Personal chat, Gracio Arga - Clareta Victoria
Gracio Arga : Cla
Gracio Arga : Udah siap marahnya?
Gracio Arga : Ayok ketemu
Gracio Arga : Ke apart ya
Clara hanya membaca pesan dari Arga.
Gracio Arga : Cla, jawab please.
Clareta Victoria : Apa lagi Ga
Gracio Arga : Ayo ngomong
Clareta Victoria : Apa lagi yang mau diomongin
Gracio Arga : Cla
Clareta Victoria : Percuma Ga, lo gak mau perjuangin hubungan kita kan. Lo bilang hasil nya gak mungkin untuk kita, jadi gua udah nerima perjodohan dari mama.
Gracio Arga : Cla ngomong langsung ya. Ayok ketemu.
Clareta Victoria : Lo mau gua ngemis ngemis lagi sama lo
Gracio Arga : Clara
Clareta Victoria : Udah ya gua ngantuk.
Gua capek berdebat. Bye.
Clara menutup jendela ponselnya tanpa menunggu balasan dari Arga. Clara menghela nafas berat saat melihat wallpaper nya bersama Arga, tanpa sadar setetes air mata turun di pipi putih Clara.
"Kalau lo emang sayang, lo gak akan bertele-tele Ga. Lo pasti perjuangin gua."
Suara ketukan pintu menarik atensi Clara dari ponselnya. Clara berdeham pelan sebelum berteriak mempersilakan orang yang mengetuk pintu masuk. Clara hanya diam saat melihat Dheera muncul dari balik pintu dengan berhati-hati.
"Clara," panggil Dheera dengan nada lembut.
"Kenapa Dhee?" tanya Clara.
Dheera menghampiri Clara dan langsung meluk Clara yang duduk di tempat tidurnya.
"Maafin Dheera," pinta Dheera.
"Kenapa lo? Kok minta maaf sama gua?" tanya Clara bingung.
"Dheera tau Clara masih sayang sama arga, harusnya Dheera gk dukung mama. Harusnya Dheera dukung Clara," ujar Dheera dengan wajah sedih.
"Uluh, uluh, adek gua ini gemesin banget sih," ujar Clara mencubit gemas kedua pipi Dheera.
"Clara," rengek Dheera.
"Gak papa Dhee, kan gua juga udah nerima," ujar Clara mengelus lengan Dheera lembut.
"Tapi ... "
"Udah deh gak usah dipikirin. Lo pikirin nih ponakan gua, jangan sampai kurang gizi 0.0001%."
"Kalau itu, Clara tenang aja. Ada ken yg ngurus gizinya."
Clara tertawa renyah mendengar Dheera yang bangga akan perhatian Ken.
"Ada gitu ya suami yang ngurusi gizi istri. Tapi bukannya itu tugas istri ya?" tanya Clara.
"Bukan Dheera yg minta, Ken yang mau," ujar Dheera lagi.
"Iya, iya."
"Thanks Dhee, walaupun lo ngeselin gua senang punya adek kayak lo," batin Clara
°°°°°
Ken mengernyit bingung saat ponselnya menampilkan Arga sebagai penelpon nya. "Apa?" tanya Ken begitu mengangkat telpon Arga.
"Wuhhuu santai bos qu, ketularan juteknya Dheera nih."
"Kenapa lo nelpon gua?" tanya Ken lagi.
"Gua mau minta tolong," ujar Arga to the point.
"Soal?"
"Clara. Gua mau ngomong sama dia."
"Ngomong soal apa?" tanya Ken. "Bukannya kalian udah putus?" tanya Ken lagi memastikan.
"Gua belum iyain."
"Lo sebenarnya gimana sama Clara? Sebelumnya gua mau bilang gua tau ini bukan urusan gua. Tapi gimana pun Clara kakak nya Dheera dan udah jadi bagian keluarga gua juga."
"Panjang bener penjelasan."
"Gua blum selesai b*****t!"
"Oke, lanjutin."
"Gua gak mau kalian putus gitu aja."
Arga terdiam sejenak, ditempatnya Arga menyeringai. "Gua juga gak mau," jujur Arga.
"Kalau lo gak mau, kenapa lo gak perjuangin?"
"Gmana gua mau perjuangin, belum pun gua tau masalah itu. Nyokapnya udah nemuin gua duluan nyuruh putus."
"Haaa? Mama?"
Arga bergumam singkat.
"Cerita full version!"
"Males gua, gua persingkat aja ya."
"Anjir lo! Cerita setengah-setengah," kesal Ken.
"Mending daripada enggak kan?"
"Dih gak gua bantu lo!"
"Jahat lo sama temen
"Buruan jelasin! Mama ngomong apa sama lo."
"Sebenernya gua sama Clara, backstreet dari dulu. Dari dulu sampai 4 tahun yang lalu. Setelah Dheera masuk rs, nyokap nya mulai tau hubungan gua sma Clara."
"Kalian udah selama itu pacaran?"
"Putus nyambung, gua sama Clara sering putus karna maslah backstreet ini."
"Dasar anak labil. Terus kali ini kalian putus karna apa?"
"Nyokapnya Clara ngelarang seperti biasa. Menurut orang tuanya gua bawa pengaruh buruk buat Clara."
"Kalau di fikir-fikir, apa yang dibilang Mama bener juga sih."
"Ken!"
"Terus gimana?" tanya Ken sembari terkekeh kecil.
"Nyokap nya gak mau gua ngasih makan anaknya dari hasil bar."
Ken diam.
"Jadi lo sama dia gimana sekarang?"
"Gua sayang sama dia."
"Jadi lo gimana? Mau diam aja atau mau perjuangin
"Gua gak tau."
"Kalau lo nya aja gak tau, gua apalagi Ga. Itu hidup lo, lo harus lebih tau apa yang mau lo jalanin."
"Hmm, tapi gua mau saran dari lo."
"Yang gua liat ni ya, Clara gak terima dijodohin. Tapi lo nya gk mau perjuangin dia, mau gak mau di nurutin kata mama."
Arga menghela nafas panjang.
"Kalau lo jadi gua dan Dheera yang jadi Clara, lo gimana?"
"Kalau gua diposisi lo. Gua ... kalau itu Dheera, gua bakal perjuangin sampai mati sekalipun. Kalau itu Dheera, gua gak akan lepasin gitu aja. Dia hidup gua, ya walaupun gua gak mati kalau gak ada dia."
Arga memekik keras membuat Ken kaget. "Anjir kaget gua setan! Kenapa lo tiba-tiba teriak?" pekik Ken balik.
"Nelpon lo bikin gua makin bingung!"
"Ya udah gua matiin ya."
"Jangan dulu, gua belum selesai cerita."
"Dheera mau tidur, gua mau nemenin dia dulu."
"Tapi Ken ... " ucapan Arga terpotong karna sambungan telponnya terputus sepihak. "Elah gua blum siap cerita juga, susah emang kalau curhat sama orang yang bucin," sambung Arga mencerca Ken.
Bersambung...