Akhir Sedih

1202 Words
Caius tidak merasa salah, dan malah tertawa melihat sikap polos itu. "Apa kau benar-benar kekasih Raven? Biasanya dia memilih wanita yang berada dalam sisi dewasa. Seharusnya ciuman di tangan tidak mengejutkanmu." Ellie bisa merasakan rasa hangat mengalir ke atas karena dia mulai marah. "Aku bukan kekasih Raven!" bentaknya. "Oh? Tapi.." Caius memandang ruang yang tadi ditunjuk Ellie. Dia salah paham, mengira kekasih yang disebut Ellie berada di dalam sana adalah Raven. "Lonan? Kau kekasih Lonan? Hoo... Kau lebih cocok untuk Lonan. Dia selalu menyukai gadis mungil dan polos." Siapapun Caius itu, Ellie membencinya. Tubuhnya memang mungil, tapi dia gadis dewasa berumur 24. Tapi Caius menebak dengan tepat, karena Ellie bisa dikatakan polos dalam hal percintaan. Diusianya yang kedua puluh empat, Ellie masih mempertahankan status perawan. Bukan kesengajaan, tapi perjuangannya untuk belajar dan bekerja tidak pernah menyisakan waktu untuk bersenang- senang. Bahkan Lonan juga belum menyentuhnya lebih jauh, mereka hanya sekedar berciuman dan b******u. Kali ini bukan seratus persen salah Ellie, Lonan juga ikut andil. Lonan sama sibuknya dengan Ellie. Dia sering berkeliling Eropa untuk mengurus pekerjaan di samping kuliah. "Well.. karena kau milik Lonan, maka aku tidak tertarik. Selamat tinggal gadis manis." Caius mencoba untuk mengelus pipi Ellie, tapi Ellie berhasil menepis tangan itu sebelum terlambat. "Fierce! Kau ternyata lumayan." Dengan tawa menyebalkan, Caius meninggalkan Ellie. "Maaf Miss Harken. Mr. Wycliff menunggu anda." Baru saja Ellie hendak menarik nafas lega karena terlepas dari pengalaman menyebalkan, salah satu pelayan mendekatinya. Dia menunjuk ruang tempat Lonan berada. "Terima kasih." Setelah mengangguk sopan, pelayan itu mengantar Ellie sampai di depan pintu tempat Lonan berada. Selama berjalan, Ellie mulai bertanya-tanya apa yang terjadi. Tadi Lonan berjanji akan kembali keluar. "Mr. Wycliff. Miss Harken sudah datang." Gumaman tidak jelas menyahut dari dalam, pelayan itu lalu membuka pintu. "Silahkan masuk, Miss." Baru berjarak sekitar dua meter dari pintu, Ellie menghentikan langkah, sadar jika pria yang menunggunya bukan Lonan, tapi Raven. "Di mana Lonan?" tanya Ellie. Tetapi Raven hanya memberi jawaban dengan tatapan tajam. Dia lalu beranjak mendekatinya. Tanpa disadari Ellie, kakinya mundur dua langkah. Raven terlihat sangat mengintimidasi, padahal ukuran tubuhnya tidak jauh berbeda dengan Lonan. "Berapa uang yang kau inginkan?" tanyanya, tanpa berkedip pertanda keseriusan. "Ap...apa maksudmu?" Ellie sebenarnya sudah mengerti apa yang dibicarakan Raven. Tapi dia berharap telinganya salah mendengar. Hal ini yang sejak tadi ditakutkannya semenjak Raven menatapnya dengan penuh penilaian. "Apa kau masih ingin menikmati permainan menjadi Cinderella ini lebih lama lagi? Atau mungkin kau berencana menempel seumur hidup pada Lonan? Seperti lintah yang haus darah. Tinggalkan Lonan, aku akan memberi berapapun jumlah uang yang kau minta." Ellie sudah sangat ingin menangis mendengar tuduhan Raven. Dia berhasil menyerang titik rawan Ellie dengan tepat. Dia memang merasa menjadi Cinderella hari ini, dengan segala gaun dan perhiasan malah yang menempel di tubuhnya. Tapi dongengnya tidak akan berakhir indah. Pria yang berdiri di hadapannya itu, berusaha memastikannya. Dengan suara bergetar Ellie mencoba melawan. "Aku tidak serendah apa yang kau tuduhkan! Aku mencintai Lonan." "Ha..ha..ha.. Cinta?" Tawa Raven terdengar sumbang dan menyakitkan. Perlahan air mata Ellie turun, tapi dia cepat-cepat menghapusnya. "Tidak ada gadis yang mendekati Wycliff dengan cinta." Suara Raven bahkan terdengar lebih dingin dari sebelumnya. "AKU MENCINTAI LONAN! Dan aku tidak butuh uangmu! Permisi" Setelah menyerukan kemarahan, Ellie berbalik menuju pintu. Menurutnya tidak akan berguna meneruskan perbincangan menyiksa ini. "Ahh...!" Tubuhnya limbung, saat tiba-tiba tangannya merasakan tarikan yang cukup kuat. Ellie sudah bersiap terjerembab ke lantai, tapi ternyata ada yang menyambar perutnya. Punggungnya menabrak tubuh liat, yang terasa keras. Belum sempat mengambil nafas, Raven memutar tubuh Ellie menghadapnya. "Aku belum bilang kau boleh pergi." Raven nyaris berbisik saat mengucapkannya, karena jarak mereka memang sangat dekat. Seluruh tubuh Ellie meremang, saat mendengar suara itu. "Lepaskan aku!" Ellie berusaha mendorong Raven menjauh, tapi tenaganya hanya terasa seperti tiupan angin sepoi-sepoi bagi Raven. "Kau ternyata cukup menarik." Raven menarik dagu Ellie ke atas, mempersempit jarak wajah mereka. Ellie sudah ingin menepis tangan itu, tapi tatapan mata gelap Raven seolah melumpuhkan tangannya. "Kau mencintai Lonan? Baiklah, buktikan cintamu sekarang." Dan otak Ellie membeku, saat bibir Raven tiba-tiba mendarat sempurna di bibirnya. Raven dengan rakus melumat seluruh bibir mungil Ellie. Menjelajah setiap sudutnya, tanpa memberi kesempatan pada Ellie untuk mengambil napas. Rasa hangat mulai menjalar ke seluruh tubuh Ellie, saat tangan Raven yang tidak tinggal diam, mulai mengembara ke punggungnya, terus membelai pelan, turun ke pinggang. Ellie mencoba bernapas, tapi bibir Raven tidak memberinya kesempatan. Saat lidah Raven mulai mengambil alih, Ellie tidak kuasa lagi menahan desahan. "Cinta omong kosong. Kau bahkan tidak menolakku. Atau kau berpikir Wycliff mana saja tidak menjadi masalah?" Desahan Ellie seolah menghancurkan mantra ajaib yang melingkupi mereka. Suara Raven memecahkan gelembung hangat yang melingkupi Ellie, melemparnya dalam badai salju dingin yang kejam. "KURANG AJAR!" Tangan Ellie terangkat, tapi Raven dengan mudah menangkap tangan itu, lalu menarik Ellie mendekat kembali. "Kau menikmatinya, Manis. Aku bisa merasakan hangat nafsu saat kau menggeliat dalam pelukanku tadi. Dan jujur, aku juga menikmatinya." Tanpa permisi, untuk kedua kalinya, Raven melumat bibir Ellie. Kali ini bahkan dengan lebih intense. "EL?!" Pekikan lain terdengar, keras dan murka. "Apa yang kau lakukan? Apa karena Raven kau terlihat gundah malam ini!" Lonan berdiri di pintu dengan mata melotot. Raven sendiri hanya berdiri dengan wajah datar, setelah melepas tubuh Ellie. Dia tidak berusaha menjelaskan apapun. Berbeda dengan Ellie yang sudah pucat dan menggeleng dengan mata berlinang. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan..Aku..." Tapi Ellie lalu terdiam. Dalam hati, merasa bersalah. Raven benar, dia menikmati cumbuan itu. Dengan mudahnya menyerah. "Dan aku sempat mengira kau berbeda dengan perempuan lain!" Tanpa menoleh lagi, Lonan keluar sambil membanting pintu. Meninggalkan Ellie yang jatuh terduduk sambil menutup wajah yang bersimbah air mata. "Apa kau ingin melanjutkannya?" Raven berjongkok di depan Ellie, sambil tersenyum puas. Tujuannya telah tercapai, dia berhasil memisahkan Ellie dan Lonan. PLAKK! Kali ini tamparan Ellie tepat sasaran. Pipi Raven memerah. "Kalian orang kaya memang menjijikkan! Apa kau begitu menikmati kegiatan menyiksa orang lain?" Ellie bangkit, lalu menyambar vas bunga yang ada di atas meja. BYUR! Dia menyiramkan seluruh air yang ada di dalam vas ke tubuh Raven. Air itu dengan telak menyiram wajah Raven, karena posisinya belum berdiri sempurna. Ellie lalu membanting vas itu ke lantai. "Dasar laki-laki b******k yang sombong! Selama ini kau mungkin terbiasa mendapat segala yang kau mau, tapi ada sesuatu di dunia ini yang tak bisa kau beli dengan uang. Bawa seluruh uangmu ke neraka sana!" Ellie menarik putus kalung, dan juga seluruh perhiasan yang ada di tubuhnya, lalu melemparnya ke lantai. Ellie bisa merasakan daun telinganya pedih dan basah. Sobek mungkin, karena dia merenggut antingnya dengan kasar Jika bisa, Ellie juga ingin melepas gaun pemberian Lonan, tapi itu adalah perbuatan nekat yang bodoh. Maka Ellie melepas sepatu indah yang baru dilihatnya tadi siang, lalu juga melemparnya ke tubuh Raven. Sepatu itu melenting jauh, saat Raven menepisnya. "Ambil itu kembali. Aku juga tidak sudi menjadi Cinderella." Dengan nafas memburu, Ellie berlari keluar. Mimpinya sudah selesai. Seharusnya dia mengikuti kata hatinya untuk berbalik pergi, saat melihat kemegahan rumah ini. Dunia itu bukan untuknya. Dan mulai hari ini dia juga tidak akan sudi melirik ke dunia itu lagi. Ellie lebih memilih untuk menjadi gadis penjual korek api dari pada Cinderella, jika semua pangeran hidup dalam dunia yang mengerikan dan bertindak seperti Raven. LIMA TAHUN KEMUDIAN
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD