Rudolf melemparkan kunci kamar president suite ke atas meja dan berjalan mendekat ke arah ranjang, menemukan wanita pujaannya yang tertidur sambil memeluk guling begitu erat dengan setengah telungkup. Selimut menempel di pinggulnya, membuat punggung dan lengannya yang ramping dan mulus terpampang jelas dan memperlihatkan sekilas bokongnya. Alena telah memenuhi isi kepala Rudolf, khayalan erotis Rudolf di sepanjang perjalanan pulangnya, dan kini ia menemukan miliknya yang tertidur, Alena miliknya, hanya miliknya. “Aku sangat mencintainya,” gumam Rudolf pada dirinya sebelum ia melepaskan pakaiannya diam-diam di bawah cahaya fajar, menyisakan celana dalam yang membungkus miliknya yang terasa mulai mengeras hanya dengan menyaksikan Alena yang tertidur. Otak Rudolf berputar-putar memikirkan

