Diratukan mertua, tapi ...

822 Words
"Mari Tandatangani Akta perceraian. Aku sudah memenuhi tugasku, bukan?" ujar Elara bernada datar serupa robot yang terprogram. Terhitung 360 hari sudah, hidup Elara Smith terbelenggu penikahan kontrak dengan konglomerat sekaligus CEO perusahaan multinasional, Casias Langford. No s3x, No string attached selama pernikahan, murni profesional peran sebagai istri boneka konglomerat terutama di depan khalayak dan keluarga besar. "Hmm, kau benar. Bersabarlah sedikit, akta cerai sedang dipersiapkan. pengacara bilang besok selesai," balas Casias tak kalah terdengar lebih datar, seolah pernikahan baginya hanya kegiatan berbelanja di sebuah supermarket, ambil barang—bayar dan lalu pergi. Padahal, tanpa Casias tahu, kebersamaan mereka selama satu tahun telah menumbuhkan benih cinta di dalam hati Elara. Untuk terakhir kalinya Elara mencoba peruntungan menguji perasaan Casias dengan mengingatkan perceraian mereka, berharap respon sebaliknya dari sang suami kontrak, yang mungkin saja memiliki perasaan yang sama. Tolong Semesta, takdirkan hati Casias untukku, batin Elara melantunkan doa. Namun, sayang, Elara harus menelan pil pahit kala Casias memberikan attitude dingin, meneruskan pekerjaan seolah tak terjadi apa-apa. Batin Elara meronta hebat, ia mati-matian menahan air matanya untuk tidak terjun. "Baiklah. Pastikan kau menganggap lunas hutang ayahku," tutur Elara dongkol. "Hmm, kau tau aku bukan pria ingkar." "Kalau begitu. Aku akan segera membereskan barang ke koper." Tubuh wanita berusia 24 tahun itu berbalik, mulai melangkah gontai seiras harapan yang sirna seketika. Namun, sebelum Elara meraih gagang pintu ruang CEO, suaminya berkata, "Kau tak perlu terburu-buru pindah, El. Kau bisa tinggal lebih lama jika kau mau." Bukannya antusias diizinkan tinggal lebih lama, Elera malah bereaksi meremat ujung kain bajunya kesal. "Tidak perlu, aku bisa menyewa hotel," lurih Elara tak ingin harga dirinya jatuh. Cukup. Hening sejenak menyeruak. Namun tak lama, Elara berucap hal di luar dugaan Casias. "Selamat karena cinta pertamamu telah kembali, Cas. Semoga kau dan dia bahagia selamanya. Selamat tinggal!" DEG! Casias terkesiap karena Elara mengetahui kebenaran cinta pertamanya yang telah kembali bersamaan berakhirnya kontrak pernikahan. Seketika, gamang dan sedikit rasa bersalah melanda hati Casias. Ruangan sejuk karena AC itu seakan menghangat sepeninggalan wanita yang sebentar lagi akan resmi ia ceraikan. Beberapa saat kemudian. Sesampainya di rumah, Elara mulai membereskan barang- barang miliknya lalu dimasukan ke dalam koper. Diiringi perasaan tersayat, sesekali matanya menatap nanar setiap sudut kamar yang menjadi tempat tidur dirinya dan Casias saat menjalani peran sebagai suami istri terutama saat mertuanya menginap. Meski hanya menjadi istri kontrak, Casias memperlakukan Elara dengan penuh hormat. Hal tersebut yang memicu perasaan Elara pada Casias semakin lama, semakin tumbuh. Bahkan satu bulan terakhir mereka terlihat kompak hingga mungkin larut dalam peran suami istri sungguhan. Namun, semenggebunya gairah yang terpantik di antara mereka, Casias sama sekali tak pernah sampai ke arah melampiaskan hubungan badan, bahkan terkesan menepis gelora membara itu. Lima hari yang lalu, sikap aneh Casias pun terjawab sudah. Elara tak sengaja mendengar percakapan Casias dengan sahabatnya, Malvin yang membahas nama seseorang. Tina Laurent, seorang supermodel yang digadang merupakan cinta pertama Casias kembali ke tanah air. Tina juga merupakan calon istri yang memilih pergi saat Casias sudah mengumumkan di depan keluarganya. Istri kontrak bersaing dengan cinta pertama, huh? Jangan mimpi, El. Sejak saat itu, Elara berhenti berharap. Sudah jelas Casias akan mengambil kesempatan karena momennya begitu pas dengan berakhirnya kontrak pernikahan dengan Elara, yang sedari awal bukanlah siapa-siapa. DRRTT! Lamunan Elara mendadak tersadar oleh getar ponsel miliknya di atas nakas. Rupanya mama mertua, Silvia Langford menghubunginya. Elara lantas mengatur napas agar terdengar normal. "Halo, Ma." Elara menjawab dengan lembut panggilan tersebut. "Ela sayang. Apa kabar, Nak?" "Aku baik, Ma. Bagaimana denganmu dan papa?" "Kami berdua baik, Sayang." Sejenak, keduanya larut dalam obrolan akrab ala menantu dan mertua. Sampai tibalah saat Silvia menyinggung sebuah acara. "El, kau sudah bersiap untuk ke Mansion, kan?" "Ke Mansion?" "Astaga, pasti Casias lupa memberitahumu. Papa mertuamu akan mengadakan pesta ulang tahun. Dasar si mabuk kerja!" oceh Silvia kesal yang ditujukan pada putranya. Elara pun terdiam sejenak. Hatinya bertambah sesak kala nyatanya Casius tidak mengatakan adanta agenda penting keluarga besar karena mungkin kontrak mereka akan berahir, pikirnya. "El?" seru Silvia membuyarkan lamuna Elara. "Ya?" "Aku rindu masakanmu, apa bisa kau duluan saja ke sini minta di antar supir? Aku yang akan izin pada Casias, hmm?" Beruntungnya Elara. Tak seperti mitos buruk tentang mertua yang kerap bersikap semena-mena terhadap menantu, mertua konglomerat Elara sangat menyayanginya. Air mata Elara pun luruh tanpa dapat dibendung, bagaimana Silvia tahu bahwa besok, bahkan sebelum ulang tahun ayah mertua lusa, Elara bukanlah berstatus menantunya lagi. Tak ingin kentara, Elara dengan cepat menghapus air matanya yang jatuh tadi. Ia lantas mencoba mencairkan suasana dengan gurauan. "Hanya rindu masakanku saja, kah?" Tawa Silvia pun pecah di ujung telepon, "Tentu tidak, El. Aku dan kita semua merindukammu di sini. Kami berpikir kau kesepian karena aku tau Casias pasti sibuk sekali." Hati Elara semakin tersengat, jiwanya meronta hebat. Saat ia diratukan oleh mertua, statusnya hanyalah menantu firguran alias menantu kontrak. Bagaimana mungkin aku datang ke pesta papa mertua, Ma? Sedangkan mulai besok aku secara resmi bukan menantu kalian lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD