5. Tamu Kejutan Sebelum Pernikahan

1374 Words
Di dalam kamar mandi Moza menangis. Ia menatap wajahnya di cermin. Moza tak dapat menahan kesedihannya. Air matanya menitik satu demi satu membasahi kedua pipinya. Meskipun sejak awal dia sudah bertekad akan menikah dengan Rama. Tapi, setidaknya tidak terburu-buru dan diam-diam begini caranya. Walau ini pernikahan sementara. Tapi di mata ibunya adalah pernikahan sungguhan. Dapat atau tidak, paling tidak dia sudah memohon restu. Dan ini harus terlihat seperti pernikahan sungguhan. “Ya, ini bukan pernikahan sungguhan. Kenapa aku harus menangis? Jalan ini yang sudah aku pilih. Dan ini hanya pernikahan sementara saja. Mengapa aku mengapa menggunakan perasaanku?” tanya Moza dengan berbicara pada dirinya sendiri. “Nona... Nona Moza, Anda baik-baik saja, ‘kan?” tanya pak Danu sambil mengetuk pintu. Suara itu membuyarkan kesedihan Moza. Dia segera menoleh ke pintu dan menjawab pertanyaan itu, “iya, Pak. Saya baik-baik saja.” “Syukurlah. Kalau begitu, tolong segera keluar. Waktu kita sangat sempit. Anda dan Tuan harus segera menikah sebelum rapat komisaris.” “Baik, Pak. Saya akan segera keluar.” Moza segera menghapus air matanya dengan tisu. Setelah membuangnya ke tempat sampah dia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk lebih menangkan diri. Kemudian berjalan ke pintu dan membukanya. Seulas senyum mengembang di bibirnya kepada semua orang yang berada di dalam kamar itu yang menatapnya saat melihatnya keluar dari kamar mandi. “Bagus, Nona. Saya akan segera keluar. Nona silakan mulai meriasnya,” ucap pak Danu lalu undur diri keluar kamar itu. “Halo.. halo... nona Moza. Kenalkan aku Jerry, pembuat gaun pengantin yang indah dan keren-keren ini. Tolong pilih gaun yang Anda suka. Setelah itu aku akan menyuruh para punggawaku itu membawa pulang baju-baju yang tidak Anda pakai. Biar ruangan ini terasa lebih lega. Dan saya bisa membetulkan gaun yang akan Anda pakai jika belum pas saat Anda coba,” ucap Jerry dengan nada suara gemulai. “Baiklah,” jawab Moza lalu memperhatikan satu-persatu gaun-gaun yang dipegang oleh beberapa orang karyawannya. Tak butuh waktu lama, Moza menjatuhkan pilihan pada gaun berwarna putih dengan model sederhana. “Aku pilih ini saja,” ucap sambil menyentuh gaun itu. “Ehhmm.... ,” suara Jerry kemayu sambil mendekati Moza. “Anda memang punya selera yang luar biasa. Gaun ini memang memiliki potongan simpel. Tapi, justru itulah daya tariknya. Karena kainnya saja sudah terlihat indah. Aku membuatnya dengan model yang sederhana. Aku yakin jika Anda yang memakainya gaunku akan semakin spesial,” “Kamu bisa saja Jerry. Aku merasa bangga bisa memakai karyamu,” puji Moza. “Aaaahh, terima kasih, Moza. Cepat, coba baju ini dulu. Karena habis ini kamu harus segera di-make up. Nanti kalau kelamaan kita bisa dimarahi Rama,” perintah Jerry. “Ayo-ayo kita keluar dulu.” Jerry mengajak yang lain untuk keluar dari ruangan itu. Setelah semua keluar Moza segera mencoba baju itu. Dan ternyata sangat pas di badannya. Moza menunjukkan pada Jerry dan yang lain. Mereka semua tampak gembira. Artinya satu tahap sudah aman. Kemudian tinggal mencoba sepatu dan merias dirinya. “Berapa lama kamu pacaran dengan Rama? Selama ini aku tidak pernah melihat kamu bersama Rama di mana pun. Bagaimana kamu tiba-tiba yang menikah dengan Rama?” tanya Jerry duduk di samping Moza yang sedang dirias. “Iya, aku juga bingung. Aku pikir dia akan menikah dengan Ellea,” sahut Sami sang MUA sambil sibuk merias. “Karena selama hampir satu tahun ini Rama dekat sama dia. Eh, tiba-tiba calling aku supaya merias Moza. Aduh, aku penasaran dong. Siapa lagi Moza? Terus aku kerjain dia supaya kirim foto Moza. Aku bilang, supaya nanti hasil riasanku bisa maksimal. Cuss, Rama langsung kirim foto gadis ini,” ucap Sami sambil menyentuh pipi Moza gemas. “Aku kaget dong, karena yang dia kirim foto Moza saat tidur dengan ternganga,” ungkap Sami pria yang bergaya gemulai sama dengan Jerry sambil ketawa-ketawa centil. “Hah, masak sih?” tanya Moza tak percaya. “Iya, Sayang. Kalau kamu tak percaya bentar aku kasih lihat gambarnya, ya,” ucap Sami. Lalu dia mengambil ponselnya di meja rias. Membukanya sebentar lalu ditunjukkan pada Moza. “Hahhh... Ya, ampun Rama. Bagaimana bisa dia kirim foto-foto seperti ini padamu, Sam. Apa dia nggak kapok kena skandal video itu. Sekarang masih diulang lagi,” ucap Moza kesal sambil memelototi fotonya satu persatu yang sedang tidur di lengan Rama dengan mulut sedikit menganga. “Hmm, kamu sepertinya tidur nyenyak sekali di atas lengan kekar Rama. Aduh, gemes deh, lihat badannya tanpa baju seperti itu. Pengen rasanya dipeluk juga sama dia,” ucap Jerry ikut nimbrung. “Ti---- Tidak. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan,” ucap Moza menatap Jerry dan Sami panik. “Semalam aku dan dia tidak ngapa-ngapain,” jelas Moza lagi. “Kamu sepertinya memang masih lugu. Mungkin itulah yang membuat Rama tergila-gila padamu dan tiba-tiba mengajak menikah. Sebuah pernikahan rahasia. Tapi setelah enam jam dunia akan mengetahui pernikahan kalian ini,” ungkap Jerry. “Ngomong-ngomong mengapa harus dirahasiakan. Apa keluarga kalian tidak merestui hubungan kalian?” tanya Jerry lagi penasaran. “Enggak, bukan begitu. Kami hanya bikin kejutan dengan keluarga kita saja,” ucap Moza sedikit gugup. Tapi dia merasa lega karena bisa mencari alasan walaupun mungkin sedikit janggal. Dia tidak mungkin mengatakan pada Jerry dan Sami mengenai posisi Rama di perusahaan. “Perkenalan kami sangat singkat. Dan kami sudah yakin satu sama lain. Jadi, tunggu apalagi,” jelas Moza dengan gaya santai agar mereka tak menaruh curiga apapun. “Kamu harus bangga Moza. Harus bersyukur menikah dengan Rama. Dia itu pria yang baik. Banyak wanita yang dekat dengannya suatu hari berharap akan dia nikahi. Namun semua hanya ilusi. Rama hanya mengajaknya bersenang-senang saja. Tapi kamu mendapatnya, Moza. Ellea saja yang sudah setahun ini menempel terus dengannya tidak dia ajak menikah,” ungkap Jerry lagi. “Siapa Ellea? Dari tadi Jerry menyinggung nama itu terus. Memangnya siapa dia? Semalam Rama juga menyebutnya saat tidur,” tanya Moza di dalam hatinya penasaran. “Iya, betul. Meskipun Rama playboy tetap saja banyak yang ngantri,” sahut Sami. “Oh ya, pelipis kamu ini kenapa?” tanya Sami. “Terpeleset bathtub.” “Oh tidak. Aku taku membayangkannya pasti sangat sakit. Mengapa kamu dan Rama tidak hati-hati?” tanya Sami dengan raut berekspresi ngeri membayangkan sakit yang dirasakan Moza. “Tapi, kamu jangan khawatir. Akan luka ini tidak akan bisa terlihat dengan jelas. Aku punya plester khusus.” “Aahh, kamu ini Sami, namanya juga lagi seru-serunya. Mana tahu itu bahaya,” sahut Jerry. Moza menggeleng. “Aku terpeleset sendiri. Kalian jangan mengira yang tidak-tidak ya.” Sami dan Jerry saling bertatapan lalu tersenyum. Terlihat jelas kalau tidak percaya dengan ucapan Moza. Tentu saja hal itu membuat jadi bingung dan kesal sendiri. *** Selesai dirias Moza dijemput oleh Rama sendiri ke ruangannya. Pria itu terpesona dengan menatap Moza lama, saat gadis itu menoleh mendengar sapanya. Moza terlihat begitu cantik dengan gaun putih panjang membentuk bodinya sampai ke ujung kakai. Berlengan panjang. Moza semakin terlihat cantik dan anggun dengan kerudung transparan yang menjuntai hingga ke pinggang. Moza menoleh dan jadi malu-malu karena tatapan itu. Rama menatapnya seakan tak pernah melihatnya. “Ada apa?” Rama sedikit gugup. “Aku hampir tak mengenalimu. Kamu sangat cantik, Moz.” “Oh ya. Terima kasih. Tapi, kamu tidak boleh terpikat padaku. Ingat pernikahan ini hanya sementara. Ingat setahun lagi kita bercerai,” sahut Moza dengan gaya sok angkuh dan ketus untuk menyembunyikan rasa grogi. Padahal sebenarnya dalam hati dia merasa senang dengan pujian itu. “Iya, aku tidak lupa,” sahut Rama dengan wajah sedikit berubah kesal. Rautnya yang tadi sempat berbinar jadi hilang. “Ayo, kita keluar.” Ajaknya sambil mengarahkan lengannya pada Moza untuk dijadikan pegangan gadis itu. Dengan sedikit ragu, Moza pun berpegangan pada lengan Rama. Lalu keduanya melangkah keluar kamar hotel itu menuju ke kamar yang lain yang sudah di sulap jadi tempat akan nikah mereka. Rama membuka pintu lalu berjalan keluar bersama Moza. Namun alangkah terkejutnya dia ketika melihat kakeknya sudah berdiri di depan pintu dengan sorot tajam penuh amarah menatap Rama. Rama mendekati lelaki tua yang sudah berambut putih itu. “Kakek. Kakek sudah sampai di sini? Si---- Siapa yang memberitahu Kakek aku di sini?” Rama menoleh pada pak Danu dan Felix penuh sorot mata penuh tanya. “Plakk.” Kakek Rama tiba-tiba mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Rama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD