika rasa semua kayak nggak ada gunanya, justru Mika bikin Mama banyak beban." Jawab Mika. "Nggak ada yang merasa terbebani Mika, Mama sayang sama kamu. Mama pengen lihat kamu menikah dengan orang yang kamu cintai, bisa gendong cucu dari kamu." Perasaan seorang Ibu memang tidak bisa diragukan, betapa sayangnya Ibu membuatnya rela melakukan apa pun untuk anaknya. Mika langsung memeluk Hilda dan menumpahkan segala tangisnya, pikiran-pikirannya yang selalu datang beberapa hari terakhir ini. "Tante harap, kali ini kamu rajin minum obat yang tante berikan ya." Ucap Syahnas sambil menuliskan sebuah resep untuknya. Gadis itu mengangguk. "Kamu bakal sembuh, Mama bakal selalu ada buat kamu. Karena Mama sayang sama kamu, Mika. Nggak ada yang sayang sama kamu setulus ini kecuali Mama." Hilda mengusap air mata anaknya. Ya, Mika akui dia terlalu memikirkan orang yang bahkan tidak pernah memikirkannya. Bahkan dia telah melupakan dirinya. Memang dia masih mengharapkan Miko. Andai semesta masih memberikannya kesempatan. Memberikannya sedikit waktu untuk menjelaskan seluruh kesalah pahaman ini. Menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD