bc

Sak Karepmu Wes!

book_age18+
1.9K
FOLLOW
13.6K
READ
HE
fated
tomboy
sweet
bxg
humorous
secrets
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Gesit, ceria, mandiri , pecicilan.

Cantik di bawah rata-rata, karena malas dandan.

Tapi kulitnya mulus bak kulit bayi.

Penampilan biasa saja, tingkahnya petakilan bak cacing kermi kepanasan.

Hobinya suka membuat emosi orang yang ada di dekatnya.

Keunggulannya suka bersih-bersih, terutama membersihkan kesabaran manusia.

-Arnela Mujiati-

Mandiri, manis, pekerja keras.

Ganteng? ya lumayan lah, kulitnya sawo matang.

Hobinya suka membantu orang lain.

Hal paling tidak di sukai, wanita yang petakilan bin pecicilan bin bar-bar bin– pokonya yang bin bin lah ya.

-Arlane Panji Supitra-

Dua karakter yang saling bertolak belakang dan sanggat tidak cocok, tapi bagaimana saat mereka benar-benar bersama?

Entahlah hanya author yang tahu Akhirnya.

chap-preview
Free preview
Arnela
Arnela Mujiati, nama sosok gadis desa dengan ke gesrekanya yang astagfirullah banget. Usia sembilan belas tahun. Tubuh tinggi semampai (semeter tak sampai) hehehe. Cantik? Beh jangan di tanya! Gak seberapa. Imut? Bukan lagi! Amit-amit yang ada. Pintar? Kalau ini patut di acungi jempol, dia pintar membuat orang lain eneg. Lalu apa kelebihannya? Jangan di tanya, dia pintar memasak pintar bersih-bersih terutama membersihkan kesabaran orang, itu adalah kelebihan Nela, panggilan untuk Arnela. Bagaimana dengan orang tuanya? Sudah sangat amat sabar hingga kesabaran mereka berubah jadi emosi saat menghadapi anak gadis satu-satunya. Sungguh sang Emak dan Bapaknya sangat teramat heran pada anaknya yang satu ini, entah dosa apa atau mengidam apa saat hamil dulu, hingga keluar seorang anak bak jelmaan kermi kepanasan seperti ini. Padahal sang Masnya pendiam anteng dan juga alim, sepertinya jiwa mereka tertukar, itulah yang di katakan Nela saat dibeda-bedakan oleh warga desa. “Mak! Emak?” begitulah suara Nela saat pagi hari siang hari dan malam hari. Apa kabar tetangga? Jangan di tanya, sudah kebal dengan suara Nela yang mengalahkan suara toa surau dekat rumahnya. “Apa? Pagi-pagi sudah nyalain toa saja!” jawab Atul sang Emaknya Nela. “Ya elah, Emak. Kan aku Cuma manggil saja. Mau beli apa saja? Aku mau ke pasar nih,” ucap Nela. “Ya kamu mau makan apa?” “Di tanya kok bertanya balik, Mak,” gerutu Nela. “Emak hari ini mau ke sawah bantuin, Bapakmu. Kamu masak terserah kamu saja lah,” ucap Atul. “Tadi Bapak sarapan apa, Mak?” “Sarapan ati!” “Ati ayam atau sapi Mak?” “Ati nya dia makan sendiri!” “Lah, kok gitu?” tanya Nela bingung. “Mendengar teriakan mu saja Bapakmu sudah kenyang! Sudahlah Emak mau ke pasar,” ucap Atul. “Lah, katanya mau ke sawah?” “Ah iya itu, kamu sih!” “Lah kan aku lagi!” Tanpa menyahuti ucapan Nela, Atul berangkat ke sawah menyusul sang suami yang tengah membajak sawah. Ya orang tua Nela memang petani, sawahnya tidak seberapa luas, tapi lumayan lah kalau buat mengisi perut mereka. Soal kebutuhan lainnya, ada lah Nela kan punya sebuah toko baju di dekat kecamatan penghasilannya lumayan buat beli skincare. Bicara soal skincare, Nela itu pemilih, dia gak mau merek yang di iklanin oleh artis-artis Korea. Dia lebih suka skincare 6M, eits bukan 6 milyar ya, tapi. Murah Meriah Merakyat Masyarakat Miskin. Itu adalah skincare dari seorang Arnela. Apa kalian bertanya-tanya apakah skincare 6M itu? Yaitu rempah-rempah alami seperti kunyit kencur dan sebangsanya, gak pakai cabai ya, pemirsa. Memang kuno, tapi itulah kenyataannya skincare yang di pakai oleh Nela. Kulit Nela memang terlihat bersih dan juga kenyal, jika di tanya sama orang lain kenapa kulitnya sebening itu, dengan tegas Nela akan menjawab, “Titisan bidadari mah, ya gini, bening mulus dan juga waw!” Dan siapa pun yang mendengarnya akan bergidik ngeri. “Ini, Mas Arne ke mana sih? Pagi-pagi sudah gak ada di rumah, masa iya sudah berangkat kok tumben gak pamit,” gerutu Nela seraya menstarter motornya. “Mak, ayo aku antar!” ucap Nela saat menuju pasar. Kebetulan jalan menuju pasar searah dengan jalan menuju sawah orang tua Nela. “Kamu, gak ke toko?” tanya Atul. “Ini masih jam enam Mak,” ucap Nela. “Terserah kamu saja deh. Nanti kalau kesiangan gak usah masak taruh di kulkas saja bahannya biar Emak nanti yang masak,” ucap Atul. “Siap, Mak!” Nela pun menjalankan motornya dan pergi ke pasar setelah menurunkan sang Emak di jalan setapak menuju sawahnya. Sesampainya di pasar Nela memarkirkan motornya di parkiran. “Cak, nitip motor, jangan di gadaikan apa lagi di curi,” ucap Nela pada sang juru parkir. “Gak kok, Nel. Paling nanti di bakar sama Cak Totok.” “Awas saja kalau berani macam-macam atau satu macam sama motorku, aku marah dan akan ku kali yang ada di sana!” ucap Nela seraya menunjuk sebuah kali di belakang pasar. Para juru parkir di pasar itu memang sangat mengenal Nela, sikap ceplas-ceplos dan juga pecicilannya sangat membuat dirinya terkenal. Bukankah itu bagus? Sangat bagus. Kaki pendek Nela melangkah memasuki area pasar, dengan tas yang ada di tangannya ia mulai mencari-cari bahan yang di inginkan yaitu dedaunan alias sayur, dan juga emaknya telur alias ayam. “Buk, ini berapa kilo sebijinya?” tanya Nela. “Sebiji, gundulmu kui! Seekor. Mana ada ayam sebiji,” ucap sang pedagang yang sudah sangat mengenal Nela. “Suka-suka saya Buk,” jawab Nela. “Ini satu kilo satu ons,” ucap Ibu penjual ayam itu. “Berapa Buk?” “Tiga puluh delapan ribu.” “Kok ada tiga ribunya? Tiga puluh lima ya, Buk?” tawar Nela. “Boleh, tapi kaki kepala sama sayapnya saya potong,” ucap Ibu itu. “Lah, buntung dong? Ya jangan, ya sudah ini uangnya, jangan lupa kembaliannya,” ucap Nela seraya memberikan uang lima puluh ribu. “Pelit amat jadi orang!” cibir itu. “Jangan salah Buk, pelit itu pangkal kaya,” ucap Nela. “Mana ada? Yang ada itu hemat yang pangkal kaya,” ucap Ibu itu seraya memberikan kembalian pada Nela. “Hemat pada diri sendiri kan sama saja pelit,” ucap Nela. “Dasar bocah gemblung!” Nela pun pergi meninggalkan penjual emaknya telur itu, dan kini beralih ke penjual kacang hijau ABG, tahu kan apa itu? “Buk kacang hijau ABG nya seperempat saja,” ucap Nela. Tanpa menimpali ucapan Nela sang penjual sudah tahu apa yang di maksud Nela, dan langsung menimbang yang di minta Nela. “Kacang hijau ABG itu apa ya, Mbak?” tanya salah satu pembeli di sana. “Ini!” ucap Nela seraya menunjuk ke arah kecambah. “Ini kecambah Mbak,” ucap orang itu. “Ya kan asalnya dari kacang hijau yang sudah tumbuh, jadi namanya kacang hijau ABG,” ucap Nela dan berlalu setelah membayar. “Kok aneh!” “Gak usah di dengar Mbak, dia memang aneh,” ucap penjual kecambah itu. Setelah selesai dengan acara belanja, kini Nela pulang dan bersiap untuk memasak sarapan dan juga bekal untuk ke tokonya. Satu jam selesai dengan urusan dapur kini Nela sudah siap untuk berangkat ke toko, dengan rantang yang ada di tangannya. “Mau berangkat, Nel?” tanya tetangganya yang bernama Faisal. “Gak, aku pulang!” ucap Nela ketus. “Ketus banget jadi orang!” “Serah aku lah! Mulut juga mulutku, kok kamu yang ribet,” ucap Nela. “Sak karepmu wes, Nel.” Ucap Faisal kesal. Setelah meletakkan rantang di dalam jok motonya, kini Nela segera berangkat ke toko miliknya yang tak jauh dari rumahnya, hanya perlu menempuh perjalanan tiga puluh menit saja, itu jika yang naik motor Nela, seratus kilometer per jam. Bayangkan bagaimana ngebutnya dia. “Kalian sudah lama nunggu?” tanya Nela pada dua temannya yang sekarang menjadi anak buahnya. “Udah dari subuh dan ini sudah lumutan sampai lumutnya di tumbuhi bunga!” jawab Ingka. “Bunga raflesia?” tanya Nela seraya membuka tokonya. “Kamu yang bunga raflesia, coba aja kalau kita yang telat! Apa kabar penghuni kebun binatang?” ucap Nurul. “Bos, mah bebas Sayang ku!” “Jijik!” ucap Nurul dan Ingka serempak. “Buruan siap-siap nanti aku pecat tahu rasa!” ucap Nela. Kedua temannya itu hanya memutar bola matanya saja, siapa yang tidak tahu sifat Nela, gadis penuh dengan butiran amueba neraka yang bergentayangan menghantui para kesabaran orang yang ada di dekatnya. Mencari-cari sela untuk menguji kesabaran dan keimanan siapa pun yang ada di dekatnya. Saat Nela bicara ingin memecat kedua temannya, hal itu tidaklah serius, yakin tidak serius karena hal itu hanya sebatas angin yang lewat tanpa disadari kehadirannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook