7. Master Bela Diri

1071 Words
“Kau siapa?” tanya saudagar tersebut dengan ekspresi garang. Sejenak Xuan Yi melirik ke arah gadis yang terlihat asing di matanya. Ia menyangka kalau gadis itu datang ke sini hanya untuk bersinggah saja. Sehingga tidak tahu keadaan pasar ketika dalam festival bulan tiba membuat beberapa orang berdagang hanya untuk menghasilkan uang. “Aku? Perlukah aku mengatakannya padamu?” Xuan Yi berbalik tanya membuat Chang Qi menatap saudagar tersebut dalam diam. Sontak semua yang ada di sana langsung berbisik-bisik mengatakan bahwa Tuan Muda Gu sedang membela seorang gadis membuat beberapa orang menatapnya kagum. Apalagi Xuan Yi ditemani penjaga setianya yang selalu ada di sampingnya. Gadis anggun bernama Shen Jia itu hanya menatap punggung kokoh nan lebar itu dengan senyum yang merekah. Namun, dayangnya yang berada di belakang langsung memperingatkan gadis itu untuk tidak mengulas senyumannya membuat Shen Jia menahan senyuman. “Berani sekali kau denganku!” sentak saudagar itu kesal. Xuan Yi menghela napas panjang, lalu berbalik menatap penjaga setianya hanya diam. “Chang Qi.” Seakan mengerti arti dari panggilan tersebut, Chang Qi mengangguk singkat membuat Xuan Yi langsung membawa Shen Jia pergi dari kerumunan tersebut dan diikuti oleh dayang gadis itu dari belakang. Sedangkan Chang Qi tengah melakukan pembalasan pada saudagar sombong yang berani-beraninya membuat kerusuhan di tempat keberadaan Keluarga Gu sekaligus Pengawas Kota. Membuat para warga di sekitar langsung tersenyum bangga melihat cucu Kakek Gu begitu peduli pada semuanya. Meskipun tidak sedikit ada pendekar gagah yang meminta Xuan Yi duel secara terang-terangan. Akan tetapi, sebelum berhadapan langsung, mereka semua jelas sudah gagal akibat kelihaian Chang Qi. Setelah beberapa langkah menjauh dari kerumunan tersebut, Xuan Yi membawa Shen Jia ke jalan sempit khusus pedagang pedalaman untuk berbagai jenis logam senjata maupun pelaratan rumah tangga. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Xuan Yi melepaskan cekalan tangannya, lalu menatap seorang gadis asing yang begitu cantik sekaligus anggun. Sepertinya gadis itu bukanlah penduduk asli. “Terima kasih, Tuan Muda,” jawab Shen Jia memberikan hormat anggun dengan menekuk lututnya sesaat dan tangan yang menyamping cantik. “Sekarang kau bisa pergi. Lain kali hati-hati di sini banyak penduduk asing, tapi kalau penduduk asli akan sangat ramah padamu. Jangan salah paham, ya?” ujar Xuan Yi tersenyum lebar. Sesaat Shen Jia terpana melihat ketampanan yang dimiliki oleh seorang pemuda di hadapannya. Mungkin kalau dilihat dari penampilan, jelas pemuda itu bukanlah orang sembarangan. Mengingat Xuan Yi memiliki seorang penjaga yang begitu lihai bernama Chang Qi. Namun, Shen Jia langsung menyadari perbuatannya sendiri membuat gadis itu berkata, “Kalau begitu, aku pergi dulu. Semoga kita bisa bertemu lagi agar aku bisa membalas semua perbuatanmu hari ini. Xuan Yi merasa kikuk mendengar perkataan Shen Jia. “Kau bisa memanggilku Xuan Yi.” Shen Jia terdiam sesaat. “Jia’er. Panggil aku Shen Jia’er.” “Baiklah, Jia’er,” putus Xuan Yi melenggang pergi meninggalkan seorang gadis yang telah ia tolong tadi. Sepeninggalnya Xuan Yi, dayang dari Shen Jia’er yang bernama Sang Qi langsung mendekat ke arah majikannya. Ia terlihat penasaran sekaligus tidak percaya ada seorang pemuda tampan di kota ini. “Youlan Cing Qu, dia benar-benar sangat baik,” ucap Sang Qi tersenyum geli melihat rona merah di pipi Shen Jia’er atau biasa dipanggil dengan Youlan Qing Qu. “Benar. Aku bahkan tidak tahu kalau ada seorang pemuda tampan di sini,” timpal Shen Jia tersenyum senang. Sedangkan Sang Qi yang mendengar majikannya benar-benar terpikat dengan pemuda tersebut pun langsung tersenyum geli, lalu kembali mengajaknya untuk kembali ke istana Timur. Tentu saja kediaman seorang putri dari Kekaisaran Mouyu. Sementara itu, Xuan Yi sudah terpisah dari Chang Qi pun kembali melenggang pergi menuju kediamannya. Akan tetapi, langkah pemuda itu langsung terhenti ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pengumuman yang baru saja selesai ditempel. “Apa kau tahu bahwa Akademi Tangyi akan segera dibuka?” tanya salah seorang warga pada warga lainnya yang tanpa sengaja Xuan Yi dengar. “Tentu saja. Aku dengar mereka mencari banyak kandidat pelajar untuk menjadi prajurit kekaisaran,” jawab warga tadi dengan tersenyum penuh minat. Di dalam lubuk hati Xuan Yi mendadak menginginkan masuk ke sana. Apalagi sudah lama sekali ia tidak mendengar Akademi Tangyi setelah pertempuran dua puluh tahun lalu. Tentu saja mereka semua menyambut dengan sangat gembira. “Sepertinya kita harus menyuruh anak-anak untuk masuk ke sana. Aku dengar mereka akan dilatih secara ketat oleh Master Gu dan Tetua Besar Xiao,” celetuk salah seorang dari mereka yang belum menyadari bahwa ada Xuan Yi di sana. “Tapi, aku dengar bahwa Gu Sheng Jun menjadi jendral sekaligus asisten guru di Akademi Dangyi,” sela salah satu warga yang berniat untuk memasukkan anaknya ke Akademi Tangyi. “Memang sekeluarga mereka menjadi satria bela diri, dan hanya Xuan Yi yang tidak seperti mereka,” sahut salah satu warga dengan ekspresi julidnya. Sontak salah satu warga langsung menginterupsinya diam. “Jangan berkata seperti itu. Xuan Yi masih remaja, jelas dia tidak bisa menyamai semua anggota keluarganya.” “Bukan. Aku pernah mendengar bahwa Xuan Yi memang tidak pernah diperbolehkan untuk belajar bela diri sehingga dia terus ditemani oleh penjaganya yang tampan itu,” balas seorang warga dengan tersenyum penuh minat tadi. “Aaah, yang itu,” sahut mereka serempak. Akan tetapi, salah satu dari warga itu ada yang menyadari keberadaan Xuan Yi pun langsung bungkam dan menatap ke arah warga lainnya. Tentu saja mereka semua terkejut melihat seseorang yang sejak tadi dijulidkan malah berada di dekatnya. Namun, Xuan Yi tidak pernah menanggapi mereka semua karena apa yang dikatakan memang benar. Dirinya tidak pernah diperbolehkan untuk belajar bela diri sedikit pun oleh ayahnya. Meskipun oleh sang kakek sering diajak untuk berkultivasi memperkuat energi qi yang ada di tubuhnya. Tidak ingin membahas yang memang sesuai dengan faktanya, Xuan Yi pun menjauh dari mereka semua. Entah kenapa hatinya mendadak sedih disbanding-bandingkan Keluarga Gu yang memang unggul dalam seni bela diri, dan hanya dirinya yang sama sekali tidak pandai dalam hal tersebut. Di tengah pergalauannya itu, Xuan Yi yang menyendiri di tengah Gunung Wiya pun menyadari seseorang mendekat ke arahnya. Sekali lagi sayang sekali Chang Qi sedang tidak ada di dekatnya membuat pemuda tersebut hanya bisa menatap dengan waspada. Tak lama kemudian, muncullah sesosok lelaki paruh baya berpakaian serba putih dengan sedikit warna abu-abu di pakaiannya. Entah kenapa garis rahang lelaki tersebut sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Apalagi rambut abu-abunya yang sedikit bersinar. “Halo, Tuan Muda Gu Xuan Yi,” sapa lelaki tersebut dengan senyuman lebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD