BAB 02

1494 Words
Aku mematikan lampu yang berada di meja dengan tangan kanan ku sementara tangan kiriku memegang sebuah buku dongeng. Hari sudah menjelang malam, matahari mulai terbenam dan lampu jalan sudah dinyalakan. "Zee, kau tahu apa yang paling ku benci?" aku menoleh kearah adik ku yang saat itu hendak berbaring di pangkuan ku. Sementara aku baru saja selesai membacakan sebuah buku cerita yang berjudul 'Cinderella' padanya. Aku menunduk, mata besar itu menatapku. Mata yang indah berwarna biru laut. Sebenarnya antara aku dan Sarah tidak memiliki kemiripan sama sekali, mungkin karena aku mirip ayah ku? tapi mata ku berwarna hijau zamrud yang katanya cukup langka.  Aku menggeleng menjawab pertanyaan sebelumnya. "Diriku." kata Adik ku, Sarah. Dengan matanya yang menatap lurus padaku. Aku tertegun, bagaimana bisa anak berusia 8 tahun berbicara seperti ini. Hati ku terasa sesak, sebagai kakak-nya aku merasa gagal. Cara bicara Sarah lebih dewasa dibanding anak seumurannya. Itu membuat ku merasa resah. "Kenapa Sarah bicara seperti itu?" tanya ku dengan lembut. Tanganku bergerak mengusap puncak kepala Sarah namun tangan Sarah menghentikan pergerakan tanganku dengan menggenggam kedua tangan ku dengan kedua tangan kecilnya. Sarah bangun dan kembali duduk di sampingku tanpa melepas tatapannya dariku. "Aku sudah sangat menyusahkan mu, Zee." katanya. Kepala Sarah menunduk menatap tangan kami yang saling menggenggam. "Selama ini kamu sudah merawatku dengan baik. Sementara aku hanya membebanimu. Sejak ibu meninggal, kamu terus bekerja keras." suara sarah terdengar bergetar, hati ku terenyuh mendengarnya. Aku melepas genggaman Sarah dari tangan ku kemudian merengkuh tubuh mungil Sarah yang terlihat rapuh dimata ku. "Apa yang kau tahu? Aku tidak bekerja keras seperti yang kamu pikirkan, Sarah. Kamu terlalu menilai tinggi diriku dan aku tidak pernah merasa terbebani oleh mu." kata ku, setelah itu suasana menjadi hening, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar dan detikan jam. "Apa kamu bahagia Zee?" suara Sarah kembali terdengar setelah keheningan yang cukup lama, wajahnya tenggelam dalam pundak ku, dan tangan kecilnya memeluk ku. Aku terdiam, sebenarnya aku bingung dan tidak yakin dengan jawabannya. Bagi ku kebahagiaan ku tidaklah penting, selama ini yang kupikirkan adalah adik ku, tahu jika dia tidak kekurangan apapun dan senang. Aku ikut bahagia. "Asal Sarah Senang, Zee juga bahagia." jawabku. Sarah menggelengkan kepalanya di pundak ku hingga aku bisa merasakan rambut panjangnya yang bergerak di leherku. "Bukan itu maksud ku Zee, aku bertanya tentang kebahagiaan mu sendiri. Jangan terlalu memikirkan ku, Zee. Aku sudah besar." kata Sarah. Aku tertawa hingga sudut mata ku berair. "Apanya yang sudah besar? Bahkan ke kamar mandi saja masih ku temani." kata ku sambil menepuk kepala Sarah dengan gemas. Sarah mendengus sambil mengembungkan pipinya, "Pokoknya aku menganggap diriku sudah dewasa." katanya sambil membalikan tubuh dan turun dari sofa, aku menahan tawa ku melihat tingkah menggemaskan Sarah. Sambil membawa boneka beruangnya dia berjalan menuju kamarnya.  Dari belakang aku mengikuti Sarah, aku membuka pintu kamarnya pelahan, kulihat Sarah yang sudah tertidur diatas kasurnya sambil memeluk boneka kesayangannya. lampu kamar sudah di matikan. Aku melirik jendela kamar Sarah yang sudah tertutup, aku menurukan hordengnya. Setelah itu aku kembali menghampiri Sarah dan mengecup keningnya. "Selamat malam, adik kecil ku." aku berbisik di telinga Sarah. Sarah tersenyum dalam tidurnya. Akupun keluar dari kamar Sarah dan pergi ke kamar ku. *** "ZEE! ZEE! BANGUN!!" Teriakan Sarah memenuhi ruangan kamar ku. Aku merasa tubuh ku di guncang-guncang oleh seseorang. Aku mengabaikannya, rasanya aku masih sangat  mengantuk dan malas hanya untuk sekedar bersuara. Lagi pula aku juga sudah tahu siapa orang yang selalu membangunkan ku di pagi buta, siapa lagi jika bukan Sarah? membangunkan ku, atau lebih tepatnya menganggu tidur ku adalah salah satu hobi menyebalkannya. "ZEE!!---" Sara berteriak tepat di telingaku, mata ku terbuka seketika dengan telinga yang memerah dan sakit. "Sarah!" teriak ku, bersamaan dengan teriakannya yang juga meneriaki namaku, "Zenna!" Aku menatapnya tajam, pasti dia sudah tahu kalau aku sedang marah sekarang, padahal aku baru tidur 3 jam yang lalu dan Sarah menganggu. "Bukannya hari ini kamu mulai bekerja di cafe madam Connor? kamu akan terlambat jika tidak bersiap sekarang!" kata Sarah dengan raut wajah galak-nya.  Mataku membulat, astaga aku lupa akan hal itu. Sarah selalu disiplin dan mempunyai daya ingat yang kuat, mungkin karena itu dia pintar dan aku tidak. "Kenapa kau baru membangunkan ku sekarang?!" Kata ku panik setelah melihat jam yang sudah menunjukan pukul 8. Astaga, aku hanya memiliki waktu satu jam. Sarah berdecak sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. "Bagus Zee, sekarang kamu menyalahkan ku." katanya sambil terus menatapku yang kebingungan. "Ambil handuk mu dan mandi! aku akan menyiapkan pakaianmu." kata Sarah, aku mengangguk dan segera masuk kedalam kamar mandi. Aku menghela nafas ku, berada di guyuran shower adalah yang terbaik. karena saat air turun seperti hujan, pikiran ku menjadi tenang dan santai. Aku mulai keramas dan menyabuni tubuhku. Kalau diingat-ingat, tingkah laku Sarah belakangan ini benar-benar tidak sesuai dengan usianya. Haruskah aku khawatir dan mengirimnya ke psikolog? walau sifatnya yang berubah membuat gadis itu menjadi semakin baik. "Zee, kau bisa benar-benar terlambat jika terus berendam di dalam. Cepat keluar dan masak telur untuk ku!" Sarah berteriak dari luar. Aku mendengus, "Iya-iya, kau sangat cerewet." Karena Sarah yang terus berteriak dari luar menyuruhku menyegerakan mandi ku, aku langsung cepat-cepat menyelesaikan mandi ku dan berpakaian. Sarah selalu tahu selera ku, termasuk dalam berpakaian. Aku adalah wanita feminim yang lebih suka mengenakan rok pendek di banding celana jins, dan sangat menyukai aksesories cantik.  Aku tahu keuangan kami kurang mencukupi jika aku memuaskan keinginan ku untuk berpenampilan. Jadi aku selalu menahan diri. Berbanding terbalik dengan Sarah, Sarah bahkan tidak suka mengenakan rok karena tidak bisa bergerak dengan nyaman katanya. Kesukaan semua orang berbeda dan aku tidak bisa memaksanya berpenampilan seperti ku, begitupun dirinya yang tidak bisa memaksa ku. Setelah aku selesai bersiap, aku membuat omelet kesukaan Sarah, "Jangan pergi kemanapun selama aku di luar, hubungi aku jika ada sesuatu yang penting." Kata ku seraya memakai sepatu ku. Sarah hanya diam sambil memakan omeletnya dengan tenang, tapi aku yakin gadis itu mendengarkan ku. "Aku akan pulang hingga sore hari, Dah sarah." kata ku yang segera membuka pintu, dan menaiki sepeda untuk pergi ke cafe milik madam Connor yang letaknya cukup jauh. Sampai aku sudah masuk jalan perkotaan, rupanya sudah mulai ramai, mungkin karena hari libur? cafe milik madam Connor adalah Cafe besar yang cukup mewah, biasanya banyak naka orang kaya yang datang kesana untuk menongkrong atau sekedar meminum kopi dan mengerjakan tugas.  Aku hanyalah pekerja sambilan di cafe madam Connor karena lonjakan pengunjung di akhir masa liburan dan beberapa pekerja yang mengambil cuti. Jadi aku hanyalah pengganti yang akan bekerja selama 2 hari dengan bayaran yang besar. Nama Cafe yang diolah oleh madam Connor sendiri adalah 'Venus Adam' yang katanya berasal dari nama seorang putri keluarga Adam yang menghilang. Keluarga Adam adalah keluarga yang terpandang disini, Los Angeles. katanya mereka sangat kaya sehingga mampu membeli seisi kota. Lupakan soal keluarga Adam dan putrinya yang hilang. Karena saat ini aku sudah terlambat 10 menit karena mendayuh sepeda terlalu lambat. Aku memarkirkan sepeda ku di tempat parkir sepeda dan berlari dengan cepat, "Selamat pagi madam Connor, maaf saya terlambat." kata ku langsung berlari ke dapur dan mengambil celemek. beberapa karyawan dan madam Connor menatapku. Aku mengikat rambutku agar rapih dan tidak menganggu pekerjaan ku. Aku melirik madam Connor yang sedang berjalan kearah ku."Selamat pagi. Karena cafe sudah mulai ramai, jadi kuharap kamu sudah tahu apa saja yang akan kamu kerjakan nona Zenna." kata madam Connor, aku mengangguk. "Anda tenang saja madam Connor, saya sudah terbiasa bekerja di tempat seperti ini."  Madam Connor mengangguk, "Bagus, karena saya tidak akan merasa rugi membayar karyawan dengan gaji yang besar." Kata madam Connor. Aku memaksa memasang senyuman ku untuk madam Connor. Madam Connor hanya melirik ku tajam sebelum akhirnya mengurus hal lain. Aku mendengus, padahal kemarin pun aku bekerja hingga larut dan belum istirahat dengan cukup.  Aku menghembuskan nafasku, aku tidak boleh mengeluh! tugas ku adalah membuat kue pastri, setelah jam makan siang aku akan bertukar posisi dengan Julie menjadi pelayan. Seperti yang ku perkirakan Cafe akan sangat ramai hari ini. Para tamu tidak henti-henti nya berdatangan, itu memang bagus untuk pemilik usaha, tapi tidak bagus untuk ku si pekerja sambilan. Aku menghela nafas ku, akhirnya aku mendapatkan waktu lenggang setelah selesai membuat 300 buah kue pastri. Aku berjalan keluar dari dapur untuk melihat seberapa ramainya pengunjung yang datang. Namun baru ujung kepala ku muncul Milley, karyawan yang menjadi barista menghampiriku."Zenna, aku mau ke toilet sebentar, bisa kau gantikan aku dulu menjadi barista? kamu kan pernah berapa bulan bekerja menjadi barista pasti kamu bisa." salah satu tangan Milley menepuk pundak ku sedangkan tangannya yang lain memegang perutnya, seperti menahan sesuatu yang ingin keluar secepatnya. Belum sempat aku menolak, Milley sudah lebih dulu pergi dengan kecepatan kilat, aku menghela nafasku, padahal baru saja senggang, memangnya tidak ada barista lain selain Milley? merepotkan. Aku melangkah ketempat Milley, disana ada seorang pria yang duduk di depan meja dan menunggu. "Selamat pagi, selamat datang di Venus Adam. apa yang ingin anda pesan?" tanya ku sambil menunggu untuk menekan tombol di tab untuk mencatat pesananya. Pria di depan ku ini hanya diam, aku mendongak untuk melihat apa yang pria itu sedang lakukan, begitu aku mendongak, mataku langsung bertabrakan dengan manik mata hijaunya yang menatap ku dengan lekat sedang terkejut. TO BE CONTINUE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD