Bab 2

1563 Words
Sales girl Hermes yang melayani Shakila sudah beberapa kali menggesekkan kartu kredit milik Shakila ke mesin EDC tapi tetap jawabannya sama. Decline. Sales girl melihat ke arah Shakila yang masih sibuk berbincang dengan Utari, hari ini ia akan membelikan Utari tas Hermes terbaru sebagai kado pernikahan sesuai janjinya beberapa hari yang lalu saat Utari melihat Shakila menenteng Hermes baru ketika mereka hang out bareng. "Mbak Shakila," panggil sales girl tadi dengan tidak enak karena sudah mengganggu saat tamu langganannya itu sedang sibuk berbincang. Shakila mengarahkan matanya ke sales girl yang memanggilnya. "Ada apa, Hanny?" Sales girl bernama Hanny memberi kode agar Shakila mengikutinya, Shakila pun meninggalkan Utari dan mengikuti Hanny meja kasir. "Maaf mbak, kartunya decline."   Hanny menyerahkan kartu kredit tadi ke tangan Shakila, Shakila kaget karena seumur hidup memakai kartu kredit belum pernah sekalipun kartunya ditolak toko manapun. "Ah nggak mungkin, sudah coba lagi?" Tanya Shakila ke Hanny. "Sudah mbak dan tetap sama," balas Hanny. "Sebentar," Shakila menjauh dari Hanny dan Utari agar tidak mendengar saat ia menelepon Yudha, asisten Danny yang biasa mengurus masalah kartu kreditnya. "Yud, kenapa kartu kredit gue ditolak?" "Mbak tanya langsung ke bapak ya." Yudha menyerahkan ponselnya ke Danny, Danny menghela napas berkali-kali untuk menenangkan hatinya yang kacau karena Shakila pasti akan segera tau tentang masalah perusahaan. "Hai Shaki." "Pi, kenapa kartu kredit aku ditolak. Aku mau belikan Utari kado pernikahan loh, tapi salesnya bilang kartu kreditku ditolak." Danny pun bingung mau jawab apa. Uang kas perusahaan sudah kosong dan tagihan kartu kredit Shakila terpaksa tidak bisa digunakan karena dananya tidak ada.   "Papi transfer saja, berapa harganya? Nanti kita bicarakan saat makan malam." Mendengar Danny akan mengirim uang ke rekeningnya Shakila langsung membuang napasnya, hampir saja ia malu karena gagal membelikan sahabatnya kado pernikahan. "250 juta aja pi, sebenarnya harganya 290 juta biar deh sisanya aku yang tambahin dari uang pribadiku," ujar Shakila sambil melirik Utari yang sibuk memegang tas Hermes Kelly warna kuning seperti punya Nagita Slavina. Danny menelan ludah tapi lagi-lagi ia tidak bisa menolak keinginan Shakila meski uang sebanyak itu ia tidak punya saat ini. "Baik, sejam lagi papi akan suruh Yudha mengantarkan uangnya ke kamu. Kamu pilih dulu kadonya ya." "Terima kasih papiku, muachhhh. Shaki sayang banget sama papi, sampai jumpa nanti malam ya." Shakila menyimpan ponselnya dan kembali menemui Hanny. "Nanti asisten papi saya yang antar uangnya, kami boleh bawa dulu kan barangnya? Kamu percaya saya kan?" Hanny pun mengangguk dan mempersilakan Shakila membawa dulu tas pilihannya.       Hanny percaya Shakila mampu membeli tas semahal itu, bukan sekali dua kali ia melayani Shakila tapi sudah wajib hukumnya Shakila belanja di tokonya sekali dalam sebulan. "Terima kasih," Shakila dan Utari meninggalkan toko Hermes dengan penuh suka cita. Sedangkan Danny langsung diam membisu memikirkan mencari uang sebanyak itu dalam waktu satu jam. "Yudha, tolong jual mobil saya yang ada di rumah." Danny pun akhirnya memutuskan menjual salah satu mobilnya, hasil penjualan mobil bisa membuatnya bernapas beberapa hari meski ia sadar uang itu akan tidak akan membantunya bangkit dari keterpurukan, ia butuh orang yang mau menjadi penyandang dana tapi sudah seminggu ini penyandang dana itu belum juga ia temukan. **** Sesuai janji Shakila pun datang berkunjung ke perusahaan Danny setelah selesai membelikan Utari kado pernikahan. Ia berencana pergi makan malam dengan Danny karena sejak pulang dari Tiongkok Danny sibuk dengan pekerjaannya dan jarang bertemu dengannya. "Pi, kita makan Thai Food ya malam ini," ajak Shakila yang sedang jalan menuju restoran yang ada di gedung yang sama dengan perusahaan Danny.   Danny masih melamun memikirkan bagaimana cara memberitahu Shakila tentang bangkrutnya Sutowo Group. "Pi! Ih aku ngomong malah dicuekin!" Ujar Shakila dengan nada manja. Danny mulai gelagapan dan Shakila sepertinya mulai sadar kalau Danny seperti lagi ada masalah. Mereka masuk ke dalam sebuah restoran Thai Food dan salah satu pelayan menyediakan ruang VVIP langganan Danny. Setelah memesan makanan Shakila mulai membuka pembicaraan mereka, "Papi kayaknya lagi ada masalah ya?" Tanya Shakila dengan tatapan menyelidik. Jangan-jangan papi mau bilang tentang niatnya mau nikah tapi malu makanya wajah papi sangat gusar seperti ini? Gumam Shakila dalam hati. Sejak Susan meninggal Danny memutuskan tidak akan menikah lagi karena rasa cintanya ke Susan tidak tergantikan. "Papi ... mau memberitahu hal penting sama kamu," balas Danny dengan raut wajah gusar, takut dan juga cemas kalau kenyataan ini akan menyakiti Shakila.     Lidah Danny kelu saat ingin memulai pembicaraan, bahkan ia masih diam membisu saat pelayan datang membawakan menu yang dipesan. Shakila pun mulai tidak sabaran menunggu sesuatu keluar dari mulut Danny. "Papi mau bilang apa? Kok kayaknya berat banget kasih tau aku," ujar Shakila. Danny membuang napasnya berkali-kali. "Kita ... Bangkrut nak," ujar Danny dengan berat, "semua harta kita ludes karena masalah keuangan membuat Sutowo Group kolaps, kita nggak ada uang lagi dan semua habis tidak bersisa, papi terpaksa menjual mobil-mobil kita untuk menutupi hutang termasuk mobil kamu. Papi juga sudah tidak mampu membayar kartu kredit kamu yang tagihannya gila-gilaan," lanjut Danny. Danny mulai memberitahu Shakila kenapa mereka bisa bangkrut. Shakila tercengang saat Danny memberitahu kalau sebentar lagi semua fasilitas yang ia gunakan sejak baru lahir sampai usianya menginjak dua puluh lima tahun harus hilang karena perusahaan Danny bangkrut. Semua tender yang biasa menghasilkan uang ratusan milyar gagal total dan hanya meninggalkan hutang demi hutang.     Belum lagi bunga pinjaman modal usaha di bank mulai menumpuk dan harus segera dibayarkan atau aset sebagai jaminan akan dilelang oleh bank. "Papi sudah tidak sanggup lagi, Shaki." Danny menghela napas beberapa kali. Shakila mengambil gelas berisi ice tea miliknya lalu meminumnya agar kepalanya tetap dingin menghadapi kabar tergila yang pernah ia dengar sejak lahir. "Kita bangkrut, pi? Mobil, kartu debit dan kartu kredit aku akan ditarik semua?" Tanya Shakila dengan panik. Danny mengangguk dengan berat, sejak Susan meninggal Danny terlalu memanjakan Shakila dengan materi hingga Shakila terlena dan selalu menghambur-hamburkan materi yang diberikan Danny. "Astaga, apa yang harus kita lakukan pi?" Tanya Shakila dengan panik. Hidup miskin tidak pernah terbayangkan dipikiran Shakila, selama ini ia selalu hidup dalam kemewahan dan juga pesta pora untuk menghilangkan kesepian sejak Susan meninggal sedangkan Danny sibuk kerja.       "Shaki nggak mau hidup susah, pi. Shaki masih pengen beli Hermes, Prada dan LV. Mereka mau keluarin seri terbaru dan aku belum punya," Shakila semakin panik membayangkan hobi gilanya mengkoleksi tas bermerek akan hilang kalau Danny bangkrut. Danny lagi-lagi menghela napas. "Maafin papi, Shaki." Wajah Danny sendu dan Shakila tau kalau sebentar lagi hidup ia akan berubah total. "Nggak ada cara lain, pi? Ajuin pinjaman atau apalah pokoknya Shaki nggak mau hidup miskin!" Shakila mulai meninggikan suaranya. "Ada tapi mungkin kamu nggak akan mau," balas Danny. Wajah putus asa Shakila berubah jadi lebih antusias setelah mendengar ada cara agar keluarganya tidak bangkrut. "Apa pi?" "Sebenarnya ada orang yang mau memberikan dana besar untuk menolong perusahaan papi tapi syaratnya gila, papi nggak setuju dan mengusir dia," Danny teringat lagi penawaran yang diberikan Davin  untuk menyelamatkan perusahaannya tapi ia tolak karena Danny tidak mungkin mau mengabulkan syarat itu.     Shakila semakin penasaran. "Syarat apa? Ya ampun, seharusnya papi terima saja! Di mana lagi kita cari orang yang mau kasih dana besar dalam kondisi perusahaan seperti ini," oceh Shakila tanpa tau kalau syarat itu akan mengubah hidupnya. "Dia akan memberi dana sebesar satu triliyun tapi kamu harus menikah dengannya, gila kan! Papi lebih baik bangkrut daripada menjual kamu ke dia hanya demi uang," balas Danny. Shakila langsung menganga saking kaget mendengar ucapan Danny. "Aku mau! Aku nggak bisa hidup miskin!" Danny tercengang mendengar ucapan Shakila barusan. "Kamu gila hah! Demi uang kamu mau menikah dengan orang asing?" Teriak Danny yang mulai lepas kontrol. Shakila mengangguk dengan cepat. "Ya ampun pi, ini pernikahan demi menyelamatkan Sutowo Group. Papi nggak mau kan perusahaan yang papi bangun bersama mami hancur sedangkan ada jalan keluar yang lebih baik." Shakila berusaha membujuk Danny agar menyetujui tawaran gila Davin.     "Ini pernikahan Shaki, bukan sekedar perjanjian yang punya waktu jatuh tempo. Ini seumur hidup dan kamu tidak bisa mempermainkan ikatan pernikahan hanya karena uang," balas Danny. Shakila mengambil air putih lalu meneguknya. "Pernikahan ini hanya sekedar perjanjian pi, aku menikah dan papi bisa menyelamatkan perusahaan. Aku rela asal perusahaan tidak bangkrut," Shakila masih berusaha membujuk Danny. Shakila tidak ingin hidup miskin karena hanya dengan uang ia bisa membeli kebahagiaan. Hanya dengan punya banyak uang ia bisa tertawa bersama sahabatnya, ia yakin sahabat-sahabatnya akan menjauh kalau ia jatuh miskin. Shakila butuh uang untuk tetap bisa hidup dengan status sebagai anak orang kaya, ia tidak peduli meski harus meminta Danny menerima tawaran aneh itu. "Kamu yakin?" Shakila langsung mengangguk, meski berat tapi Danny tidak bisa membayangkan hidup Shakila hancur karena kehilangan semua fasilitas darinya.       "Papi akan atur pertemuan kamu dengan Davin. Kalau kamu masih setuju menikah dengannya setelah kalian bertemu, papi akan menerima tawaran itu," Danny meninggalkan Shakila lalu menghubungi Davin. Davin? Kenapa namanya sama dengan si gemuk ya, gumam Shakila dalam hati. Ah nama Davin itu sangat banyak di Jakarta, mana mungkin takdir kembali mempertemukan aku dengan mantan pacar yang sengaja aku campakkan saat taruhan itu berhasil, gumam Shakila dalam hati lagi. Shakila teringat taruhan yang ia buat dengan sahabat-sahabatnya saat mereka masih kuliah. Taruhan apakah Shakila bisa membuat si gemuk jatuh cinta dan menyerahkan keperjakaannya ke Shakila, taruhan bernilai ratusan juta berupa sebuah mobil sport dan juga keperawanan Shakila. Taruhan yang menggiurkan untuk Shakila. "Selamat malam," lamunan Shakila buyar saat mendengar sapaan dari arah pintu. "Kebetulan Davin sedang makan malam dengan ibunya di sini, jadi papi sekalian undang dia untuk bertemu kamu," ujar Danny.     Shakila memutar kepalanya untuk melihat laki-laki yang akan menjadi calon suaminya serta penyandang dana untuk perusahaan Danny. "Kita bertemu lagi, Shaki." Sapa Davin. Shakila langsung shock saat sadar Davin yang akan menjadi penyandang dana Sutowo Group ternyata Davin si gemuk, meski penampilannya kini jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Shakila menelan ludah beberapa kali agar rasa gugupnya hilang. "Kalian kenal?" Tanya Danny yang heran Davin terlihat akrab dengan Shakila. "Kami punya kisah yang sangat panjang, pak." Davin masih melihat Shakila, cinta pertama yang berhasil membuatnya terpuruk saat sadar cintanya dipermainkan. Wanita yang ia tiduri untuk pertama kalinya dan kini ia ingin Shakila menjadi miliknya, untuk selamanya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD