bc

Dongeon Tower

book_age16+
133
FOLLOW
1K
READ
adventure
second chance
warrior
drama
mystery
loser
ambitious
game player
male lead
like
intro-logo
Blurb

Tahun 3030, tahun di mana dunia mulai mengalami kehancuran yang parah, efek perang dunia yang merebutkan sesuatu kekayaannya membuat umat manusia terancam, krisis pangan dan sumber udara bersih yang terbatas, membuat mereka tidak lagi bisa bertahan lama di bumi.

Hingga suatu hari, muncul sebuah menara yang menjulang ke ujung langit, mereka menyebutnya utusan dewa, orang-orang terpilih yang mendapat sebuah berkah dari dewa dan memiliki kekuatan yang luar biasa yang bisa masuk ke dalam menara tersebut.

Menara yang penuh dengan sumber kehidupan, udara bersih dan sumber makanan yang berlimpah, hanya saja mereka harus menyelesaikan misi setiap lantai untuk bisa membuka dunia baru yang lebih luas untuk para umat manusia. Setiap lantai memiliki luasan tersendiri dan hanya dimasuki oleh semua orang jika lantai itu ditaklukkan.

Petualang mulai hadir dengan berkah yang mereka dapatkan. Mereka memiliki kemampuan Unik untuk melawan para monster, tak jarang banyak juga yang malah berakhir tidak berdaya karena berkah yang mereka dapatkan tidak terlalu berguna.

Aleanor Slitic harus menerima kenyataan jika akan berakhir seperti di neraka, berjalan tertatih dengan kesengsaraan yang dia alami, Di saat semua petualang mendapat berkah yang yang luar biasa. Dirinya malah harus menerima kenyataan jika dia sama sekali tidak memiliki kemampuan.

Hingga hari di mana dia di khianati oleh seseorang yang ingin mengambil keuntungan darinya. Alea berpikir jika dirinya akan berakhir, tapi ternyata itu adalah pintu gerbang untuk membuka belenggu kekuatan dalam dirinya. Dia bertemu dengan Augus dsn juga Jess, dua kesadaran yang menemani dirinya untuk menaklukkan lantai. Dua kesadaran itu meminjamkan kekuatan mereka untuk membantu Alea.

Apakah semua akan berakhir. Apakah Alea bisa membuka sebuah harapan baru untuk umat manusia?

chap-preview
Free preview
Tawaran
Dongeon tower - tawaran Kabar penaklukan lantai dua belas menjadi sebuah kabar yang membahagiakan, banyak serikat petualangan yang berlomba untuk mengeksplorasi lantai yang baru saja mereka temukan, banyak hal yang bisa ditemukan atau menjadi sebuah pencarian yang para petualang dambakan di setiap selesainya penaklukan lantai tower. Banyak tersebar brosur yang berisi sebuah ajakan kelompok p*********n di setiap bos hang mereka temukan, banyak jika yang sudah mendapatkan hasil atas apa yang sudah mereka temukan. Serikat Red flame dragon mencatat nama mereka di deretan tertinggi karena hasil pencapaian mereka yang luar biasa, mendapat tiga ratus core kehidupan dan puluhan gulungan skill kemampuan yang sungguh luar biasa. Red flame dragon adalah serikat yang besar dan di isi oleh banyak petualangan dengan kemampuan yang luar biasa. Pantas jika mereka bisa mendapat pencapaian yang sejatinya tidak akan pernah bisa serikat kecil raih. Banyak juga yang berharap bisa bergabung ke serikat besar itu. Namun, tes yang mereka berikan sungguh luar biasa sulit. Hanya petualang dengan talenta yang luar biasa yang diterima di sana. Sisanya, para petualang kelas rendah hanya bisa bertahan hidup dengan sedikit sumber daya dan kemampuan yang mereka dapat, dari hasil buruan melawan monster rendahan. Banyak yang menganggap jika hidup tidaklah adil, tapi mau bagaimana lagi, kondisi sekarang yang terkuat lah yang bertahan, sedangkan remah serapah yang hanya bisa membuat keributan dan akan lari saat bertemu yang kuat hanyalah seekor serangga bagi para pangsa. Tak jarang kejahatan terjadi. Lalu perlahan muncul perkumpulan jahat yang selalu membuat rencana dan menghalalkan segala cara untuk mendapat kekayaan. Menyerang para petualang yang ranknya di bawah mereka, tak jarang mereka juga merampok dan menindas kaum lemah. Serikat mereka dinamai Black slayer. Sekumpulan sampah yang hanya bisa menghambat penaklukan lantai. Mereka tidak pernah berpartisipasi, tapi selalu saja membuat kekacauan setelah semua berhasil. Banyak orang yang tak pernah ingin bertemu dengan merek. Selain pandai bersembunyi dari para serikat yang memburunya, mereka juga senang bergerak di malam hari. Alea yang mendengar desas desus itu hanya diam tanpa bisa melakukan apapun, dia lebih memilih berhati-hati dengan hidupnya, karena dia sendiri sama sekali tidak mampu melawan para bandit sialan itu. Hidupnya terlalu berharga jika harus berakhir di tangan para bandit itu. "Coba lihat, dia bukannya si petualang terlemah yang sering menjadi beban setiap ikut berpartisipasi dalam p*********n?" "Ah iya, aku dengar dia hampir mati di p*********n terakhir. Dia terlalu lemah hingga mengangkat pedangnya saja tidak mampu." "Haha, jika aku jadi dia. Aku pasti memilih menjadi tim kebersihan, daripada harus lelah-lelah mengorbankan nyawa dan mati sia-sia." Suara bisik-bisik itu terdengar jelas di telinga Alea, bahkan perkataan mereka seolah sindiran keras yang bertujuan agar dirinya berhenti. Mereka salah, mereka tidak pernah merasakan apa yang dia hadapi untuk terus hidup dan berguna untuk membatu mereka yang selalu memperjuangkan kebebasan manusia, walau dia lemah Alea selalu berharap dirinya menjadi bagian untuk berjuang. Walau dirinya akan mati sekalipun Alea tidak peduli. Mati dengan kebanggaan lebih baik dari pada harus mati karena kelaparan. Tangannya mengepal dengan erat, banyangkan masa lalu saat diri begitu lemah dan hampir mati karena kelaparan membuat dirinya bergelora untuk semakin bangkit. Tidak ada yang bisa menghalanginya, walau dia lemah sekalipun, Alea tidak peduli, dia akan berjuang dengan keras untuk terus hidup. Terserah pada mereka yang hanya mentertawakan dirinya, menjadi pecundang pun dia tidak peduli. Toh mereka hanya bisa berkomentar dan menertawakan dirinya padahal mereka sendiri tidak pernah ikut berpartisipasi dalam tim penyerang inti. Setidaknya Alea masih memiliki kebanggan tersendiri untuk terus hidup. Dia melangkah, menerobos jalanan yang berisikan para petualang yang masih menertawakan dirinya atas apa yang terjadi di p*********n bos terakhir. Entah ulah siapa hingga kabar itu tersebar dengan cepat. Namun sayang, sekejam apa mereka berusaha menjatuhkan mentalnya, Alea tidak akan pernah terjatuh apalagi mundur, keyakinan dalam dirinya masih tinggi, keinginan untuk menjadi kuat menjadi sebuah patokan untuk dirinya terus maju, tanpa kenal lelah dan tanpa peduli jika dia harus mengorbankan nyawa sekalipun. Dia mendongak, sebuah bangunan megah dengan gerbang yang luas dan penjagaan ketat menjadi tempat tujuannya. Bangunan milik serikat Red flame dragon adalah tempat tujuan terakhirnya, dia mendapat undangan dari ketua serikat yang meminta dirinya datang secara langsung. Entah ada urusan apa hingga ketua dari serikat paling kuat yang pernah ada memanggil dirinya untuk datang, bahkan secara ekslusif, tanpa perantara ataupun pesan suara, dia malah mengirim pesan secara pribadi yang membuat Alea semakin tak habis pikir. Apakah debutnya akan dimulai hari ini? Ataukah ini adalah akhir baginya, karena hasil p*********n terakhir. Kedua penjaga dengan tombak panjang mencegah dirinya dengan kedua tombak milik mereka. Salah satu diantaranya menoleh, menatap Alea dengan tatapan meremehkan. "Ada urusan apa petualang lemah sepertimu datang kemari?" Sungguh sombong sekali dua penjaga ini, walau memang kenyataannya kekuatan mereka Jauh di atas Alea, tapi sikap dan kelakuan mereka sangat tidak pantas untuk seorang penjaga yang hanya bekerja di gerbang. Alea tidak menjawab, dia hanya melemparkan surat undangan yang diberikan oleh Felix kepada salah satu penjaga tadi, yang dengan mudahnya ditangkap begitu saja, penjaga tadi diam sejenak, dia menatap undangan yang ada di tangannya dan sosok Alea uang berdiri di hadapan, dia sungguh tidak percaya jika seorang ketua serikat yang terkenal dingin dan pemilih itu memberi undangan eksklusif pada petualang lemah seperti Alea. Entah apa yang sudah dilakukan oleh petualang lemah itu pada Felix hingga membuat ketua guild itu buta akan kemampuan yang dimiliki oleh Alea. Tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh sang penjaga selain membiarkan Alea masuk. Dengan dengkusan kasar perlahan Alea melangkah, dia akan ingat dua penjaga tadi dan akan membalasnya suatu hari kelak. Bangun yang begitu megah untuk sebuah serikat, pantas banyak petualang yang berebut untuk bisa masuk kedalam serikat ini. Baru pertama kali masuk saja Alea sudah bisa merasakan nuansa kekuatan dan banyak lagi hal gaib terjadi di sini. Contohnya saja luka dan daya tubuhnya perlahan kembali. "Hey yang di sana!" Segera saja Alea memalingkan wajahnya, menatap sosok berkaca mata yang tengah berlari kearahnya. "Kamu Alea, benar?" Alea hanya mengangguk, dia tidak suka berbicara dengan orang baru atau bahkan mengungkap identitasnya, lebih baik mengiyakan dan melihat lebih jauh apa yang akan di lakukan oleh orang ini. Orang itu tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya pada Alea. "Aku Brain, wakil ketua guild." Wah, seorang wakil menemui dirinya? Apakah Alea tidak sedang bermimpi, seorang seperti Brain yang selama ini hanya dia dengar namanya tanpa tau orangnya. Ternyata sungguh luar biasa saat bertemu dengannya langsung. "Ketua sudah menunggumu." Pria itu tersenyum kecil. Lalu membuka jalan untuk Alea. "Mari aku antar." Sungguh Alea merasa aneh dengan situasi ini, terlebih bagaimana cara Brain memperlakukan dirinya. Tidak semua orang berisikan baik seperti itu kepada dirinya, dan ini kali pertama dia mendapatkan sesuatu yang membuatnya merasa asing. Mengabaikan itu, Alea mengikuti langkah Brain, dia ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya Felix inginkan dari dirinya hingga mengundang dia secara langsung seperti ini. "Apa kau menikmati p*********n terakhir?" Alea memicingkan sebelah matanya, dia benar-benar merasa asing dengan semua sikap yang ditunjukan oleh Brain. Dan kali ini kenapa seolah dia terus saja berusaha bersikap ramah kepada dirinya. "Tidak baik, kau tau aku bahkan hampir mati jika ketua serikat Red flame dragon tidak menolongku." "Hahaha." Alea mengerutkan keningnya dengan tatapan bingung saat Brain malah menertawakan dirinya. Entah apa maksud semua ini. "Tidak masalah, bukankah tugas seorang ketua p*********n harus memastikan keselamatan para anggotanya?" Brain menoleh, menatap Alea sejenak dengan tatapan yang begitu tajam, entah apa yang dia lihat hingga menghentikan langkahnya. "Maaf...?" Tanya Alea yang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. "Ah... Maafkan aku sudah lancang seperti itu." Bahkan tanpa menunggu jawaban Alea, Brain langsung melangkah dengan cepat, dan hal itu diikuti oleh Alea, hingga tak lama mereka telah sampai di sebuah pintu yang terlihat begitu megah. Alea yakin itu adalah ruangan dari ketua serikat yang memiliki kekuasaan di lantai ini. "Felix! Tamu yang kau undang sudah datang!" Alea menutup telinganya yang hampir saja pecah saat Brain berteriak dengan sangat gila, entah apa-apaan itu tadi, kenapa seorang wakil ketua tidak memiliki sopan santun seperti itu kepada ketuanya. "Jangan berteriak. Brain bodoh!" "Kau terlalu tuli jika aku hanya berbisik!" "Diam dan masuklah, kau bodoh!" Alea sungguh tidak mengerti dengan kondisi ini, dia hanya bisa menatap Brain dengan tatapan aneh. Sungguh, apakah seperti ini kelakuan para petinggi serikat pertama di lantai? "Ehm... Maafkan aku." "Oh... Haha, tidak masalah." Alea membuang tatapannya saat Brain menatap dirinya malu-malu, mungkin ini kelakuan buruk yang hanya dilihat oleh beberapa orang saja, dan anehnya, kenapa di hadapan Alea mereka berprilaku seperti itu. Brain mengangguk pelan, lu perlahan dia membuka pintu di hadapannya, dan melangkah masuk. Alea terdiam sejenak,ia merasa tidak pantas menginjakkan kaki kotornya di ruangan itu, bahkan saat Brain berhenti dan menatap dirinya, dengan ragu Alea melangkah. "Sepertinya tamu mu kali ini sungguh menarik, Felix!" Brain sudah melangkah dan berdiri tepat di belakang tempat Felix duduk. Ruangan ini sungguh luar biasa, ada pancaran sihir dan mana yang bisa membuat Alea merasa tenang dan rileks, belum lagi tubuhnya seolah terasa sangat ringan. Mungkinkah ruangan ini di disain khusus untuk para petinggi. "Diam kau, bodoh!" Sentak Felix lalu melarikan tatapannya kearah Alea. Mata merah membara itu seolah menghunus kedalam dirinya. Ada tekanan yang begitu kuat hingga membuat tubuh Alea bergetar dengan sangat luar biasa. Ini bukan kali pertama dia melihat Felix, tapi ini kali pertama dia bertatapan langsung dengan orang terkuat di antara para petualangan. Walau bukan satu-satunya, tapi Felix tetaplah yang terkuat diantara dua belas ketua serikat. "Dan kau!" Alea langsung menundukkan tatapannya, dia tidak berani menatap langsung mata merah itu. "Mau sampai kapan kau berdiri seperti itu!?" "Eh?" Alea mengangkat kepalanya. Lalu melihat senyum miring dari Felix yang membuat dirinya tertegun sejenak. "Duduk!" Bagai kerbau yang di cucuk hidupnya, Alea menuruti perkataan Felix dan duduk di hadapan pria itu, sungguh perasaan membuat dirinya tak tau harus berkata apa. "Kau tau apa tujuanku mengundang mu kemari?" Sungguh bodoh, bagaimana Alea tahu saat apa yang Felix tulis di dalam surat itu hanyalah sebuah undangan tanpa sebuah alasan, dan jika dirinya menolak untuk datang maka pria itu mengancam keselamatan dirinya. Lalu kenapa sekarang Felix malah bertanya demikian, bukankah itu bodoh? "Maaf, pak, aku tidak tau!" "Bodoh!" "Hah?" Alea mengerutkan keningnya saat Felix mengatai dirinya bodoh, dia menatap pria itu, lalu menatap kearah Brain yang terlihat menahan senyum konyolnya. "Aku mengundang mu kemari tentu saja aku ingin kau bergabung ke dalam serikat ku. Aku ingin kau menjadi bagian dari red flame dragon." Tunggu, apakah Alea tidak salah mendengar, bukankah ini konyol? Seorang petualang rank F seperti dirinya, yang bahkan hanya memiliki satu skill saja malah di undang secara langsung untuk bergabung ke serikat Red flame dragon, sedangkan mereka yang memiliki rank di atas dirinya malah banyak yang ditolak. Apakah ini hanya lelucon semata? Apakah dia hanya menjadi bahan olok-olok dari salah satu ketua serikat terkuat yang ada? Bahkan jika iya, apakah dirinya pantas? Sedangkan apa yang Felix lakukan tentu saja akan menjatuhkan namanya sendiri, merekrut orang lemah seperti dirinya jelas akan mencoreng nama baik Red flame dragon. "Apa kau bercanda?" Tanya Alea dengan nada tak percaya. Dia bahkan menatap Brain yang terlihat diam saja atas keputusan Felix, bahkan suasana ini seperti sebuah bualan semata di mata Alea. "Dengar, aku tidak memiliki alasan lebih untuk merekrut mu. Aku hanya suka dengan semangat yang ada di dalam dirimu, apa yang kamu miliki mengingatkan aku pada masa di mana aku masih lemas dan berjalan tertatih untuk mendapatkan kekuatan ini. Aku yakin, kau akan menjadi sosok kuat yang bahkan tak pernah kau bayangkan sebelumnya, di dalam tubuhmu aku merasakan kekuatan yang tersembunyi dan belum mampu kamu kendalikan. Jadi aku bisa tahu dan percaya jika suatu saat nanti kamu akan merubah dunia ini." Alea tertegun. Bahkan dia hanya diam dengan tatapan tak percaya. Apakah dirinya baru saja dipuji oleh ketua serikat tertinggi di lantai ini? Tunggu, jika iya, apakah dirinya pantas dengan pujia itu, karena sejatinya Alea sama sekali tidak merasa sekuat itu. Tubuhnya lemah, sihirnya pun hanya terbatas, lalu kekuatan yang dia miliki sama sekali tidak sekuat itu. Alea hanya mengandalkan semangatnya selama ini, semangat yang dia yakini akan mampu menyelamatkan banyak orang dengan tangannya sendiri, tapi kenapa? Kenapa Felix seolah percaya dengan dirinya. Sedangkan dia sama sekali tidak percaya dengan kemampuannya. "Aku tidak akan memaksamu, tapi lebih baik kau pikirkan lagi, di serikat ini, kau bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirimu, aku juga bisa membantu mu dengan menyuruh beberapa bawahan ku untuk melatih dan memandu mu di dalam Raid, setidaknya untuk menaikkan level mu." Alea masih terdiam, dia bahkan sudah menyerah dengan level yang dia miliki, karena sekeras apapun dirinya berjuang. Alea sama sekali tidak pernah bisa berkembang, semua sama saja, dan Alea hanya berada di level yang sebelumnya. Level lima. Alea hanyalah petualang lemah yang tidak bisa mengembangkan semua kemampuan yang dia miliki, atau tepatnya, dia memang tidak memiliki kemampuan sama sekali. "Maaf...." Alea harus menyudahi semuanya, dia merasa tidak pantas berada di tempat ini, harapan hanya akan membuat dirinya sakit, karena kenyataan lebih kejam dari pada yang dia bayangkan. "Aku tidak bisa...." Lebih baik Alea melepas kesempatan ini dari pada dia harus menanggung malu dan berharap terlalu tinggi, dia hanya akan menjadi petualangan penyendiri, dari pada harus malu karena kemampuannya. Felix menghela napas pelan, dia menatap Alea sejenak. "Baiklah, aku tidak bisa memaksamu." Pria itu seolah menyerah dengan dirinya. Toh Alea juga tidak berharap banyak dengan dirinya sendiri. "Tapi jika kau membutuhkan sesuatu, katakan saja, aku akan membantumu sebisaku. Dan hubungi aku kapanpun kau membutuhkan bantuan ku." Alea tidak tahu harus berkata apa, tapi setidaknya Felix tidak membenci dirinya atau memaksa ia untuk bergabung dalam serikatnya. "Terima kasih...."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.8K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook