2.One Night Stand!

1280 Words
Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, hidung mancung, kumis tipis, beralis tebal, dan dengan rambut yang sedikit berantakan menambah daya tarik tersendiri. Apalagi ketika bibir manisnya mencecap rasa alkohol. "Baru pulang kerja?" Suara bartender bernama Dante membuyarkan lamunan Rafael. Rafael hanya mengangguk pelan sambil menyesap cocktailnya. Rafael Benzema. Seorang lelaki muda dan tampan adalah salah satu pengusaha muda yang sukses di Indonesia. Di usianya sekarang yang menginjak 29 tahun ia telah menjadi CEO perusahaannya sendiri. Perusahaan PT.Raveland Group yang ia bangun tanpa campur tangan perusahaan dari orang tuanya dan saat ini telah memiliki beberapa cabang di Indonesia. "Ku kira kau sudah mati Raf. Lama sekali tidak pernah ke Mois Bar," ucap Dante bartender Mois Bar kepada lelaki tampan di depannya. Rafael berdecak. "Sibuk." Rafael menghembuskan nafas kasar. "Ada masalah?" tanya Dante. Rafael berdecih. "Ya, aku kalah taruhan." Bartender tertawa keras. "Lalu, apa kau tidak punya uang untuk membayar taruhan itu?" Rafael menatap tajam bartender. "Bukan uang taruhannya!" jawab Rafael dengan kesal. "Lalu?" "Yang kalah harus melakukan one night stand," jawab Rafael menatap kosong ke arah cocktail di tangannya. Bartender mengernyitkan dahinya. "Hei, ada apa dengan kau. Bukankah melakukan one night stand sudah menjadi kebiasaan kau?" "Ya, itu dulu, sekarang sudah tidak. Apa kau lupa kalau aku sudah bertunangan?" "Selamat atas pertunanganmu dengan Jelena." "Thanks." "Jadi ceritanya kau takut dengan tunanganmu?" tanya Dante menahan kekehannya. Rafael hanya tersenyum kecil dan mengedikkan bahunya. "Aku tidak sepengecut itu!" "Wow, lalu apa lagi yang kau pikirkan?" Rafael menggoyangkan gelasnya sambil mendongak menatap Dante. "Aku bingung." "Jadi?" Rafael menggeleng pelan. "Aku tahu apa yang kau pikirkan!" ucap Dante. *** Malam ini Zahira mendatangi Mois Bar. Dress hitam selutut, rambut kecoklatan yang terurai dan di curly bagian bawahnya, bola mata indah berwarna coklat serta make up tipisnya membuat Zahira terlihat sangat cantik. Kemarin ia mendapat pesan dari Dante yang meminta untuk datang ke bar malam ini. Zahira melangkahkan kakinya ke arah Dante dan duduk di kursi bartender. "Jadi, di mana laki-laki itu?" tanya Zahira. "Wow, kau sudah datang rupanya. Mau minum apa?" "Seperti biasa." "Kau terlihat sangat cantik malam ini," puji Dante. Zahira memutar bola matanya malas. Dante terkekeh. "Kau lihat laki-laki di sebelah sana?" tunjuk Dante ke arah sofa yang diduduki Rafael yang tak jauh dari meja bartender. Zahira memutar kepalanya kebelakang seperti apa yang Dante katakan. "Itu dia orangnya, nanti dia akan datang kesini dan mengajakmu. Kau tau kan cara mainnya?" "I know." Rafael melihat Dante dari kejauhan yang memberi kode jika one night stand-nya telah datang. "Come on dude! Sebanyak ini wanita masa kau tidak tertarik untuk melakukan one night stand?" Perlu di ingat kalau kau itu kalah taruhan!" ejek Kelvin. "Aku sudah memberimu waktu tiga hari!" Kelvin merupakan teman Rafael dari kecil. Hanya saja Kelvin tinggal menetap di Singapura dan sekarang sedang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. "Berisik!" Rafael mengumpat dan pergi meninggalkan Kelvin dan teman-teman yang lainnya. Rafael melangkahkan kakinya menuju kursi bartender dan kemudian duduk di depan Zahira. "Hai!" sapa Rafael tersenyum manis. Zahira terkesiap ia terkejut melihat wajah lelaki tampan di depannya. Zahira berdehem berusaha menetralisir degupan jantungnya. "Aku Rafael, siapa namamu?" tanya Rafael. "Zahira Isvara." Zahira menjabat uluran tangan dari Rafael. Dari kejauhan Kelvin menatap sinis Rafael, ia tersenyum miring. "Akan ku pastikan setelah ini hubunganmu dengan Jelena akan hancur!" gumam Kelvin kemudian lanjut menyesap cocktailnya. Rafael berdehem berusaha mencairkan suasana. "Bagaimana Raf cantik bukan?" goda Dante. "Cantik," ucap Rafael yang sontak membuat pipi Zahira bersemu merah. Zahira menundukkan kepalanya, ia malu karena Rafael terang-terangan memujinya. "Zahira," panggil Rafael lembut yang membuat mau tak mau Zahira menatapnya. Rafael memulai aksinya. Rafael tersenyum manis dan tiba tiba mendekatkan wajahnya ke Zahira. Tanpa Zahira sadari bibir Rafael menyentuh bibirnya. Zahira sontak terkejut, ia berusaha memejamkan matanya. Rafael melumat lembut bibir Zahira. Zahira membalas ciumannya kaku. Dante berdecak. "Oh ayolah! Kau bisa melakukannya di hotel Mois Bar ini Raf!" Suara Dante menginterupsi keduanya. Rafael melepaskan ciumannya dan tersenyum canggung. Begitu mereka masuk ke dalam kamar hotel. Rafael lalu mendorong Zahira dan menjatuhkannya di atas ranjang king size. Rafael mengurungnya, kini Zahira berada di bawah kungkungan Rafael. Rafael kembali mencium bibir ranum Zahira. Setelah oksigen di antara keduanya menipis Rafael melepaskan ciumannya. Dress hitam selutut yang dipakai Zahira terlepas menyisakan bra dan celana dalam berwarna hitam. Rafael menatap dengan pandangan sayu. Ia kembali mencium bibir ranum milik Zahira. Tangannya meremas-remas buah d**a Zahira. Zahira mendesah tidak kuat menahan sensasi yang Rafael berikan. Rafael turun mengecup, menjilat, dan menggigit kecil tengkuk Zahira meninggalkan bekas kemerahan. Tangan Zahira meremas-remas rambut belakang Rafael. Kemudian Rafael mendongak mencium kembali bibir Zahira. "Bolehkah aku?" tanya Rafael dengan suara paraunya tepat di depan bibir Zahira. Tubuh Zahira terasa terbakar gairah. Zahira hanya mengangguk pelan, terkesan malu-malu. Rafael dengan segera melepaskan bra dan celana dalam Zahira. Kemudian Rafael juga menanggalkan pakaiannya. Kini mereka berdua telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Tak menunggu lama Rafael segera memposisikan miliknya ke milik Zahira. Rafael mendorongnya pelan. Zahira meringis saat sesuatu berusaha masuk kedalam inti tubuhnya. Zahira memekik keras saat milik Rafael benar-benar memasukinya. Rafael merasakan seperti merobek sesuatu di dalam sana ketika miliknya masuk secara keseluruhan. Rafael tersentak. “Kau?!" “Tidak apa-apa, aku memang ingin menyerahkannya padamu!” ucap Zahira yang melihat keterkejutan di wajah Rafael. Rafael mengangguk pelan. Ia juga sudah dipenuhi sekelebat nafsu. Mereka berdua lepas kendali. Rafael tersenyum simpul karena ternyata menjadi yang pertama untuk Zahira. *** Keesokan harinya….. Rafael terbangun dengan tangan memeluk seorang wanita yang memunggunginya. Ia tersenyum tipis mengingat percintaan panas penuh nafsu tadi malam dengan Zahira. Ia bahkan melakukannya dengan sadar. Biasanya Rafael melakukan one night stand tetapi dalam keadaan mabuk. Perlahan Rafael melepaskan pelukannya dan bangkit dari ranjang. Rafael segera memakai pakaiannya dan tak lupa meninggalkan sebuah cek dengan nominal yang lumayan besar di atas nakas. Kemudian Rafael pergi meninggalkan Zahira. Zahira membuka matanya perlahan, kemudian melirik jam weker yang ada di atas nakas dan menunjukkan pukul sepuluh pagi. Zahira terduduk mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. Zahira melihat pakaian yang berserakan di lantai. Kemudian ia membuka selimut yang membalut tubuhnya. Zahira ingin bangkit tetapi merasakan sakit nyeri di kedua pangkal pahanya. Ketika Zahira mendapatkan kesadaran penuh, ia ingat jika baru saja kehilangan keperawanan. Keperawanan yang selama ini ia jaga baik-baik dengan mudahnya diserahkan begitu saja kepada laki-laki yang baru saja dikenalnya. Zahira melihat sekeliling ruangan yang kosong. Lalu bertanya dalam hati kemana perginya laki-laki yang bersamanya semalam. Zahira melirik kamar mandi tapi tidak ada suara gemercik air di sana. Ia kembali menatap seluruh ruangan namun lelaki itu tidak ada di seluruh tempat. Dengan perlahan Zahira bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia berdiri di cermin setengah badan yang ada di kamar mandi. Zahira melihat banyaknya tanda merah di leher dan juga dadanya. Ia tidak percaya tapi benar-benar melakukannya semalam. Zahira merasakan seluruh tubuhnya sakit dan memutuskan berendam air hangat di bathtub untuk mengurangi rasa sakit. Ia menuangkan sabun cair dan setelah itu masuk ke dalam rendaman air hangat yang berbusa. Aroma sabun cair yang menenangkan membuatnya merasa lebih rilex. "Astaga! Apa yang aku lakukan semalam?" gumamnya. "Kenapa aku bisa lepas kendali?" Zahira menggelengkan kepala dan tidak mau mengingat-ingat kejadian semalam. Merasa sudah cukup berendam Zahira bangkit dari bathtub dan segera menyelesaikan mandinya. Setelah selesai ia memakai kimono mandi berwarna putih dan keluar dari kamar mandi. Dengan segera Zahira mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan dengan cepat memakainya. Kemudian Zahira mengambil ponsel yang ada di atas nakas namun matanya melihat ada sebuah cek di samping ponselnya. Ia pun mengambilnya dan betapa terkejutnya melihat cek yang bertuliskan nominal uang sebesar lima ratus juta. "Jadi lelaki itu benar-benar membayar ku?" gumam Zahira. Siapa dia? Kenapa dia bisa memberikan cek dengan nominal uang yang sangat besar. Pasti dia bukan orang sembarangan. batin Zahira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD