Penghianatan

1253 Words
Dongeon tower 2 - penghianatan "Apa pesanan ku sudah siap?" Alea yang baru saja sampai di sebuah pandai besi tua yang tampak usang, tidak ada pengunjung yang datang untuk melakukan perbaikan di tempat ini. Mungkin karena kualitas dan tempat yang tidak meyakinkan membuat para petualang malas untuk mempercayakan perbaikan alat tempur mereka di tempat ini. Hanya saja harga yang murah dan tidak ada orang yang datang ketempat ini membuat Alea menyukai pandai besi ini. Dia bisa dengan leluasa memperbaiki peralatannya yang rusak tanpa harus mendengar bisik-bisik tak enak tentang dirinya. Mereka terlalu lancang menggosipkan dirinya tepat di depan matanya. Dan itu benar-benar membuat Alea muak. Andai saja dia memiliki sedikit kekuatan untu membungkam mulut mereka, mungkin Alea tidak akan pernah seburuk ini. "Akhirnya kau datang." Dia Sarie orang yang Alea percaya untuk membuat sebuah item yang akan dia gunakan untuk p*********n berikutnya. Senjata lama miliknya sudah rusak dan dia butuh yang baru, senjata yang lebih kuat dari pada senjata sebelumnya. "Ada sedikit masalah dalam proses pembuatan pedang mu." Ucap Sarie dengan raut tidak enak. Entah apa yang terjadi, tapi yang jelas Alea tidak bisa mendapatkan sesuatu yang benar-benar dia inginkan, Alea yakin akan hal itu. "Apa yang terjadi?" "Aku kekurangan bahan untuk penyelesaian akhir. Dan saat itu aku tidak sengaja menemukan satu material yang bisa menjadi pengganti material yang aku butuhkan. Namun saat proses penyelesaian akhir aku malah tidak sengaja melakukan kesalahan hingga membuat pedang milikmu tumpul." "Jadi?" Alea tidak habis pikir, p*********n akan berlangsung satu Minggu lagi, dan mereka akan mencoba Raid baru, tapi kenapa di saat seperti ini malah terjadi hal yang tidak dia inginkan. "Maafkan aku, aku bisa memperbaikinya, tapi aku butuh sisik naga biru untuk mengerjakannya." Sisik naga biru, itu adalah satu material yang benar-benar langka dan dengan harga mahal, untuk mendapatkannya Alea harus berjuang untuk menaklukkan Raid naga es, di mana dia harus memiliki rank C untuk bisa menaklukkannya sendiri. Sedangkan rank Alea hanya F, dan sangat berat untuk mengalahkan bos Raid seorang diri. Alea benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tapi dia tidak memiliki jalan lain selain melakukannya atau membeli barang itu dengan harga yang sungguh lumayan mahal. Dua pilihan yang benar-benar membuat dirinya bingung. Dia tak memiliki jalan lain. Senjata yang dia miliki juga sudah tidak bisa dia gunakan lagi. Dan hanya senjata ini satu-satunya harapan yang dia miliki. Material yang dia kumpulkan sejak jauh hari malah berakhir dengan sebuah kegagalan. Andai saja dirinya tidak miskin. Mungkin Alea tidak pernah mengalami nnasi buruk seperti sekarang ini. "Berikan senjata itu." "Tapi...." "Aku bilang berikan!" Alea tidak lagi memiliki senjata. Dan dia harus menggunakan pedang itu untuk memburu naga biru untuk bisa memperbaikinya. "Pedang ini tumpuk, dan tidak memiliki efek apapun. Digunakan juga akan percuma." "Aku tidak peduli!" Desis Alea tajam, dia sama sekali tidak peduli berguna atau tidak, dari pada dia tidak memiliki senjata untuk berburu. Lebih baik menggunakan apa yang ada. "Aku sudah tidak memiliki senjata lagi, dan aku butuh pedang itu untuk mencari material yang kau butuhkan!" Sarie tidak bisa berbuat banyak, Alea adalah pelanggan satu-satunya, jika dia tidak menyelesaikan apa yang dia kerjakan maka dia tidak akan mendapatkan bayaran. Sarie menatap sepasang mata hitam milik Alea. Lalu setelah menghela napas panjang. Dia memberikan pedang itu. Sekilas Alea hanya memandangku pedang yang ada di hadapannya. Terlihat tumpul dan tak memiliki efek. Beratnya pun lumayan. Alea tidak yakin bisa menggunakan pedang itu dengan baik. "Aku akan membayar setelah mendapat material yang ada." Sarie tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya membiarkan Alea pergi dengan pedang buatannya. Berharap jika pemuda itu akan baik-baik saja dan kembali dengan selamat. Alea pergi alun-alun menuju portal yang membawa dirinya masuk kedalam Raid, banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya bahkan menertawakan dia karena membawa pedang sampah, untuk membunuh monster rendah saja belum tentu mampu. Namun Alea tidak peduli dia berusaha bersikap cuek dan terus berjalan menuju portal. Hingga langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya. Seketika dia menoleh kearah asal suara. Lalu menemukan seorang petualang yang menjadi teman bicaranya sat p*********n terakhir, dia Sojin seorang fighter yang kuat dan beberapa kali melindungi dirinya saat p*********n terakhir. Alea memasang senyum ya, saat semua orang mengejek dirinya, hanya Sojin lah yang bisa mengerti dirinya, bahkan mau berteman dan bertukar cerita bersamanya. "Kemana saja kau selama ini?" Tanya Sojin saat dirinya sudah berdiri di hadapan Alea "Ah, aku hanya beristirahat setelah p*********n terakhir." Alea memperhatikan Sojin dengan seksama hingga dia melihat ada perubahan yang begitu pesat, aura yang di keluarkan Sojin begitu kuat dan kental. Alea bahkan di buat merinding karena hal itu. "Dan kau?" Alea terdiam sejenak. "Terlihat begitu kuat dan berkembang." "Haha, aku tidak sekuat itu, aku memang sengaja berburu untuk menaikan levelku agar bisa menjadi lebih kuat di p*********n yang akan datang." "Oh aku melihat itu, bahkan aku merasa iri karena hal itu." "Oh ayolah, ku lihat kau juga sedikit bertambah kuat ku rasa." "Yah hanya sedikit." Jawab Alea dengan lesu. Mereka berjalan beriringan selayaknya teman lama. "Jangan seperti itu. Kau sudah banyak berjuang selama ini, jadi jangan mengeluh dan berusaha lah!" "Inginku seperti apa yang kau katakan, tapi apa daya, hari ini benar-benar hari sial ku." "Kenapa?" "Kau tahu? Aku sudah susah payah mengumpulkan material sejak lama hanya untuk membuat sebuah pedang, tapi apa yang aku dapat?" Alea mendengkus pelan. Memang benar berharap terlalu tinggi itu hanya membuat dirinya sakit hati saja. "Hanya sebuah pedang tumpul tanpa efek, kegagalan hanya karena aku tidak memiliki cukup bahan." Alea menghela napas sesaat "Lalu?" "Aku harus mendapatkan sisik naga biru untuk memperbaiki kegagalan ini. Jika tidak maka aku tidak akan bisa ikut dalam p*********n nanti." Alea harus berjuang untuk mendapatkannya, dia tidak ingin absen dari p*********n berikutnya, karena dia harus berjuang keras untuk ikut berpartisipasi. "Apakah ini kebetulan!?" Alea mengerutkan kedua alisnya saat Sojin berkata demikian. "Kebetulan? Apanya yang kebetulan?" "Begini..." Sojin menjelaskan semuanya dengan gamblang, dia mengatakan jika dirinya baru saja menyelesaikan Raid untuk menuju bos naga es, tempat di mana ada banyak sekali sisik naga biru di dalam sana. Namun sayangnya saat akan masuk kedalam pintu bos, Sojin membuat satu kesalahan yang membuat jebakan di dalam lorong itu aktif dan membuat salah satu kelempok nya terbunuh, hal itu membuat mereka tidak bisa masuk kedalam ruang Bos, di mana syarat untuk masuk membutuhkan lebih dari empat pemain. "Jadi, kau mengajakku untuk masuk?" "Tentu saja, kau membutuhkan sisi naga biru bukan? Sedangkan aku membutuhkan tanduk naga es, jadi kita bisa bekerja sama untuk mendapatkan itu." "Tapi..." "Tidak usah risau, bukankah kita satu tim sebelumnya?" "Aku tau, tapi kau tau sendiri bagaimana kemampuan ku, aku hanya takut menjadi beban untuk kelompok mu." "Percayalah, kau bukan beban dan kita bisa melakukannya bersama." "Kau yakin?" "Sangat." Alea terdiam sejenak, dia tidak pernah menyangka jika akan mendapat kesempatan seperti ini, mendapat kesempatan untuk bergabung bersama kelompok petualang dan menyelesaikan sebuah Raid di mana dia bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan. "Baiklah..." Alea yang terlalu polos tidak curiga sedikitpun. Maka semua berlalu, mereka melakukan p*********n untuk mengalahkan beberapa monster sebelum masuk ke ruangan bos, dan setelah semua berlalu, dan Alea mendapatkan luka yang cukup serius, mereka beristirahat sejenak, para healer mulai menyembuhkan luka petualang yang terluka, seperti halnya Alea yang mendapat luka paling banyak. "Kau masih bisa lanjut?" Sojin dengan perlengkapan yang kuat membuat dirinya mengalami minim luka, dan tidak membutuhkan bantuan healer untuk menyembuhkan lukanya. Dia hanya butuh ramuan untuk menyembuhkan luka kecilnya dan menambah tenaga. "Tenang saja aku masih bisa bertahan." Alea tersenyum disela perawatannya. Dia masih harus berjuang sedikit lagi untuk mendapatkan bahan yang dia butuhkan. Semua butuh perjuangan, tidak ada yang mudah baginya. Karena dia lemah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD