Katya berdiri di sisi ranjang Nathan. Menatap wajah Nathan yang pucat dengan selang infus yang menempel di tangan pria yang dicintainya itu. Wajah Nathan tampak sangat suram meski tengah terlelap. Kantung matanya membengkak dan menghitam. Bibirnya kering pucat. Katya mengembuskan napas dengan lirih. Hatinya bagaikan tersayat pisau tajam saat melihat luka di tangan Nathan yang sekarang sudah dibalut oleh perban. Wanita itu menyisir pandang ke sekitar kamar Nathan yang luas. Tatapannya lalu jatuh pada pecahan kaca yang berserakan, yang belum sempat dibersihkan oleh siapa pun karena kepalang panik saat Aras menemukan pria itu tergeletak di kamar dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Di meja tengah sofa, botol-botol wine teronggok begitu saja, dengan gelas bekas minum lelaki tersebut. “Apa

