Rudolf terbangun lebih dulu, beranjak dari tempat tidur dengan hati-hati dan berharap Alena tidak ikut terbangun. Ponselnya telah berkedip-kedip, Rudolf menyambar ponselnya di atas nakas kemudian celana piyamanya sebelum benar-benar beranjak dari balik selimut, meninggalkan tubuh Alena yang meringkuk. Alena tampak begitu cantik dengan rambut coklat yang tersebar di atas permukaan bantal. Kulit putihnya tertimpa sinar matahari pagi yang menyelinap masuk dari balik tirai yang tak sepenuhnya tertutup. Rudolf memandangi wajah Alena cukup lama, menatap dengan perasaan kagum, takjub dan cinta. Meyakinkan dirinya jika ia telah menikahi wanita pujaanya. Dan kini, mereka saling memiliki. Rudolf berjalan keluar kamar menuju dapur sambil membuka ponselnya, membaca setiap pesan yang masuk satu per

