Cinta Pertama Suami

922 Words
"Baik, Ma, akan kubicarakan nanti dengan Casias." Silvia tedengar mendengkus kesal. "Aku juga akan langsung menelpon anak itu karena lalai tidak memberitahumu. Sampai berjumpa, El. Jaga kesehatanmu, Sayang." Bukan lalai, Ma. Itu karena kami akan segera resmi berpisah dan aku sudah tidak berguna lagi di hidup putramu, batin Elara sesak. "Baik, Ma. Kau juga jaga kesehatan, ya." Tangan Elara yang menggenggam ponsel sontak terkulai bersamaan dengan panggilan telpon yang berakhir. Sudah sejak awal mertuanya menyambut dan memperlakukan Elara dengan baik, layaknya menantu sungguhan mereka. Dad*nya sesak mengingat ia dan Casias akan langsung mengumumkan perceraian sesuai isi salah satu perjanjian kontrak. "Aku harus protes dulu pada Casias karena dia tidak bilang mengenai pesta papa mertua. Jika perlu besok aku kesana setelah menandantangi akta cerai," gumam Elara. Wanita berparas blasteran khas timur tengah itu segera mengusir kesedihan dan angan semu dengan kembali membereskan barang-barangnya. Meski banyak barang pemberian Casias dan suaminya, Elara sama sekali tidak berniat membawanya. Mulai dari baju, sepatu, perhiasan maupun barang branded lainnya masih tertata rapi di sebuah ruang wardrobe mewah di dalam kamar. Elara menganggap bahwa semua hanya properti pemanis saat melakukan sandiwara menjadi istri konglomerat. Elara hanya membawa beberapa potong baju yang pernah ia bawa saat pertama kali menginjakan kaki di rumah mewah itu. "Selamat tinggal semua. Terima kasih kalian telah mempercantik diriku saat aku berperan sebagai cinderela. Sayangnya ... kini mimpi itu telah berakhir," gumam sumbang Elara seraya menatap kosong ke arah barang-barang mewah tersebut. "Nyonya ... maaf mengganggu. Bahan masakan yang Anda minta sudah ada di dapur—" Ucapan asisten rumah tangga bernama Gloria terhenti kala melihat koper besar kokoh berdiri di samping Elara. "Koper besar itu ...." Kedua mata Gloria bergetar seraya berkaca-kaca. Entah mengapa ia memiliki firasat buruk. "Nyonya mau kemana?" tanya Gloria terdengar lirih. "Aku—" Beberapa saat kemudian. Tangisan Gloria pecah kala Elara mengungkapkan jika akan pindah karena dirinya dan Casius akan segera bercerai. Elara pun meminta dengan sangat pada Gloria untuk tidak menyebarkan rumor pada siapapun. "Jangan berpisah, Nyonya. Semua masalah pasti bisa dibicarakan dengan kepala dingin. Aku sudah melayani Tuan Casias sejak lama. Meski terkesan dingin, Tuan sangat peduli dan mencintai Nyonya Elara." Gloria kerap memohon berkali-kali agar Elara tak bercerai. Cinta? Ch ... Casius hanya mencintai cinta pertamanya. Tina, batin Elara pilu. Di sisi lain, pernikahannya dengan Casias tidak sesederhana yang terlihat di permukaan. Hanya mereka berdua yang mengetahui perjanjian kontrak pernikahan. "Gloria. Terkadang, hubungan berakhir bukan karena kesalahpahaman atau lainnya. Ada hal yang rumit dan tidak bisa kita selesaikan. Begitulah kira-kira aku dan Casiaa." Elara mengusap pundak asisten rumah tangga bertubuh cukup gempal. "Jagalah Casias untukku, Glo. Tolong perhatikan jam makan dan juga makanan kesukaannya yang telah kutulis di papan dinding dekat kulkas. Dia sering lupa waktu saat sibuk," pesan terakhir Elara pada Gloria. "Hiks, masakanku tidak akan pernah sama sepertimu, Nyonya. Kau adalah cheff terbaik bahkan Nyonya dan keluarga Langford mengakuinya." Sayangnya, meski dipuji dan diminta tetap tinggal oleh Gloria, Elara tetap pada pendiriannya. Ia tetap pamit pada Gloria dan memutuskan untuk pergi malam itu setelah memasak masakan terakhir kesukaan Casias, pria yang akan segera menjadi mantan suaminya. *** Mobil Casias di parkir sembarang di perkarangan rumah mewahnya. Hati dan langkahnya seakann tergesa ingin segera masuk ke dalam rumah, menemui Elara. "El, aku pulang." Seperti biasa, Casias mengendurkan dari dan dan melempar jas. Namun, bukan sahutan Elara, melainkan hening yang menyeruak dingin. Seketika, Casias tercenung. Ia hampir lupa bahwa tadi siang Elara telah pamit. Casias memang tidak memiliki perasaan khusus pada istri kontraknya, bahkan sudah setahun berlalu semenjak pernikahan kontrak mereka. Meski begitu, semakin hari, ia menyadari bahwa Elara partner tebaik pemeran istri kontrak yang ia butuhkan. Casias hanya belum terbiasa saja. Tak ingin larut dalam pikiran dalam karena memang bukan style-nya, ia lantas menuju kamar Elara, berharap wanita yang masih terikat pernikahan sah denganya itu mungkin masih di sana. "El?" Namun, hening yang kembali menyambut Casias. Kamar Elara tertata rapi tak berpenghuni. Casias lantas memeriksa wardrobe. Ia menyalakan lampu ruangan tersebut dan penampakan barang-barang mewah, baju, sepatu dan aksesoris milik Elara masih terpajang rapi. Untuk sesaaat, ia merasa lega. Mungkin saja Elara belum pulang. Namun, tak lama, ia merasa seolah ada yang janggal. Terutama saat matanya menangkap beberapa kotak hadiah masih tersusun rapi. Casias mendekat dan memeriksanya. Ia ingat betul jika kotak-kotak tersebut merupakan hadiah barang branded dari toko langganan keluarga langford yang diberika kepada Elara selama menikah dan menjadi menantu Langford. Tak hanya dari Casias, hadiah melimpah untul Elara berasal dari mertua dan keluarga besar Casias yang menyayangi tulus Elara. Casias dengan tergesa memeriksa setiap kotak yang ternyata benda di dalamnya masih utuh. Tak lama, ia teringat sebuah perkataan Elara bahwa istri kontraknya hanya menaruh barang miliknya di satu lemari yang tepat berada di dekat nks aksesori. Betapa terkejutnya saat Casias membuka lemari yang Elara maksud. Isi lemari kosong, tidak ada barang satupun tersisa di sana. Jadi ... dia benar-benar pergi? "Casias ...." Saat teretegun, suara lembut wanita memanggil nama Casias. Tubuh atletis pria berusia 27 tahun itu pun berbalik dan membalas spontan. "Kau kembali—" Ujaran Casias terhenti kala sosok yang ia kira Elara nyatanya wanita lain. "Yes, Cas. Aku kembali." Tina Laurent, sosok cinta pertama Casias itu hadir dengan senyuman manis nan mempesona. Tubuh proforsional nan seksi khas model berlari memeluk Casias. Sosok yang dulu kerap Casias rindukan. Namun, tidak kali ini. Lebih tepatnya rasa kecewa yang hadir. Cuplikan selanjutnya ... "Kau harus melepaskan dirimu, El. Suamimu mungkin sedang bercinta dengan model itu. Ayo kita menggila malam ini!" seru sahabat Elara bernama Falisha di tengah hingar bingar Club malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD