p*****l

1258 Words
"Ternyata Arjuna itu keponakannya bu Winda" Sarah bergabung di atas ranjang bersama Satria. "Alhamdulillah bukan orang asing" Satria mematikan tabnya. "Tapi ada yang aneh loh mas" "Apa?" "Dia nanyain Ayu, terus ekspresinya kayak suka sama Ayu gitu" "Umur dia berapa?" "17" "Jangan-jangan dia p*****l" "Ah .... masa keponakannya bu Winda p*****l" "Bisa aja kan sayang, zaman sekarang semuanya mungkin kan" "Serem ah mas." "Ya kita selidiki dulu lah kalau p*****l bahaya kan" "Beda umur Ayu sama Arjuna itukan 6 tahun, mas sama aku bedanya 7 tahun. Berarti mas p*****l juga dong?" "Sayang, aku jatuh cinta sama kamu pas umur kamu 22 tahun bukan pas kamu SD. Masa aku disebut pedofil." Satria kesal. "Iya ya... maaf deh. Mas marah ya?" "Hm" Satria menyandarkan kepalanya ke bantal. "Mas tau nggak? Kalo kata novel jaman sekarang mas tuh hot daddy." Sarah berusaha agar Satria tidak marah. "Jadi menurut kamu mas itu hot?" Satria menaikkan alisnya sambil menatap istrinya. "Yes you are. You will always be my hot guy mas" " This hot guy will give you a hot night to remember baby" □■□■□ "Bawa apa tan?" Juna melihat belanjaan tantenya yang ditaruh di meja. "Tadi adek sepupumu itu minta mampir ke toko buku, minta beli komik" Darius sepupu Juna mengambil salah satu komik dari kantung belanjaan yang ada di meja. Juna melihat judul komik itu lalu merebutnya. "Woi komik gue, kembaliin!" "Gue pinjem" "Nggak! Itu Detektif Conan edisi terbaru punya gue!" "Nanti gue ganti dua kali lipat." "Kak Juna, kembaliin" Darius teriak. Juna pergi begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Darius. Bergegas keluar rumah setengah berlari menuju sebuah rumah yang sehari sebelumnya pernah ditanyakan alamatnya pada sang tante. "Assalamualaikum" Juna berkata sambil memencet bel. "Waalaikum salam" seorang perempuan paruh baya keluar. "Ayunya ada?" "Aden siapa ya nyari non Ayu?" "Saya temennya Ayu bi, keponakannya bu Winda" Ketika nama bu Winda disebut bi Inah menganggukkan kepalanya. Bi Inah mengenal bu Winda tetangga mereka. "Masuk den, saya panggil non Ayu dulu" Juna masuk ke ruang tamu lalu melihat-lihat foto-foto yang terpampang di sana. Ia mengeluarkan ponselnya lalu memfoto salah satu foto yang menurutnya sangat menarik. Ayu berjalan menuju ruang tamu. Ayu baru saja mandi sore, ia mengenakan kaus lengan panjang dan celana panjang yang merupakan pasangan kaus nya. Arjuna menatapnya tak berkedip. Cantik. Bikin seger. Batin Arjuna Kak Juna? Hadeuh. Batin Ayu "Hai Ayu" Arjuna tersenyum lebar. "Mau apa ke sini?" Ayu menjawab ketus. "Senyum dikit napa, kamu seger banget. Abis mandi ya?" "Hm." "Galak banget. Tapi tetep cantik kok" "Nggak usah muji-muji deh. Ada apa sih ke sini?" "Mau ngasih ini" Arjuna menunjukkan komik detektif Conan yang dibawanya. "Wah komik detektif Conan yang terbaru." Mata Ayu berbinar. "Giliran liat komik aja seneng. Tadi cemberut." "Buat Ayu kak?" "Yup buat Ayu yang cantik." "Makasih kak" Ayu tampak senang. Tanpa disadari keduanya sebuah mobil memasuki rumah. Dan pemilik mobil itu kini berdiri tepat di pintu rumah. "Assalamualaikum" Suara dingin mengagetkan keduanya. "Waalaikum salam. Daddy udah pulang" Ayu menghampiri Satria lalu mencium tangan Satria. Arjuna mengikuti Ayu mencium tangan Satria. "Ayu, masuk ke dalam!" Satria memerintah dengan tegas. "Iya daddy" Ayu masuk ke dalam. Mampus gue, bokapnya Ayu galak. Arjuna gentar. "Kamu yang namanya Arjuna?" "I-iya om" Satria menatap Arjuna dari kepala hingga kaki lalu ke kepala lagi. Tipe anak populer di sekolah. Pikir Satria. "Duduk!" Arjuna duduk lalu Satria pun duduk tepat di depannya. Tatapan Satria mengintimidasi Arjuna. "Apa tujuan kamu ke sini?" "Mau ngasih Ayu komik om" "Buat apa? Saya masih mampu beliin Ayu komik. Sama tokonya juga saya bisa." "Mm... sebenernya saya pengen ketemu Ayu." Arjuna menggoyang-goyangkan satu kakinya, ia merasa tegang. "Buat apa ketemu putri saya?" "Saya... saya suka sama anak om" "Kamu tau berapa umur Ayu?" "Tau om, 11 tahun" "Umur kamu?" "17 om" "Ayu masih anak-anak. Nggak pantes anak remaja kayak kamu deketin Ayu yang masih anak-anak. Kamu ngerti?" "I-iya om." "Jangan pernah berpikir untuk melakukan hal buruk pada Ayu ataupun adik-adiknya. Saya ayah mereka, sedikit saja mereka tersakiti maka tak ada ampun untuk kamu." "Sumpah om saya nggak punya niat buruk!" "Bagus, sekarang pulang!" Arjuna berdiri lalu menundukkan badannya di depan Satria berniat menyalami Satria. "Mau apa?" "Salaman om" Arjuna mencium tangan Satria. Satria membiarkan Arjuna melakukan itu namun tatapannya tetap dingin. "Permisi Om, saya pulang dulu. Assalamualaikum." "Waalaikum salam" □■□■□ Arjuna berbaring di ranjang kakaknya. Ia menatap langit-langit apartemen kakaknya sambil menunggunya pulang. Kakaknya sedang menjalankan ko as di sebuah rumah sakit pemerintah. Orang tua mereka mendapatkan tugas negara di Kanada. Karena itu ia dititipkan sementara di rumah tante Winda. Ceklek! Suara pintu terbuka "Juna, ngelamun aja lo!" "Lo udah balik kak?" "Kan elo yang nelpon katanya ada yang penting sekalian gue mau beresin barang yang mau gue bawa. Apaan cepetan, gue nggak bisa lama nih?" "Kak, lo pernah nggak ketemu cewe terus lo ngerasa dia pasangan hidup lo?" "Wah adek gue udah gede ternyata, udah jatuh cinta." "Kak gue serius, jawab napa" "Pas gue SMA juga kayak lo, suka sama cewe." "Ini bukan sekedar suka kak tapi gue ngerasa she's the one gitu. Seseorang yang bakal jadi pendamping hidup gue selamanya." "Dalem banget lo, serius sampe kayak gitu. Bukan cuma suka doang?" "Yup, dari semua cewe yang pernah gue kenal cuma dia yang menurut gue istimewa." "Terus masalah lo dimana?" "Bokapnya galak banget" "Lo udah ketemu bokapnya?" "Gue ke rumahnya terus ketemu bokapnya. Sikapnya dingin banget terus bokapnya juga bilang kalo gue nggak pantes deketin anaknya." "Lo dianggap nggak pantes? Arjuna Hardian putra seorang Yudistira Darma Putra, dubes RI untuk Kanada yang katanya cowok paling keren di sekolah, punya banyak prestasi dianggap nggak pantes? Yang lo deketin anak siapa sih?" "Bokapnya pengusaha, nyokapnya ibu rumah tangga" "Cantik?" "Cantik banget" "Dia temen sekolah lo?" "Bukan, dia anak tetangga tante Winda" "Anak SMA mana?" "Bukan SMA" "Kuliah?" "Bukan. Hm.... masih kelas 5 SD" Bukk! Bima melempar bantal ke arah Arjuna "Pantesan aja bokapnya galak sama lo, lo deketin anaknya yang masih bocah." "Gue kan nggak bisa ngatur perasaan gue untuk suka sama siapa. Gue liat dia terus gue langsung cinta. Love at first sight kak" "Lo gila ya, jatuh cinta sama bocah ingusan. Lo p*****l ya?" "p*****l?" "Iya, pe-do-fil. Gue mau beres-beres dulu. Lo cari deh di google apa itu p*****l terus kalo lo emang ngerasa p*****l bilang gue. Lo harus berobat." "Berobat sama lo?" "Bukan dodol, sama psikiater lah gue kan dokter nggak ngurusin kejiwaan orang. Udah ah gue mau beres-beres." Arjuna membuka smartphonenya mencari tahu tentang p*****l. Arjuna membaca artikel yang didapatnya. Pedofilia adalah gangguan seksual yang berupa nafsu seksual terhadap remaja atau anak-anak di bawah usia 14 tahun. Orang yang mengidap p*******a disebut p*****l. Seseorang bisa dianggap p*****l jika usianya minimal 16 tahun. Gue p*****l? Pertanyaan itu muncul di benaknya. Lalu ia mencari info kembali di smartphonenya. Ia mencari apa saja ciri-ciri p*****l. Untuk disebut sebagai gangguan pedofilik, ada beberapa kriteria: Fantasi seks berulang. Berniat atau sudah melakukan perilaku seksual dengan anak (13 tahun ke bawah) dalam rentang waktu paling lama 6 bulan sebelum dilakukan diagnosa. Keinginan yang menyebabkan stres signifikan, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pelaku setidaknya berusia 16 tahun. Kepribadian cenderung tertutup. Pemalu, sensitif dan rentan depresi. (Wilson dan Cox, 1983) Beberapa penelitian mengenai p*******a pada pelaku kekerasan seks menyebut bahwa: para pelaku mengalami beberapa gangguan lain seperti sering cemas, minder, dan gangguan kepribadian. Gangguan pedofilik menyalurkan hasrat seksnya dengan mengintip anak kecil telanjang, melihat mereka membuka pakaian, membukakan pakaian mereka, meraba, melakukan oral seks pada anak, m********i, bahkan hingga bersetubuh. Arjuna membaca keterangan itu berulang-ulang lalu mengernyitkan dahinya. Ia berteriak lantang. "Gue bukan p*****l, yess!" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD