Dheera turun seraya mengucek matanya berkali-kali guna menghampiri Ken yang berada dibawah. Ken sedang membuat segelas s**u untuk Dheera. Karna Dheera hamil itu super malas, jangan kan beres beres mandi aja males. Jadi semua pekerjaan di rumah di kerjakan oleh pembantu rumah tangga, kecuali buat makan dan s**u Dheera. Untuk s**u hamil dan makan Dheera adalah permintaan Ken, bukan Dheera yang memintanya dengan alasan ngidam.
"Yang," teriak Dheera dari ujung tangga.
"Di dapur Dhee."
Dheera berjalan ke arah dapur sembari melihat sekelilingnya. "Clara mana Ken?" tanya Dheera.
"Masih tidur kali, gua gak ada liat dia dari tadi."
Dheera menatap sekelilingnya dengan wajah berpikir keras.
"Kenapa nyari Clara? Kalau mau debat lagi, jangan sekarang, nanti aja tunggu gua pergi kerja."
"Kamu hari ini kerja?" tanya Dheera menoleh pada Ken.
Ken hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Yahhh Dheera tinggal sendiri," sedih Dheera menatap Ken.
"Kan ada bibik Dhee, ada Clara juga."
"Tapi gak ada kamu," sedih Dheera lagi.
Ken mendekat pada Dheera dan mengelus punca kepala Dheera lembut. "Bentar doang kan kerjanya," ujar Ken lembut.
"Tetep aja ... "
"Gak boleh gitu Dhee," tegur Dheera.
Dheera diam menatap Ken sedih.
"Tadi kenapa nyari Clara?" tanya Ken mencoba mengalihkan fokus pembicaraannya dnegan Dheera.
"Oh iya! Tadi kan papa nelpon Dheera. Katanya disuruh makan di rumah, mau makan malam keluarga gitu. Kamu bisa kan?"
"Makan malam kan?"
Dheera mengangguk cepat.
"Bisa kok."
Dheera tersenyum lebar pada Ken. "Terus ini Clara mana?" tanya Dheera untuk yang kesekian kalinya.
"Gak tau Dhee, gua bukan orang tuanya."
"Dheera cari ke kamarnya ya tapi kamarnya yang mana?" tanya Dheera bingung.
"Gak tau, gua gak nganter dia ke kamar."
Dheera menatap Ken dengan tatapan tajam. "Awas aja kamu nganter Clara ke kamar! Dheera potong nanti!" ujar Dheera tegas.
"Apanya?"
"Apa aja yang bisa Dheera potong!" ujar Dheera menatap benda pusaka Ken.
Ken berdeham pelan. "Mata Dheera," tegur Ken.
Dheera mendongakkan kepalanya menatap Ken dengan tatapan yang tidak melunak. Ken mengusap wajah Dheera lembut. "Jangan seram gitu."
"Biarin, biar kamu gak macem-macem!"
Ken mengangguk singkat sembari terkekeh pelan.
"Ini minum susunya," ujar Ken menyodorkan gelas yang berisi s**u hamil Dheera.
"Nanti deh, Dheera mau cari Clara dulu."
"Itu Clara di belakang."
Dheera menoleh ke belakang, di sana sudah ada Clara yang menatap Dheera sembari menggelengkan kepalanya. "Serem juga lo, main potong-potong. Dikata buah apa dipotong," ujar Clara.
"Biarin! Punya Dheera juga, awas aja Clara berani deketin!" cerca Dheera dengan nada tegas.
"Gak gila gue, ngedeketin suami adek sendiri. Tadi ngomong apa soal papa?" tanya Clara mengalihkan obrolan yang berisi ancaman.
"Papa nyuruh pulang ke rumah buat makan malam keluarga," ujar Dheera menjelaskan.
"Gue gak ikut."
"Ihhh kata papa kan keluarga, berarti Clara harus ikut."
"Malas Dhee, udah tau apa yang dibahas."
"Apa?" tanya Dheera cepat.
"Males gua ngomongin itu."
"Ihhh Clara apa?"
"Pikir sendiri."
"Males. Dheera itu malas banget buat mikir Cla, untung Ken nyuruh Dheera berhenti kuliah jadi Dheera gak susah-susah buat berusaha mikir."
Clara memutar matanya malas.
"Kasih tau aja Cla apa yang mau dibahas," tanya Dheera lagi.
"Tau ahh," ujar Clara pergi meninggalkan Dheera dan Ken.
Dheera mengendus kesal karna ditinggalkan begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.
"Udah siap debatnya?" tanya Ken menatap Dheera malas.
Dheera mendekat pada Ken dan memeluk tubuh Ken dengan wajah sedihnya. "Clara jahat," adu Dheera.
"Jahat apa? Perasaan Clara gak ngapa-ngapain lah."
"Kok bela Clara?!" pekik Dheera tak terima.
"Gak bela Dhee, tap ... "
"Kan Dheera penasaran apa yang mau diomongin nanti." potong Dheera cepat.
"Coba pikirin dulu, baru marah-marah."
"Dheera itu malas Ken."
"Budayakan lah malas itu ya."
"Kok marah-marah?"
"Gak marah-marah Dheera."
Dheera memanyunkan bibirnya. "Tapi kamu tau gak apa yang bakal diomongin nanti?" tanya Dheera.
"Tau."
"Apa?" tanya Dheera bersemangat
"Gak niat buat mikir Dhee?"
Dheera menggelengkan kepalanya.
"Ya udah minum s**u dulu, biar pinter," ujar Ken menyodorkan segelas s**u.
"Mana ngaruh, itukan s**u buat ibu hamil bukan buat bikin pintar."
"Minum dulu, nanti gua kasih tau."
"Beneran?"
Ken mengangguk. Dheera mengambil gelas yang disodorkan Ken dan meneguknya perlahan. Dheera langsung menatap Ken begitu selesai meneguk susunya.
"Apa yang nanti diomongin?"
"Nafas dulu elah, baru selesai minum langsung ngoceh."
"Buruan Ken."
"Perjodohan Clara lah."
Dheera mengangguk-angguk mengerti. "Aahhh, iya, iya. Pantesan Clara gak mau ikut ke rumah Mama," ujar Dheera dengan wajah polos.
Ken memutar matanya malas. "Gua gak dengar, gua pake headset. Kalau gak ngakuin istri dosa gak ya?" batin Ken.
"Tapi kan Clara harus ikut."
"Bilang ke Clara, kalau lo bilang ke gua percuma, gua buk ... "
"Dheera gak ada bilang kamu siapa-siapanya Clara!"
"Iya, iya. Nanti, habis ini lo coba bujuk dia. Gak usah banyak debat, kasihan anak gua kalau harus dengarin mami nya berdebat terus."
"Kamu gak kasihan sama mulut Dheera? Padahal kan mulut Dheera capek berdebat."
"Capek tapi kerjaan lo ngoceh mulu."
"Kamu juga ngoceh, Dheera ngomong pasti ada aja jawaban kamu," ujar Dheera tak mau kalah.
Ken mengelus perut Dheera lembut. "Nanti kalau udah lahir, jangan kayak mami ya nak. ngoceh terus mulutnya," ujar Ken.
Dheera menatap Ken dengan tatapan tajam dengan bibir yang manyun seperti biasa. Ken mengecup bibir manyun Dheera membuat pipi Dheera merona merah.
"Dheera malu," ujar Dheera manja.
Ken terkekeh singkat melihat ekspresi Dheera. "Ini dimakan sarapannya, gua pergi ya," pamit Ken.
Dheera mengangguk singkat, bibirnya kembali tersenyum saat Ken menunduk dan mengecup perutnya. "Daddy pergi kerja ya sayang, jagain mami ya," ujar Ken tulus dalam hati.
"Maminya enggak di cium?" tanya Dheera menatap Ken.
"Gak malu lagi?" tanya Ken sembari berdiri menatap Dheera.
Dheera menggeleng cepat.
"Dasar."
"Apa?"
"Gak papa." ujar Ken. Ken mendekat pada Dheera dan mencium kening Dheera lama. "Gua pergi ya," pamit Ken.
"Hmm, cepat pulang ya. Awas aja kalau lama."
"Apa mau diapain kali ini?"
"Ada deh, rahasia. Nanti kalau kamu tau gak seru."
"Serah elo deh, pergi ya."
Ken pergi setelah mendapat iya dari Dheera untuk yang kedua kalinya. Dheera menatap piring yang berisi makanannya dan mulai memakannya. Dari sudut yang berbeda, Clara menatap Dheera dan Ken dengan segala kemesraan mereka.
"Gua takut gak bisa kyak gitu, gua gak tau siapa org yang dijodohin sama gua. Gak tau gua bakal terima dia apa enggak." ujar Clara menghela nafas panjang. "Andai lo mau ngertiin gua Arga, andai lo mau perjuangin gua." sambung Clara lagi.
Bersambung...