8. Akademi Tangyi

1041 Words
Sesaat Xuan Yi terdiam menatap sesosok lelaki yang berdiri tepat di hadapannya. Ia terlihat bingung sekaligus terkejut karena belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya. Walaupun ingin membalas, Xuan Yi merasa sulit untuk menentukan sapaannya. Sehingga ia memilih untuk diam. “Perkenalkan namaku Primus. Kau bisa memanggilku dengan sebutan shifu,” ucap Primus tersenyum lebar. Xuan Yi memberikan penghormatan, lalu membalas, “Shifu.” Sedangkan Primus meletakkan tangan kanannya di bahu, dan membungkuk hormat membuat Xuan Yi semakin yakin bahwa lelaki itu bukanlah dari penduduk asli Dataran Qinyuan. Sebab, cara berpakaian, sopan dan santunnya jelas berbeda. “Apa kau ingin berlatih bela diri?” tanya Primus mendudukkan diri di samping Xuan Yi sembari menatap wajah pemuda tampan itu yang mirip dengan seseorang. Sejenak Xuan Yi menatap Primus dengan ekspresi terkejut. “Bagaimana kau tahu, Shifu?” “Tentu saja aku tahu! Aku dengar Akademi Tangyi akan segera dibuka,” jawab Primus tersenyum ringan. “Iya. Aku memang menginginkan untuk masuk ke sana, tapi Ayahku pasti tidak akan mengizinkannya,” ucap Xuan Yi menghela napas pelan. “Kenapa?” tanya Primus bingung. “Aku tidak tahu, tapi Ayah memang selalu melarangku untuk menyentuh semua barang-barang yang berhubungan dengan bela diri,” jawab Xian Yi menggeleng pelan. “Kalau begitu, kau bisa belajar denganku secara diam-diam,” tawar Primus membuat Xuan Yi menoleh cepat. “Tidak bisa,” tolak Xuan Yi menggeleng cepat. “Aku tidak ingin membuat masalah dengan Ayahku.” Primus yang melihat betapa berbaktinya Xuan Yi pada sang ayah pun tersenyum lembut, lalu ia memegang pundak pemuda itu dengan hati yang menghangat. “Xuan Yi, kau bisa mempelajari bela diri untuk masuk ke Akademi Tangyi. Apa kau tidak ingin ke sana?” Xuan Yi terdiam membuat Primus kembali melanjutkan perkataannya, “Aku sudah mengikutimu dari pasar tadi.” “Aku tidak tahu,” jawab Xuan Yi bangkit dari tempat duduknya dengan gugup. Sontak hal tersebut membuat Primus mengangguk mengerti. Ia tahu kalau Xuan Yi masih terkejut akan tawarannya. Akan tetapi, ia tidak akan menyerah untuk mengajarkan beberapa trik  bela diri guna menjadi bekal ketika pemuda itu mendapat masalah. Kemudian, Xuan Yi pun memberikan hormat secara singkat, lalu melenggang pergi dari sana. Tentu saja ia merasa sedikit terkejut akan tawaran dari seseorang yang tidak dikenali. Apalagi melihat tata caranya bersapa sudah sangat berbeda hingga membuat Xuan Yi harus merasa waspada. Sebenarnya tanpa Xuan Yi sadari, ia telah menarik perhatian Primus untuk lebih menginginkan Xuan Yi menjadi muridnya. Melihat dari bagaimana cara pemuda itu menghormati sang ayah membuat Primus benar-benar dibuat takjub. “Tuan Muda,” panggil Chang Qi menyamakan langkah majikannya yang terlihat buru-buru. Sontak Xuan Yi langsung menghentikan langkahnya dan menoleh mendapati wajah datar Chang Qi. Namun, diam-diam ia melirik ke arah belakang yang ternyata Primus tidak sedang mengikuti dirinya. “Chang Qi, apa kau merasa seseorang sedang mengikuti kita tadi?” tanya Xuan Yi mendadak horror. Sedangkan Chang Qi malah menatap bingung melihat raut kewaspadaan Xuan Yi membuat ia langsung mengawasi sekitar dengan tajam. “Apa ada orang yang mengganggumu?” tanya Chang Qi dengan nada sedikit rendah. “Bukan,” jawab Xuan Yi mengernyit kesal, lalu melenggang begitu saja membuat Chang Qi terdiam sesaat. Namun, tanpa mereka sadari sepasang mata tajam nan berkilau itu tampak mengamati semua pergerakan dari keduanya dengan sangat hati-hati. Sebab, ia datang ke sini untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, Xuan Yi yang sudah sampai di kediaman langsung berlari masuk ke dalam ruang kultivasi milik kakeknya. Akan tetapi, sayang sekali di sana tidak merasakan keberadaan Kakek Gu membuat Xuan Yi kembali berlari menyusuri kediaman Keluarga Gu ditemani oleh Chang Qi. “Tuan Muda Gu,” sapa dua orang dayang yang berpapasan dengan Xuan Yi. Pemuda tampan itu menoleh dan mendapati dua dayang kediaman keluarganya tengah membawa nampan berisikan beberapa cemilan. “Siapa yang datang?” tanya Xuan Yi penasaran. “Kami tidak tahu, Tuan Muda,” jawab mereka menggeleng kompak sembari terus menunduk hormat. Tentu saja mereka tidak ada yang berani menatap Xuan Yi secara langsung karena pemuda itu benar-benar tampan. “Pergilah,” titah Xuan Yi acuh tak acuh membuat mereka memberikan hormat, lalu melenggang pergi dari sana. Sedangkan Chang Qi terlihat memikirkan sesuatu membuat Xuan Yi menatap penasaran. Sebab, bisa dikatakan penjaganya bukanlah seseorang yang mudah memikirkan sesuatu, kecuali memang sedang dalam perhatiannya. “Apa yang kau pikirkan, Chang Qi?” tanya Xuan Yi bingung. “Sepertinya Master Besar Gu sedang ada tamu, jadi kau tidak akan bisa menemukannya sedari tadi,” jawab Chang Qi membuat Xuan Yi mengangguk masuk akal. “Kau benar. Kenapa aku bisa tidak terpikirkan seperti itu,” gumam Xuan Yi diakhiri dengan embusan napas panjang, lalu merangkul bahu Chang Qi untuk mengajaknya menuju ruang tamu yang berada di kediaman sebelah Timur. Sedangkan Chang Qi hanya diam dan mengikuti kemauan ke mana majikannya pergi. Karena memang tugasnya adalah hanya untuk menjaga Xuan Yi dari banyak masalah, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda tampan itu memiliki sebagian besar energi qi untuk menyelamatkannya dalam keadaan darurat. Sesampainya di kediaman Timur, Xuan Yi menyelinap masuk ke dalam dengan tanpa suara membuat Chang Qi mau tak mau mengikutinya. Kemudian, dua pemuda tampan itu mengintip melalui celah hiasan pintu agar tidak terlihat dari luar. Di sana terdapat seorang lelaki paruh baya yang berbincang bersama Kakek Gu. Entah kenapa mereka terlihat sangat serius membuat Xuan Yi semakin yakin bahwa kakeknya sedang menimang untuk menjadi pengajar di Akademi Tangyi. “Apa kau mendengar yang dikatakan mereka, Chang Qi?” tanya Xuan Yi penasaran. Chang Qi menggeleng pelan membuat Xuan Yi menghela napas panjang. Ia memang tidak bisa mendengar apa pun, kecuali suara sunyi senyap yang biasa didengar. “Aku menjadi penasaran apa Kakek menerima tawaran menjadi pengajar di Akademi Tangyi,” gumam Xuan Yi sesekali menatap dua lelaki paruh baya yang sedang meminum teh. “Maksudmu?” tanya Chang Qi bingung. Xuan Yi meringis pelan. “Aku tadi tidak sengaja mendengarnya dari beberapa warga yang mengingikan anaknya masuk ke Akademi Tangyi, dan mereka mengatakan bahwa Keluarga Gu berpartisipasi cukup besar.” “Maksudmu, Master Besar Gu dan Jendral Gu?” timpal Chang Qi yang sudah menebak isi dari pembicaraan mereka. Pasti sudah tidak lain dan tidak bukan akan mencemooh Xuan Yi. Sebab, pemuda itu memang hanya satu-satunya keturunan Gu yang tidak bisa melakukan bela diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD