03 - SUMMER RAIN IN SHANGHAI

2023 Words
SRIS.03 CINTAKU KANDAS Sekarang sudah tanggal 7 Juli, bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahanku. Karena dari kemarin aku sudah mengambil cuti pada pihak hotel, pagi ini aku tidak perlu bergegas untuk pergi bekerja. Semalam aku menginap di rumah sakit sambil menemani ayah dan ibuku. Untungnya pada pagi hari keadaan ayahku sudah mulai membaik dan dokter memperbolehkan beliau pulang lebih awal. Hal itu membuatku sangat lega, karena aku bisa menghabiskan hari ini bersama suamiku setelah mengantar kedua orang tuaku pulang. Mengingat hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanku dan juga telah berjanji bersama Aland Bai untuk cuti bersama, setelah mengantar ayah dan ibuku pulang ke rumah yang ada di Xin Tian Di, aku pun dengan segara kembali ke apartemenku. Karena aku berpikir bahwa pagi ini suamiku Aland Bai telah pulang dan sedang menungguku di rumah. Untuk berjaga-jaga, aku menitipkan kedua orang tuaku pada Felly Fang sahabatku yang tinggal di samping rumah kedua orang tuaku. Namun sayangnya baru saja pintu apartemenku terbuka, aku tidak melihat tanda-tanda bahwa Aland Bai pulang. Suasana dalam apartemen masih terasa sepi dan hidangan makan malam yang terhidang di meja masih terlihat seperti semalam. Jangankan berkurang, bergeser pun tidak. Aku merasa sedih, namun aku berusaha tetap berpikiran positif. Karena aku yakin, apa pun yang dilakukan oleh Aland Bai selama ini sehingga ia menjadi begitu sibuk, semua itu adalah demi masa depan kami. Aku yang sudah berada di dalam apartemen melangkah dengan perlahan sambil menarik nafas dalam. Aku melangkah menuju dapur, membereskan makanan yang terhidang di atas meja yang kini telah basi, sambil berusaha menenangkan hatiku yang sedang sedih dengan berpikir postif. Aku merasa sedih, namun aku tetap berusaha menahan tangisku hingga mataku pun terasa panas. Setelah membereskan apartemen dan beristirahat sejenak dengan duduk di sofa yang ada di tengah ruangan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Terlihat foto pernikahanku dengan Aland Bai di layar ponsel, pertanda ada panggilan masuk dari suamiku itu. Dengan segera aku menjawab panggilan masuk darinya dengan berkata, “Aland…” “Helena, apa kamu masih berada di rumah sakit?” “Tidak. Aku sudah pulang.” “Bagaimana keadaan ayahmu? Apa baik-baik saja?” “Ya, ayah baik-baik saja. Keadaan ayah membaik dengan cepat setelah mendapatkan perawatan medis semalaman di rumah sakit. Pagi ini dokter juga sudah mengizinkan ayah untuk pulang. Dan sekarang ayah sudah kembali ke rumah. ” “Syukurlah… Bagaimana dengan biaya rumah sakitnya?” “Sudah aku selesaikan.” Aku terdiam sejenak dan kembali bekata, “Aland, hari ini aku cuti bekerja. Apa kamu tidak bisa mengambil jadwal cuti hari ini? Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita.” “Helena, happy wedding anniversary. Maaf hari ini aku belum bisa mengambil jadwal cuti. Banyak pekerjaan mendesak yang harus aku selesaikan di kantor. Tapi hari ini aku akan pulang lebih awal untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita. Aku juga sudah memesan restoran romantis untuk acara makan malam kita nanti.” Mendengar ucapan Aland Bai yang telah mempersiapkan makan malam romantic untuk kami berdua malam ini membuat hatiku yang tadinya bersedih menjadi hangat. Aku tersenyum sendiri dan bertanya, “Benarkah?” “Ya, tentu saja benar. Nanti malam kamu dandan yang cantik dan tunggu aku di sana. Sepulang bekerja aku akan menjemputmu ke apartemen. Oh iya, kamu ingin hadiah apa di ulang tahun pernikahan kita?” Aku semakin merasa senang saat Aland Bai menanyakan hadiah yang aku inginkan. Namun sayangnya saat ini aku tidak ingin apa-apa, kecuali waktu bersama suamiku. “Aland, aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin waktumu lebih banyak untukku. Akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk dan sering pulang larut malam.” “Helena, bersabarlah! Bulan depan aku akan mengambil cuti beberapa hari. Aku akan membawamu berlibur.” “Baiklah.” “Sudah dulu ya. Aku harus melanjutkan pekerjaanku. Jangan lupa dandan yang cantik malam ini. I love you.” “Love you too.” Aku pun tersenyum setelah mengakhiri panggilan dari Seharian di apartemen sendiran membuatku merasa bosan. Aku yang biasanya setiap hari bekerja di hotel tidak tahu harus melakukan apa setelah semua pekerjaan rumah tangga selesai. Biasanya jika Aland Bai libur di waktu yang sama denganku, kami akan menghabiskan waktu kami dengan jalan-jalan atau menonton film berdua di apartemen. Namun kali ini ia sedang sibuk bekerja dan hanya ada waktu nanti malam bersamaku. Menunggunya sendirian di apartemen membuat hari berjalan begitu lama. Aku yang sudah hampir dua hari tidak bertemu dengannya sangat merindukannya. Rasa rinduku terhadapnya membuatku berinisiatif untuk memberinya kejutan. Kebetulan sekali hari ini adalah hari ulang tahun penikahan kami. Jadi aku berpikir untuk memberinya kejutan dengan mengantarkan bekal makan siang ke kantornya. Aku akan memasak masakan kesukaannya untuk menu makan siang hari ini. Dan aku yakin ia akan merasa senang dengan kehadiranku nanti. Dengan penuh semangat, aku kembali memasak masakan kesukaannya di dapur. Aku yang memasak semuanya penuh dengan perasaan cinta berharap suamiku yang memakannya nanti akan semakin mencintaiku. Aku sangat mencintai Aland Bai dari awal kami menjalin hubungan hingga saat ini. Dan aku berharap kami akan saling mencintai hingga tua nanti dalam keadaan susah maupun senang. Karena ia adalah satu-satunya pria yang ada dalam hatiku. Dan aku ingin ia menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidupku. Setelah selesai memasak dan memasukan makanan itu ke dalam kotak bekal, aku pun dengan segera mandi dan merapikan diri. Karena saat ini di Shanghai sedang musim panas, siang ini aku keluar apartemen memakai pakaian bergaya casual. Aku yang lebih suka tampil natural juga hanya memberi sedikit polesan di wajahku agar tidak terlihat pucat. Kemudian aku mengendarai mobilku keluar kawasan apartemen menuju perusahaan SH Multimedia sebelum jam istirahat siang tiba. Aku ingin siang ini Aland Bai makan siang dengan bekal yang aku bawakan untuknya. Dan aku yakin ia akan senang dengan kehadiranku di kantornya. Jarak apartemen tempat kami tinggal tidak terlalu jauh dari kantor SH Multimedia. Hanya dengan menempuh perjalanan selama 15 menit menggunakan mobil, aku telah sampai di depan gedung SH Multimedia. Namun sayangnya saat aku sedang mengendarai mobilku memasuki halaman gedung perusahaan tersebut, aku tidak melihat adanya lahan parkir yang bisa digunakan untuk memarkirkan mobilku. Hingga akhirnya aku harus keluar dari halaman perusahaan SH Multimedia dan memarkirkan mobilku di halaman depan gedung yang ada di seberangnya. Baru saja aku keluar dari mobilku hendak mengantarkan bekal makan siang untuk suamiku, tiba-tiba kilatan cahaya di langit menyilaukanku. Dalam sekejap mata hujan pun turun dari langit dengan deras membasahi kota Shanghai. Dan inilah yang di sebut dengan hujan di musim panas. Aku yang sudah terlanjur keluar dari mobil pun segera melindungi tas bekal makan siang dengan memeluknya erat agar tidak basah. Dan aku pun berlari dari parkiran mobil yang ada di halaman gedung seberang menuju gedung SH Multimedia. Meski aku telah berlari dengan cepat semampuku, tetap saja tas bekal dan pakaian yang aku kenakan basah karena tetesan hujan yang begitu deras. Untungnya sebelum keluar dari mobil, aku telah mengenakan outer terlebih dahulu agar penampilanku terlihat agak formal saat datang ke kantor suamiku. Dan kini yang basah hanyalah outerku, tidak dengan baju kaosku yang ada di dalamnya. Selain itu, tas bekal yang aku bawa juga terbuat dari bahan parasut. Jadi aku tidak terlalu khawatir akan membasahi kotak makanan yang ada di dalamnya. “Selamat siang, Tuan. Apa Tuan Aland Bai ada di kantornya?” Aku bertanya pada seorang resepsionis pria setelah berada di dalam lobby perusahaan. “Siang, Nona. Apa yang Nona maksud Tuan Aland Bai dari perusahaan SH Multimedia?” Spontan aku menganggukkan kepala, “Ya, benar.” “Sepertinya Tuan Aland Bai ada di ruangannya. Apa Nona telah membuat janji dengan Tuan Aland?” Resepsionis pria itu meladeniku dengan ramah. Aku menggelengkan kepala sambil merapikan rambutku yang sedikit basah sembari berkata, “Tidak. Aku tidak membuat janji dengannya. Aku hanya ingin mengantarkan makan siang untuknya. Hanya sebentar.” “Kalau begitu, ruangan Tuan Aland ada di lantai lima gedung. Karena sekarang sudah jam istirahat siang, aku rasa tidak masalah Nona langsung ke ruangannya.” “Apa tidak apa-apa aku langsung ke atas?” Aku bertanya dengan sedikit ragu-ragu. “Tidak masalah, Nona. Karena di gedung ini adalah kantor dari beberapa perusahaan, jadi kami tidak memiliki larangan atau aturan ketat untuk para pengunjung. Hanya saja, pengunjung harus melapor terlebih dahulu.” “Baiklah. Kalau begitu terima kasih banyak.” Aku tersenyum pada resepsionis pria itu. Dan resepsionis itu pun membalas senyumku sembari berkata, “Sama-sama, Nona. Terima kasih.” Setelah bertanya pada resepsionis tersebut, aku pun berjalan dengan langkah pasti menuju lift gedung yang ada di sudut lobby. Namun saat aku sudah hampir dekat dengan lift, pintu lift yang tadinya terbuka kini hampir saja tutup. Seketika aku berlari ke arah lift tersebut sambil mengulurkan tanganku untuk menahan pintu lift agar tidak tertutup dan berteriak, “Tunggu!” Saat pintu lift yang aku tahan itu terbuka kembali, aku pun dengan segera memasuki lift dengan tergesa-gesa dan menekan angka lima pada tombol yang ada di dinding lift tanpa memperhatikan penumpang lift lain yang ada di dalamnya. Kemudian aku sibuk merapikan penampilanku dan tas bekal yang ada di tanganku. Dan tanpa aku sadari, aku telah menyenggol dan menginjak kaki penumpang lift lainnya yang berdiri di sampingku. “Nona, apa kamu tidak bisa berdiri dengan baik?” terdengar suara rendah pria yang enak di dengar dari sisi kananku. Aku yang sedang sibuk merapikan diriku dengan segera memalingkan wajahku ke samping melihat dari mana suara itu berasal. Terlihat seorang pria bertubuh tinggi besar mengenakan setelan jas hitam tengah berdiri tegap di sampingku. Dan di belakangnya berdiri dua orang pria yang juga mengenakan setelan jas hitam. Mereka terlihat seperti eksekutif muda dan sangat berkelas. Terutama pria yang berdiri di sampingku. Pria yang berdiri di sampingku itu menatapku dengan mata sendunya. Meski ia menatapku dengan ekspresi datar, tapi aura yang ia keluarkan membuat bulu kudukku merinding. Saat aku mengangkat wajahku manatapnya dengan wajah kebingungan, pria itu kembali bersuara, “Nona, apa kamu tuli?” Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang ia katakan padaku. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba tubuhku terasa oleng karena ada benda yang bergerak dengan cepat di bawah kaki kananku. Aku yang hampir saja terjatuh karena gerakan itu, dengan segera mencari pertahanan diri dengan berpegang pada apa saja yang ada di dekatku. Dan tanpa disengaja, kedua tanganku dan tubuhku pun bergantung di jas pria tersebut. Kejadian ini benar-benar membuatku sangat malu. Pria itu tidak lagi menoleh padaku. Tapi ia kembali bersuara dengan wajah angkuhnya sambil menatap ke depan, “Tidak tahu malu. Tidak hanya menginjak kakiku, tapi juga bergantung di tubuhku.” DING! Seketika pintu lift terbuka saat layar yang ada di dindingnya menunjukan angka lima. Dengan segera aku melepaskan jas pria itu dan berjalan keluar lift tanpa berkata apa-apa dengan perasaan malu. Namun baru saja aku ingin meminta maaf pada pria itu setelah berada di luar lift, pintu lift pun kembali tertutup dan bergerak menuju lantai yang lebih tinggi. Dengan perasaan sedikit bersalah, aku bergerak membalikan tubuhku hendak melangkah menuju ruang kerja suamiku. Saat ini suasana koridor di lantai lima terasa begitu sepi. Meski aku melihat ada beberapa meja staff di sisi lain koridor tersebut, tapi aku tidak menemukan seorangpun staff di sana. Sepertinya saat ini para staff sedang istirahat siang sehingga lantai lima ini terasa sepi. Aku terus melangkahkan kaki di koridor mencari ruang kerja suamiku, Aland Bai. Saat aku berjalan mencari ruangannya, aku mendengar suara desahan wanita dari salah satu ruangan yang aku lewati. Mendengar suara desahan itu, langkahku pun terhenti di depan sebuah ruangan yang kebetulan pintunya terbuka. Terlihat sepasang pria dan wanita tengah asyik b******u dengan mesranya di dalam ruangan tersebut tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Seketika jantungku terasa begitu sakit seolah dihunus oleh pedang yang sangat tajam. Dan tas bekal yang ada di tanganku pun terjatuh ke lantai bersamaan dengan suara petir yang menggelegar membuat seluruh ruangan terasa mencekam. Aku telah melihat perselingkuhan suamiku dengan wanita lain di depan mata kepala ku sendiri. Hal yang lebih menyakitkan lagi adalah kondisi tubuh wanita itu yang terlihat sedang hamil besar. Dan wanita itu adalah Nona Dalia Han, atasan suamiku yang merupakan pemilik perusahaan SH Multimedia. Nyawaku terasa akan melayang melihat semua adegan menjijikan yang ada di depan mataku. Dalam sekejap mata semua rasa cinta dan harapanku pun sirna karena pengkhianatan yang telah di lakukan oleh suamiku. Dan cintaku kandas hanya karena satu kesalahan yang tidak bisa aku maafkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD