BAB 8 -KETUA GUILD YANG GENIT-

1345 Words
Ame masih terpaku, ia kini melihat seorang pria yang sedang duduk di dekat jendela, dan juga memasang wajah datar. Pria itu memiliki rambut dengan warna merah darah, dan juga terlihat sungguh memesona. Jiwa pencinta pria tampan miliknya menggebu, ingin sekali ia mendekati, dan duduk sambil beradu tatapan mata. Tapi … Ame harus menelan semua keinginannya bulat kala sadar jika dirinya saat ini hanyalah seorang pria. Semangat dalam dirinya padam begitu saja, dan itu membuat kepalanya mendadak saja pusing. “Hilda, ada apa?” tanya seorang wanita. Ia memasang wajah serius, lalu menatap Ame yang masih berdiri tidak begitu jauh di belakang Hilda. “Maaf, aku hanya mengantar salah satu orang yang juga ingin menjadi petualang. Sepertinya dia juga tidak memiliki partner, dan Anda bisa memasukkannya pada kelompok dua orang itu.” Ame melirik pada arah telunjuk Hilda, ia kemudian menatap si pria dengan rambut merah, lalu ada seorang wanita muda dengan rambut hitam pekat tidak begitu jauh dari pria tersebut. “Baiklah, biarkan dia masuk, dan kau bisa menjaga keadaan di bawah sana. Kau tahu sendiri, Almon sangat suka mencari masalah dengan petualang lainnya.” “Baik, saya permisi.” Hilda kemudian mengalihkan tatapannya kepada Ame. “Kau bisa masuk, dan kau juga langsung mendapatkan kelompok. Ketua Guild akan menjelaskan banyak hal kepadamu.” “Terima kasih,” balas Ame.. Hilda langsung saja mengangguk, ia kemudian meninggalkan ruangan itu, dan Ame masuk lebih jauh. Ia sampai lupa menutup pintu, dan saat wanita dengan rambut pekat berdiri dan membereskan pintu Ame merasa kurang nyaman. “Siapa namamu?” tanya wanita yang tadi dipanggil ketua oleh Hilda. Ame menatap. “Alexius Peeter.” Wanita itu mengangguk, ia kemudian mengeluarkan sebuah kartu dengan warna emas dan kartu itu bercahaya. Ame yang melihatnya harus menahan rasa kaget. Dalam pikiran Ame hanya satu hal … dunia yang menjadi tempat tinggalnya seperti dunia game, dan ia cukup terkesan akan hal tersebut. “Alexius Peeter. Kemari, dan teteskan darahmu pada kartu ini.” Ame merasa heran. “Itu untuk mengukur kemampuanmu,” balas wanita itu. Ame yang memang tidak punya pilihan lain segera maju, ia kemudian menggigit jari jempolnya, dan saat jari itu berdarah segera saja ia meneteskan darah pada kartu emas itu. Ketika darah Ame mendarat dengan sukses di atas kartu, seketika cahaya yang sangat terang dan menyilaukan membuat semua orang menutup mata. Ame yang tak mampu langsung saja tersungkur, dan seketika kertas itu berubah menjadi mendali, sangat menarik perhatian, dan Ame kaget dengan semuanya. “Luar biasa!” ketua Guild yang melihat itu langsung menelan ludahnya kasar, ia menatap kagum pada benda yang kini sedang melayang di udara. Sedangkan kedua orang asing yang ada di ruangan itu bersama dengan Ame dan sang ketua juga tak kalah kaget. Mereka bertiga kemudian menatap Ame, seakan bertanya-tanya siapa Ame sesungguhnya. “Kekuatan jiwa yang luar biasa besar dan kuat, tingkat keberuntungan yang sangat tinggi, lalu kekuatan sihir serta bertarung dan berbagai macam keahlian ada pada dirimu, Alexius Peeter.” Ketua Guild meraih benda itu, tangannya juga terlihat gemetar. Ame yang mendengar hal itu menelan ludahnya kasar. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Ketua Guild Dragonia. Ame yang mendapatkan pertanyaan itu cukup kaget. “Auramu itu sangat kuat dan berbeda.” Wanita itu segera beranjak, ia mendekati Ame, dan memerhatikannya dengan saksama. Tangannya terulur, lalu terlihat jelas kekagumannya saat menyentuh bagian pipi Ame. “Dia sangat kembut, begitu agung, oh … wajahnya sangat tampan jika dilihat dengan jarak sedekat ini!” Ame sudah sangat ketakutan dengan semua yang sang ketua lakukan padanya. Ia menatap pada pria berambut merah, dan pria itu malah menatap ke arah lain. ‘Matilah aku! Apa yang wanita ini lakukan? Kenapa dia terlihat sedang terangsang? Apa dia ingin memperkosaku?’ “Panggil aku Elianor, hanya kau yang bisa memanggil namaku. Alexius Peeter … kau sungguh T A M P A N.” Ame yang mendengar ucapan Elianor merasa ketakutan, ia kemudian mendorong wanita itu tetapi tangannya malah menyentuh benda kenyal yang ada pada d**a Elianor. “Achhh … Alexius … emsssss … kau nakal!” Ame yang mendengar wanita itu mendesah dan mengatai dirinya semakin ketakutan. Mungkin jika pria yang melakukannya dia akan rela, tapi ini … ‘Aku wanita … aku wanita … aku wanita!’ “Kau sungguh tampan!” Elianor langsung memeluk Ame, membuat wajah Ame terimpit oleh bagian dadanya yang lumayan besar. Ame memberontak, ia nyaris kehabisan napas. ‘TUHAN … SELAMATKAN ANAKMU YANG BAIK HATI INI!’ Elianor segera melepaskan Ame, dan Ame langsung saja menghirup oksigen sebanyak mungkin. Ia langsung berdiri,, menjauh dari Elianor, dan wajahnya pucat. ‘Dia wanita gila!’ Ame merasakan detak jantungnya berdetak tak karuan, ia menelan ludahnya beberapa kali. ‘Tuhan … hentikan kegilaannya. Jika Kau ingin mencabut nyawanya silakan saja. Hamba sanga rela, hamba tidak akan menghalanginya.’ Elianor segera kembali pada kursinya, ia kemudian melipat tangan di atas meja, dan menatap Ame dengan serius. “Alexius Peeter, dengarkan aku!” Ame mengangguk dengan cepat. “Kau akan berada pada kelompok yang sama dengan Code dan Deltha. Kalian bertiga akan menjalankan misi bersama, kalian juga harus bisa bekerja sama dengan baik.” Ame berpikir sejenak, bukankah kelompok tim bisa ditentukan sendiri, dan tidak perlu ditentukan oleh Ketua Guild? “Aturan di tempat ini. Pertama, semua anggota akan ditentukan olehku. Tujuannya agar kalian bisa berbaur, dan saling melengkapi. Dragon Empire memiliki banyak sekali orang yang berasal dari negeri berbeda, semuanya menjadi satu kala ada di tanah ini. Kedua, kalian memiliki semboyan. ‘Seseorang yang melanggar aturan memanglah sampah, tetapi orang yang meninggalkan temannya lebih buruk daripada sampah’. Ketiga, kalian harus selalu menjunjung tinggi rasa saling percaya, kalian juga harus saling jujur kepada satu dengan yang lain.” Elianor yang sudah selesai dengan semua ucapannya tersenyum. Ia kemudian kembali berucap, “Karena kalian baru saja menjadi seorang petualang, maka kalian memiliki gelar sebagai Elite Dragonia.” “Jadi, apa kami bisa menaikkan gelar?” tanya Deltha. Wanita itu menatap Elianor, ia perlu jawaban yang lengkap dan juga tidak membingungkan. “Ya, kalian bisa meningkatkan gelar kalian. Semua itu akan secara otomatis kalian dapatkan. Mendali yang kalian miliki akan secara otomatis mengubah gelar kalian pada papan pemberitahuan Guild Dragonia. Hal itu bisa memudahkan orang-orang yang ingin meminta jasa kalian, dan semakin tinggi gelar kalian, maka tawaran dan gaji yang kalian terima akan semakin besar.” Ame hanya bisa diam, ia mendengarkan ucapan demi ucapan yang dikeluarkan oleh Elianor dari bibirnya. Ia mengerti dengan sistem itu, karena dirinya juga memainkan beberapa game di dunianya yang dulu. “Kalian bertiga sudah terdaftar sebagai satu kelompok, dan kalian bisa mengambil mendali masing-masing.” Elianor meletakkan mendali yang sudah pasti dimiliki oleh ketiga orang itu. Mendali itu juga sudah memiliki nama masing-masing dari setiap anggota, dan memudahkan Ame, Code, dan Deltha untuk mengamankan mendali masing-masing. Setelah ketiganya mengambil mendali itu, Elianor kembali menatap mereka yang kini berdiri sejajar di hadapannya. “Kalian adalah kelompok, dan kalian sudah terikat.” Ketiganya hanya diam, apalagi saat Elianor memberikan berkat dengan serbuk yang entah apa namanya. Yang jelas bubuk itu mungkin saja sebagai tanda jika mereka bertiga memiliki hubungan. “Lihat pada pergelangan tangan kalian. Itu adalah gelang yang hanya dimiliki oleh kalian. Setiap kelompok memilikinya, dan itu juga dengan pola yang berbeda,” jelas Elianor. “Kenapa kami harus mendapatkan gelar tingkat Elite Dragonia?” tanya Code. Pria berambut merah itu sesungguhnya belum bisa menerima keputusan Elianor. “Karena kalian adalah petualang baru. Di tempat ini tidak peduli kalian sekuat apa, tetapi aturannya memang seperti itu.” Wanita itu tersenyum, ia menatap Ame, dan mengedipkan matanya. ‘Dia genit!’ maki Ame dalam hatinya. “Mulai sekarang nama tim kalian Black Revolution!” ujar Elianor dengan sangat tegas. Wanita itu bersedekap, ia kemudian duduk. “Cepat keluar, aku ingin tidur siang.” Ketiganya kemudian keluar, mereka hanya bisa pasrah dengan semua yang Elianor tentukan. Tak ada yang bisa melawan Elianor di tempat itu, bahkan Ame yang sesungguhnya seorang calon raja negeri itu tak bisa berkutik sama sekali. ‘Perjalananku akan dimulai, petualangan yang menegangkan, dan dua teman baru yang semoga saja tidak membuatku jengkel.’
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD